BAB 14-RENCANA PERJALANAN

660 86 7
                                    

Tiga hari terlewati dengan cepat dan selama tiga hari itu, Eilaria hanya menyibukkan diri dengan pekerjaan dan olahraganya.

Saat hari yang dijanjikan Raiyan tiba, Eilaria sudah terbangun lebih pagi dari biasanya agar dapat menyelesaikan kegiatan olahraganya serta pekerjaannya lebih awal.

Eilaria harus menyelesaikan dua urusan penting itu lebih cepat karena ia harus memiliki waktu untuk menjalankan rencananya.

Setelah menandatangani dokumen terakhir, Eilaria meluruskan pinggangnya dan menyerahkan sisanya pada Lutt untuk merapikan tumpukan dokumen tersebut.

"Anda sudah bekerja keras hari ini, Nona."

"Lutt, kurasa kamu memerlukan kacamata atau kusarankan padamu untuk pergi mengecek kondisi matamu itu ke dokter. Bukankah setiap hari aku sudah bekerja keras?"

Cibir Eilaria dengan wajah mengejek.

"Haha...benar juga. Maafkan saya, nona. Dalam beberapa hari ini anda sudah beker-"

"Sudahlah, jangan terlalu berlebihan, aku hanya bercanda. Aku akan pergi ke kamar untuk bersiap-siap."

"Saya akan meminta para pelayan untuk membantu anda mempersiapkan diri."

"Tidak perlu, aku bisa mengurusnya sendiri. Bawakan saja apa yang aku minta."

"Baiklah, Nona."

Setelah itu, Eilaria pergi menuju kamarnya dengan bersenandung gembira sambil sedikit melompat kecil dalam langkahnya dan menyapa setiap pelayan yang ia temui dengan senyuman cerah di wajahnya.

Eilaria merasa sangat senang hari ini, bukan karena ia akan berjalan-jalan dengan Raiyan yang merupakan tunangannya, melainkan karena ia bisa menjalankan rencananya yang ia yakin akan membuat Raiyan akan membatalkan pertunangan mereka.

Sebelum Eilaria memasuki kamar, ia bertemu dengan Alvian.

"Yo! Profesor! Bagaimana kabarmu hari ini?"

"Sejak kapan aku menjadi profesor?!"

"Astaga, aku hanya bercanda! Kenapa kau menjadi begitu serius?"

"Apa kamu benar-benar harus melakukan ini, Eilaria?"

"Ya."

"Aku sangat khawatir padamu. Apa kamu yakin rencanamu ini akan berhasil?"

"Ya."

"Eilaria, kamu tahu sendiri akibat dari rencanamu ini dengan baik, kan?"

"Ya."

"Jangan menjawab dengan mudahnya seperti itu terus! Jika kamu melakukan ini, bukan hanya reputasimu, tapi kamu juga akan menjadi bahan ejekan oleh para bangsawan yang mengetahui apa yang sedang coba kamu lakukan ini."

"Aku mengetahui dengan baik resikonya, Alvian."

"Walaupun begitu, coba kamu pikirkan lagi baik-baik tentang rencanamu ini. Apa kamu tidak pernah memikirkan bagaimana nantinya saat kamu menghadiri pergaulan kelas atas dengan reputasi yang sudah jatuh selevel kotoran?"

"Lalu? Demi masa depanku yang cerah, aku rela berkorban. Lagipula, aku yakin bahwa aku tidak akan membawa masalah kepada keluarga ini dan aku pastikan semua kerugian hanya tertuju padaku, jadi kau tidak perlu cemas."

"Eilaria, aku...sudahlah...memangnya ada kata-kataku yang akan kamu dengarkan?"

Walaupun Alvian telah memasang ekspresi bermasalah, Eilaria tetap bersikap keras kepala.

Sebelum Eilaria memasuki kamarnya, pandangannya tiba-tiba tertuju ke benda yang dibawa oleh Alvian.

Alvian membawa sebuah kotak kecil seukuran genggaman tangan dan dibaluti dengan kertas kado serta pita bewarna merah muda, sehingga terlihat seperti kotak hadiah bewarna merah muda dengan motif bunga.

CANCEL MY ENGAGEMENT!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang