clrl . zero

7.1K 466 118
                                    

Darah menetes di ujung jemari. Suara helaan nafas yang kasar terdengar jelas. Dengan tatapan mata yang seolah tak merasa bersalah ataupun menyesal dengan apa yang baru saja ia lakukan.

Diriku.

Langit terlihat hitam, suara berisik dan cahaya berkelap kelip itu memenuhi pancaindraku.

Abu-abu ketika sekelompok orang berseragam memasuki ruangan dengan bidikan.

Pandanganku melayang turun pada sosok dengan nafas yang masih tersengal di ujung kematiannya.






Hei..

Kenapa aku belum bisa melihat warna apapun juga hingga sekarang..

Aku ingin kembali.














Jepang, Era Taisho, Malam menjadi hal yang paling ditakuti orang orang yang mempercayai keberadaan iblis. Tidak banyak orang yang mengetahuinya.

Pemburu iblis, berdiri di tengah-tengah kekacauan manusia. Mereka menjadi sosok pelindung bagi orang lain.

Dan yang menjadi pemimpin itu ialah..



“Mohon dimaafkan karena mengganggu anda, Oyakata-sama!!” seorang kakushi—anggota pemburu iblis di bagian evakuasi—menunduk.

Ketua pemburu iblis itu hanya tersenyum.




Siapa itu? Yang rambutnya putih, nggak ada alis. Kayak onigiri ga ada rumput lautnya.

“OI OI!! MANA PEMIMPIN PEMBURU IBLIS INI!! APA DIA KELAMAAN NONGKRONG? ATAU BISANYA CUMA MEMERINTAH SAJA!!”

Koar koar, pria putih codetan dengan muka muka sangar itu ngebentak ngebentak atasan. Potong gaji tau rasa.

Pandangannya melayang pada pria berwajah teduh yang berdiri di engawa. Ia menuding keras pedangnya kepada pria itu.

“Hee? Ini pemimpin pemburu iblis? Teme!! Apa kau hanya bisa mengorbankan para pasukan mu sementara kau duduk manis sambil memberi perintah saja??!! Nyatanya kau hanya orang lemah!!”





“Shinazugawa-san anda seharusnya lebih hormat terhadap oyakata-sama,” ucap Kochou Kanae, hashira—pangkat tertinggi dalam status pemburu iblis—bunga.

“Buat apa hormat terhadap orang yang bahkan mengangkat pedangnya tidak bisa??” 'Shinazugawa’ menggertak. Dengan sangat sopan dia menunjuk-nunjuk Kagaya dengan pedangnya.

Rasa ingin menggepre pra hashira mlunjak.





Berbeda sekali dengan sosok yang malah berbanding lurus, ia hanya menatap datar situasi yang jelas-jelas ia tak terlibat itu.

Ubuyashiki Kagaya, ia menolehkan kepalanya kearah sosok yang menikmati pertengkaran ini. “Bagaimana menurutmu? [Name]?”

Suara sentuhan gelasnya terdengar.





Hashira lain memiringkan kepala. ‘Siapa?!?’

Sosok dengan tatapan datar dengan senyuman tipis itu menurunkan gelasnya. “Saya merekomendasikannya menjadi hashira, Oyakata-sama.” sahutnya santai.

Colorful | Demon SlayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang