Bagian 14 : Tugu bersejarah

89 9 25
                                    

"Jadikan aku titik tanpa ada huruf lain di depanku. Tanpa ada tanda tanya yang membuatmu ragu, tanpa ada tanda koma setelah aku. Aku jadikan kamu titik, penutup paling manis seumur hidupku."

-Samudera Noullan

🍀🍀🍀

"Eh Noullan, darimana aja kamu gak pernah main kesini? Ya, ampun lihat tuh pakaian kamu, nak. Malu kita nak, kita ganteng tapi urakan begini kayak gembel." Hangat Omelan sang Oma membuat Noullan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Ia melirik ke sampingnya dimana Alice hanya berdiri kaku memandang dinding.
"Heh kenapa kamu? Salim sama Oma. Oma, ini istri Noullan."  Pemuda itu berucap begitu santai seolah ucapannya hanyalah hal biasa.

Sedang pemilik manik pekat di sampingnya sudah melotot tak karuan, bisa-bisanya Noullan memperkenalkan dirinya dengan sebutan istri. Kepada teman-temannya mungkin tak masalah, tapi ini neneknya sendiri?!

Alice mengambil tangan wanita berusia 60-an itu dan menyalaminya sopan. Sebisa mungkin bibirnya tersenyum, berharap tak ada raut canggung yang terlalu kentara pada wajahnya.

"Duduk dulu nak, namanya siapa?" Oma tersenyum ramah.
Seketika Alice jadi teringat dengan almarhumah neneknya yang dulu sering menemani masa kecilnya.

"Alice Oma." Jawabnya.
Alice reflek mendaratkan bokongnya saat sebuah kursi ditarik oleh Noullan untuknya. Namun setelahnya pemuda itu berjalan mengambil langkah menuju dapur.

"Bentar ya, aku bikinin kamu soto. Kamu pasti bakal muji masakan aku nanti. Gak pake penolakan."

"Buatin teh hangat juga Lan." Perintah Oma pada cucu laki-lakinya itu.
Alice hanya dapat menunduk tersenyum, ia merasa canggung sekarang.

"Sudah berapa lama Alice kenal sama Noullan, nak?" Tatapan Oma ramah, meski ada sedikit raut lelah. Mungkin karena seharian bekerja di warung.

"Baru beberapa bulan ini Oma." Sahutnya.

"Dulu... dia bukan anak kayak gitu." Ucap Oma tiba-tiba.
Oma menatap Alice tersenyum. Kemudian melempar pandangan ke arah pemuda yang sedang berjalan menuju meja mereka. Lengkap dengan dua porsi soto di atas nampan.

Namun senyum wanita itu seolah menyiratkan kelelahan dan... pasrah?

"Dulu dia anak berprestasi di sekolah. Paling penurut sama orang tuanya. Tapi sejak beberapa tahun belakangan ini, cucu Oma itu tiba-tiba berubah menjadi orang yang sulit Oma kenali." Gurat wajahnya terlihat sendu saat menceritakan tentang cucunya itu.

"Ini sayang. Makan yang banyak, habisin pokoknya." Noullan datang meletakkan semangkuk soto ayam di depan Alice.
"Oma udah makan?" Tanyanya.

"Sudah. Makan aja, ajak Alice. Oma mau ke belakang dulu masih banyak yang mesti dikerjakan." Pamit Oma.

Alice mengangguk. "Ya, Oma."

Merasa diperhatikan, Noullan mengangkat kepalanya. Sebelah alisnya terangkat menatap Alice yang hanya memandanginya.

"Kenapa liatin aku gitu? Ganteng banget ya aku?" Percaya dirinya begitu tinggi.

Alice menggeleng pelan.
"Bukan." Ia mulai menyeruput kuah sotonya.

"Eh iya lupa. Aku buatin susu tadi, ntar ya ambil dulu."

For the Moon & the Night Sky [SEMI HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang