33. Cincin

98 13 139
                                    

Radha terdiam dengan tatapan kosong di depan kelasnya. Suara gaduh yang berasal dari teman-temannya tidak ia hiraukan.

Hari ini dia sangat bahagia di satu sisi-karena menjadi lulusan terbaik di sekolahnya, dan membuat kakaknya bangga. Tapi di sisi lain, dia bingung bagaimana memberitahu teman-temannya tentang kepindahannya ke Mumbai beberapa hari lagi.

Sebenarnya di dalam, teman-teman Radha merayakan kelulusan sekaligus keberhasilan Radha. Tapi tampaknya, Radha tidak berminat bergabung dengan teman-temannya.

"Radha," Seseorang menepuk pelan pundak Radha, membuat Radha terkesiap dan sadar dari lamunannya.

"Rohan? Sedang apa kau?"

"Ayo, ikut aku," Rohan menggenggam tangan Radha dan membawanya ke tempat parkir.

"Mau ke mana? Pesta di kelas kan belum selesai," protes Radha.

"Tidak usah bertanya, ikut saja ke mana aku membawamu," kata Rohan sambil menyerahkan helm pada Radha, lalu mereka pergi dari area sekolah itu.

Di sisi lain, Rhea tengah berada di rumah Katrina bersama Katrina yang sibuk bermain dengan kucingnya. Dia tidak langsung pulang setelah menghadiri acara sekolah Radha tadi, sebab mendapat perintah dari Katrina si bos besar yang memintanya datang.

"Kat, lanjutkan bermainmu nanti saja. Sekarang katakan apa tujuanmu menyekapku di sini?" tanya Rhea untuk kesekian kalinya. Dia jengah melihat Katrina yang dari tadi mengoceh dengan kucingnya itu.

"Aku akan menculikmu," kata Katrina.

"Apa?"

Katrina tertawa renyah, "Bercanda."

"Jadi apa? Calon mertuamu itu mau datang, ya?" lanjutnya.

Rhea mengangguk, detik selanjutnya menggeleng. "Diam kau, sudah kubilang aku tidak mau menikah!"

"Baguslah," gumam Katrina.

Katrina beranjak masuk dan mengambil sesuatu dari dalam kamarnya lalu menyerahkannya pada Rhea.

"Ambil ini,"

Rhea mengernyit, "Alamat siapa ini?"

"Datang saja ke sana sekarang. Dan tenang, aku tidak bersekongkol dengan penjahat manapun untuk menculikmu. Lagi pula, kau calon istri pemimpin penjahat, jadi tidak ada penjahat yang berani mengganggumu. Oke, ayo, cepat pergi," perintah Katrina.

Rhea hanya melongo mendengar ocehan Katrina. Temannya itu benar-benar menyebalkan. Saat memintanya datang, harus langsung sampai seolah Rhea bisa menghilang, dan saat meminta pergi-sama saja.

"Kenapa diam saja? Ayo pergi," suruh Katrina lagi.

Rhea beranjak meninggalkan rumah sahabatnya itu sambil menghentakkan kaki, biar Katrina tahu dia protes.

---

Arzoo tengah mengutuk bibinya dan Sonu di sepanjang jalan. Dia kesal karena penyihir itu memaksanya belanja barang untuk menyambut orangtua Raj, sedang Sonu tidak mau mengantarnya.

"Sekarang aku harus bagaimana? Mana kutahu ini barang-barang apa. Dasar penyihir, seharusnya dia saja yang pergi," gerutunya.

"Arzoo, mau ke mana?"

Arzoo menoleh. Jai, saking kesalnya dia tidak sadar ada Jai yang berhenti di dekatnya.

Senyuman Arzoo seketika mengembang. Sekarang, semua akan baik-baik saja.

"Arzoo, hey? Kau baik-baik saja?" Jai melambaikan tangannya di depan wajah Arzoo.

Dengan senyum mengembang, Arzoo menyerahkan paksa daftar belanjanya pada Jai, lalu dia mendorong Jai ke belakang dan langsung naik di depan Jai.

Stay A Little Longer (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang