Sedari tadi Gamaliel masih sibuk memandang buku A6-nya yang berisi tulisan abstrak. Dia membaca tulisan itu dengan teliti sambil menopang dagu dengan jempol kirinya. Memikirkan tentang tulisan ceker ayamnya yang berisi teori jawaban dari mimpi yang beberapa hari lalu dia dapatkan secara tiba-tiba.
"Mal," panggil Audrey mencolek bahu Gamaliel. "Woy, Mal!" serunya membuat Gamaliel langsung berbalik dan menurunkan bukunya.
"Apa?" tanyanya.
"Gudang udah dibuka dan lo disuruh ngangkatin barang-barang dari sana."
"Gue doang?"
"Sama panitia lain, tapi mereka udah pada otw, tinggal manggil lo yang daritadi nggak ngangkat telpon."
Gamaliel yang mendengar kalimat terakhir Audrey segera memeriksa ponselnya. Benar, sudah ada 6 misscall. Dia tersenyum tipis ketika melihat rekor misscall hari ini. Membuatnya merasa jika konsentrasinya kepada mimpi membuatnya lupa akan tanggungjawab sebagai panitia ospek.
Tanpa banyak basa-basi, Gamaliel segera berdiri, mengatongi buku A6-nya, lalu mengantongi ponselnya dan berlari menuju gudang yang sedikit jauh jaraknya. Begitu telah sampai di depan gudang, dia disambut oleh tatapan tajam ketua panitia.
"Lama amat lo, lagi boker apa?" tanya Beby selaku ketua panitia.
Gamaliel yang ditanya hanya tertawa kecil dan menggaruk tengkuk seolah membenarkan. Melihat tanggapan Gamaliel, Beby hanya dapat menghela napas.
"Tugas lo angkatin sound speaker sama si Boby. Dia udah nunggu di dalem," info Beby.
Gamaliel mengangguk, lalu memasuki gudang dan mencari sosok Boby. Begitu telah ditemukan, dia segera membantunya mengangkat sound speaker ukuran sedang tetapi tinggi. Awalnya ia mengira sound speaker itu akan ringan, tetapi ternyata di luar dugaan. Berat. Entah karena dosa partner-nya atau memang sudah dari sananya.
Begitu telah sampai di lokasi penempatan, Gamaliel dan Boby menurunkannya secara perlahan. Kemudian mereka mengubah posisi horizontal sound speaker menjadi vertikal dibantu beberapa panitia yang sampai dari tadi. Setelah menyelesaikan itu, mereka segera memasang kabel mikrofon pada sound speaker sekaligus mengetes suaranya. Sehabis mengetes suara, mereka beristirahat sembari menunggu yang lain.
Kebanyakan panitia menghabiskan waktu istirahatnya dengan bermain game, mengobrol ringan, atau membuka media sosial. Sangat berbeda dengan Gamaliel yang kembali berkutat pada teori jawaban mimpi yang membuatnya penasaran setengah mati. Tidak, dia tidak penasaran dengan maksudnya, toh dia sudah mengerti. Namun, yang membuatnya penasaran hanyalah satu, sosok dalam pesan itu.
><
Sudah satu jam berlalu. Semua perlengkapan telah siap di tempat. Kini yang mereka lakukan hanya tinggal merapikan diri dengan sekedar mencuci muka, memakai parfum atau menyikat gigi agar tidak menjatuhkan harga diri mereka di hadapan para maba. Terlebih, hari ini adalah hari terakhir ospek yang membuat mereka semakin tidak ingin memberi kesan buruk. Beberapa dari mereka juga ada yang kembali mengetes mikrofon, juga merapikan posisi benda-benda agar selaras.
Setelah semua selesai, kini yang mereka lakukan hanyalah menunggu para maba yang kemungkinan akan hadir sekitar pukul 07.30, mengingat acara dimulai pada pukul 07.00 tepat. Sesuai dugaan, para maba hadir pada pukul 07.30, walau ada juga yang datang lebih awal, bahkan terlambat.
"Selamat pagi, semuanya!" sapa Beby. "Jadi, hari ini kalian hanya diminta untuk mengambil kartu dari kotak yang ada di depan kalian. Di dalamnya ada nama salah satu panitia dan juga yang kosong. Buat yang dapat kertas bertuliskan nama panitia, nanti kalian akan diminta membuat satu pertunjukan bareng si panitia di sini."
Celine yang mendengar pengumuman dari Beby langsung berkeringat dingin. Terlebih ketika Beby mulai meminta anggota kelompok 1 untuk maju satu-persatu dan mengambil kartu, hingga berganti kelompok 2, kelompok 3, dan kini kelompok 4 dimulai dari Cindy, lalu dilanjutkan dengan huruf nama depan berawalan setelah C, hingga berganti pada T yang merupakan huruf nama depan Celine.
Ketika berada di depan kotak, Celine menatapnya, lalu berdoa dalam hati agar tak mendapat kartu bernama. Selesai berdoa, pelan-pelan dia mengambil kartu dari dalam kotak. Begitu telah mengambil, tiba-tiba saja tangannya langsung dingin karena doanya tak terkabul. Ketika ia membaca deretan huruf yang menunjukkan bahwa panitia itu adalah panitia laki-laki, badannya bertambah dingin, bahkan wajahnya memucat.
"Kosong atau bernama?" tanya panitia perempuan ber-name tag Cantika yang berada di depannya.
"Be-bernama," jawab Celine terbata.
"Namanya?"
"Gamal ... iel."
02 Januari 2021
Selamat tahun baru 2021 semuanya! Semoga di tahun ini kita bisa handshake bareng oshi lag- maksudnya semoga tahun ini bisa dipenuhi hal-hal positif dibanding tahun sebelumnya~
Simi tahu, simi tahu, mungkin akan protes mengapa untuk bab kedua ini kurang gelap. Alasannya ya karena cerita ini semi-dark, hehe. Oke, garing. Tapi, memang itu alasannya sih. Dan di bab ini pun ngambil sudut pandang Gamaliel sebelum pindah ke Celine. So, kegelapannya nyaris terlihat-atau mungkin nggak ada.
Sekian, terima JKT48 point /plak.
_______
Vote jika kalian suka
Komen jika ingin kasih kritik/saran/hujatan ke simi
Share ke temen yang kalian perkirakan bakal suka cerita semi-dark >w<
KAMU SEDANG MEMBACA
A Lovely Princess
Fanfiction[TAMAT] (16+) Bijaklah mencari bacaan agar terhindar dari hal-hal yang tak diinginkan. Peringatan: Semua yang tertulis merupakan fiksi belaka. _________ Hampir tiap malam, mimpi itu selalu menghantui Celine. Bukan sekedar mimpi buruk, tetapi juga me...