Obituari Martir

27 2 0
                                    

Bukan riuh gagak namun berisik kamar mayat membuketi sedu sedan kepada bola mata yang kembali mengenali pejam sebab selusin bulan sudah ia khusyuk memulasarakan tubuh yang isi dadanya menjelma kudapan wabah, membedakan mayat mereka dari bangkai anjing di sampingnya yang dikunyahi lalat pasar.
     
Ia tidak pergi ke dalam mimpi tapi seonggok virus melubangi paru-parunya. Ditanam juga ia ke dalam liang dengan lambung dimakan asam tanpa mengenal nasi dari tudung dapur gubernur dan pak menteri.
    
Ah sengaja lillahita'ala sebab Tuhan sebentar lagi menjamu ususnya, duduk semeja dengan mayat yang ia usir belatung dari rongga dada yang keropos dikudap wabah dahulu.
    
    
    
   
    
    
      
14/5/2021

Manuskrip Rumah ApiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang