Tak lama setelahnya, akhirnya mereka sampai. Adrian dan Ranggel sudah menunggu di sana, mereka tampak melambai-lambai ke arah Abigeal dan Brandon. Sudah seperti anak kecil yang senang melihat topeng monyet saja. Hal itu mereka lakukan untuk menunjukkan keberadaan mereka kepada Abigeal dan Brandon.
"Bos!" Ranggel bahkan sampai memanggil Abigeal cukup keras.
Abigeal menepikan motornya cepat dan melepas helm sambil mengibas-ngibaskan rambut sepunggung yang selalu terikat itu. Kemudian Abigeal menoleh ke arah kaca spion kiri untuk merapikan poninya yang sedikit berantakan. Dia melakukannya sambil bersiul-siul kecil karena hatinya sedang sangat senang.
"Enggak salah lo? Masak makan di sini?" celetuk Brandon dan turun dengan perasaan yang tidak enak.
"Kenapa emang?" tanya Abigeal balik.
"Ya, kali makan di pinggir jalan kek gini. Lo 'kan orang kaya! Masak traktir teman-teman lo di sini, sih?"
"Biar irit. Lagian makan bakso di sini lebih enak dari tempat-tempat lain." jawab Abigeal karena memang bakso di tempat itu cukup laris dan enak,
"Tau banyak juga lo tentang gue yak! Seterkenal itukah gue?" tambahnya lagi karena merasa dikenal cukup banyak oleh Brandon. Sampai-sampai Brandon mengetahui kalau keluarganya terbilang kaya."Idih!" jawab Brandon singkat.
"Udah kita pesanin buat si Bos ama Brandon," ujar Adrian menyela pembicaraan mereka.
Brandon tentunya merasa asing dengan tempat itu. Dalam pikirannya Abigel akan mentraktir teman-temannya di kafe atau di restoran mewah, ternyata Brandon salah besar. Abigeal justru mentraktir mereka di tepi jalanan yang agak lengang pengendara motor, tapi ramai pejalan kakinya.
"Nih! Pesenannya udah jadi!" ujar tukang bakso sambil membawa dua buah mangkok ke arah Adrian dan Ranggel.
Penjual bakso kemudian kembali kegerobaknya dan mengambil dua buah mangkok lagi untuk Abigeal dan Brandon. Penjual itu menyerahkan bakso dengan hati-hati karena kuah baksonya masih sangat panas. Tidak lupa juga dengan seulas senyum ramah yang melengkung dibibirnya.
"Masih panas, Neng. Hati-hati!" ujar Akang Bakso pelan.
"Iya, makasih."
"Duduk sini, Bos!" Adrian menggeser posisinya ke arah Ranggel agar Abigeal bisa duduk disampingnya.
"Lah! Gue duduk di mana?" tanya Brandon bingung karena bangkunya hanya muat untuk tiga orang saja dan bangku lain juga dipenuhi oleh pembeli lain.
Brandon melangkah menuju motor Abigeal yang diparkir sembarangan di tepi trotoar. Brandon hendak duduk di atas motor Abigeal karena tidak ada tempat lain. Tidak mungkin juga dia duduk di bahu jalanan.
"Mau ngapain lo? Jangan duduk di atas motor gue!" larang Abigeal sambil melotot.
Brandon segera beranjak dari motor itu sambil mengeluh, "Terus gue di mana? Masak gue makan sambil berdiri, sih?" protes Brandon. Mau duduk di atas motornya, motornya terparkir agak jauh dari sana.
Lantas, Brandon menuju kembali ke tempat semula. Tempat di mana tiga orang sahabat tadi dan meminta Abigeal untuk geser agar dia juga bisa duduk di sana. "Geser."
Abigeal, Adrian, dan Ranggel saling menatap satu sama lain dan timbul niat buruk mereka. Serentak mereka bertiga berdiri dari duduk, sehingga Brandon yang duduk di ujung bangku membuat ketidakseimbangan di atas bangku. Akibatnya, Brandon harys terjatuh dengan bangku yang menungging ke arahnya. Sampai-sampai mangkuk yang berada ditangan Brandon ikut terjatuh dan kuah baksonya tumpah ke tangan kirinya.
"Aargh ... panas ...!" rintih Brandon sambil mengibas tangan kirinya dengan tangan kanan.
Dengan panik, Abigeal segera menaruh mangkok baksonya di atas bangku yang sudah ditegakkan kembali oleh Ranggel. Ranggel dan Adrian tampak tengah menahan tawa melihat kesialan yang menimpa Brandon kala itu. Juga tidak ada niatan sedikit pun untuk memberi bantuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Direction (End✅)
Teen FictionGenre : Comedy romance Follow sebelum baca! Tidak ada yang spesial di sini. Hanya cerita gaje tentang pasangan gila dan persahabatan yang juga gila. Start : 28 Desember 2020 Finish : 11 Maret 2021