31. Senja Yang Menghilang

2.9K 585 52
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”

© Story of “Surga di Balik Jeruji 2” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

“Dia adalah Senjaku. Senja berkilau milik Mentari Azhar”

***

“ALYA! DAFFA!”

Farhan memanggil di tengah derai hujan deras. Payung tidak mampu menjadi pelindung, seketika tubuh basah kuyup sesaat dia keluar dari mobil.

Berjalan di perkomplekan makam yang gelap membuat Farhan Maulana buta arah. Hanya bisa mengandalkan Alif yang berjalan mendahuluinya.

“Lewat sini Kak.” Alif menarik siku lengan Farhan. Dia mencoba menerangi ke sekitar dengan lampu ponselnya. “Alif ingat lewat sini, Alya bilang di makam Pak Fajar. Mereka ada di sana.”

“Apa terjadi sesuatu Lif?” Farhan hampir tergelincir di tanah yang becek. “Kenapa Daffa ke makam Pak Fajar di malam seperti ini? Kenapa dia menghilang?”

“Jangan tanya kan itu sama Alif.” Lelaki itu menyeka air hujan yang menghalangi pandangan. “Alif juga bingung dengan apa yang terjadi. Alya tiba-tiba menelpon dan meminta pertolongan, bilang kalau dia sudah menemukan Kak Daffa.”

“Pasti terjadi sesuatu! Gue yakin. Sikap Daffa aneh beberapa hari terakhir, terutama setelah dia mengetahui Ayahnya telah meninggal.” Farhan menduga dengan curiga. Dia berdecak marah. “Anak itu selalu saja menyembunyikannya dari kita! Daffa tidak berubah sama sekali.”

Sulit berjalan di antara nisan-nisan di perkomplekan pemakaman umum di tengah gelap. Alif sesekali harus merasa bersalah, saat melangkahi gundukan tanah yang ternyata sebuah makam tak bernisan.

“Itu mereka! Itu Alya.” Farhan menarik kerah baju belakang Alif. “Mereka di sana.”

Alif mengikuti telunjuk tangan Farhan yang mengarah pada satu tempat, di bawah pohon kamboja, Alif menemukan Alya dan Daffa. Menemukan saudara kembarnya yang berusaha melindungi Daffa dari rinai hujan yang enggan untuk berhenti.

“Astagfirullah hal adzim. Alya. Kak Daffa.”

Alif bergegas menghampiri. Farhan pun melakukan hal yang sama—berkutat dengan jalan becek dan basah yang membuat mereka terpeleset beberapa kali—mereka berhasil mencapai Alya yang duduk bersimpuh di depan sebuah makam, sedangkan Daffa terbaring di atas pangkuannya.

Surga Di Balik Jeruji | SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang