"Oma kenapa bicara kayak gitu?"
Sambil mengelus rambut indah Ashalina. "Oma paham dari mata kamu, kamu sangat sayang sama Cia, tapi terlihat di sisi lain bahwa sebenarnya kamu juga butuh kasih sayang yang seharusnya di kasih oleh orang tua kamu," Ucap Oma Farah. "Betul nggak?"
Ashalina hanya terpaku diam, tidak menjawab pertanyaan oma satupun, justru ia mengalihkan pembicaraan.
"Em-Oma, ini rajutannya udah selesai hehe, Asha pergi ke kamar dulu ya Oma, ngantuk."
Saat ia berdiri dan berjalan menuju kamar, Oma menghentikannya dengan sebuah ucapan, "Kamu tidak perlu menghindar dari Oma, oma tahu perasaan yang kamu alami cantik." Ucap Oma Farah dengan perlahan. "Kamu boleh menutupi nya dari siapapun, tapi tidak dengan oma."
Asha masih berusaha untuk tidak mengeluarkan air matanya itu. Ia kembali menghadap ke oma nya dengan tersenyum lebae.
"Ashalina nggak papa oma." Ucap Ashalina menatap Oma nya itu. "Asha ke kamar ya Oma."
"Iya, tapi ingat kata Oma, saat kamu tinggal disini, kamu nggak akan merasakan namanya di bedakan." Ucap Oma Farah sambil memeluk cucu nya itu.
"Makasih Oma."
***
Ashalina masuk kedalam kamar dan menutup pintu kamar itu perlahan. Ia bersandar dibalik pintu itu.
"Apa benar papa sama mama emang lebih sayang sama Cia? Tanya nya pada dirinya sendiri. "Enggak-enggak, Papa sama mama bersikap gitu karena mereka tau kondisi Ciara lebih membutuhkan kasih sayang dibanding gue. Gue gak boleh negthink, meskipun ucapan oma itu ada benernya dan gue sendiri ngerasain, tapi gue harus tetep positive thinking kalo papa sama mama pasti juga sayang sama gue. " Ucap nya dalam hati sambil meyakinkan dirinya.
***
Pagi hari menyapa mereka, hari ini adalah hari Senin, dimana awal baru dengan kegembiraan dan kebahagiaan baru untuk masuk kesekolah yang baru juga. Tetapi sepertinya berbeda dengan Ashalina dan Ciara, mereka berpikir bahwa ada perubahan besar ketika mereka masuk ke sekolah baru nya itu. Sekolah baru, suasana baru, semuanya serba baru. Kecuali seragam dan perlengkapan sekolah nya.
Ashalina dan Ciara turun dari bajai yang ia tumpangi, sambil melangkah pelan, tiba-tiba Oma menghentikan langkah mereka ber2.
"Maafkan Oma ya, sudah membalik semua kehidupan kalian." Ucap nya sambil mengelus ke-dua rambut cucu nya.
"Oma ngomong apa sih, nggak oma.. oma itu nggak ngerubah kehidupan Asha ataupun Cia, justru Asha masih bersyukur ada Oma, iya kan Cia?" Ucap Ashalina.
Tanpa menjawab satu kata pun dari kakak nya itu Ciara langsung bergegas masuk.
"Cia!" Panggil Ashalina, namun Ciara tetap tidak menghiraukannya.
"Oma, Asha susul Cia dulu ya." Ucap nya seraya mencium tangan Oma nya.
"Tunggu."
"Ada apa oma?"
Oma Farah membuka dompet kecil nya dan mengeluarkan 2 uang berwarna biru. "Ini buat uang jajan kalian."
"Gue gak mungkin nerima uang ini semudah itu, sedangkan oma sekarang harus kerja banting tulang pastinya."
"1 aja oma, ini udah cukup buat Asha sama Cia kok." Ucap Ashalina sambil mengembalikan satu uang lainnya.
"Yakin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ASHALINA
Teen Fiction"Hidup Bahagia ya, Ciara, Dirga. I love u and I miss you so much." -ASHALINA Since 2021 by mella azka