Aku adalah gadis yang tidak bisa mengungkapkan isi hatiku pada orang yang aku sayang. Sebelum ia mengungkapkan isi hatinya, aku tidak dapat mengatakan lebih dulu. Aku selalu menjawab ungkapan isi hatinya. Aku juga tidak menyangka kalau berpacaran akan semenyenangkan ini. Terlebih aku pacaran dengan laki-laki yang bisa di katakan laki-laki yang di pandang berperilaku buruk karena ia adalah ketua geng yang cukup di segani. Aku juga tau kalau jabatannya sangat membuatnya berkuasa. Sejak awal aku menilai dirinya, ia adalah laki-laki dingin dan arogan. Ternyata aku salah menilai dirinya. Dari luar dirinya memang dingin dan arogan, namun hatinya sangat lembut dan tulus. Ia menyayangi orang-orang yang tulus dengannya. Ia selalu membantu siapapun yang butuh dirinya. Aku tidak pernah mendengar atau melihat dirinya menolak jika orang lain butuh dirinya.
Bumi adalah laki-laki kedua yang membuatku jatuh cinta, tetapi Bumi adalah laki-laki pertama yang tanpa aku katakan inginku, ia sudah tau isi hati dan semua inginku. Bumi mengatakan ia sudah menyukaiku sejak kelas 10 lebih tepatnya ia menyukaiku pada pandangan pertama saat MOS. Pada awalnya aku tidak mempercayai ucapannya ternyata Ferre dan Arseno mengiyakan ucapannya. Bumi ingin mendekatiku, tetapi ia ragu karena jabatan di dalam gengnya. Ia mengetahui kalau aku tidak menyukai dirinya terlebih gengnya. Aku sudah mengatakan itu dan itu membuatnya kesal.
Bumi berani mendekatiku saat awal kenaikan kelas 12. Walaupun caranya membuatku emosi dan menambah kebencianku padanya. Cara ia mendekatiku pun bisa di bilang tidak keren atau bisa dikatakan cupu. Bagaimana mungkin ia mendekatiku selalu memaksa. Teringat saat pertama kali aku di bawanya ke gudang, itu adalah pertama kalinya aku melihat jelas wajah ganteng juga wajah dinginnya. Semua bayangannya yang mendekatiku semuanya tidak bisa aku lupakan.
Aku akui kalau aku sudah jatuh cinta dengannya bahkan sudah terlalu dalam. Namun, aku tidak bisa mengatakan sepenuhnya. Satu yang aku tau, aku ingin bersamanya selalu. Aku tidak ingin kehilangannya. Aku ingin selalu menjadi miliknya. Bolehkah aku egois sekali ini saja, Tuhan? Aku tidak akan meminta lebih jika Bumi selalu bersamaku. Bersamanya aku menjadi diriku sendiri. Bersamanya aku nyaman. Bersamanya aku bahagia. Bersamanya aku ingin tetap tinggal! Aku ingin seperti Bulan yang selalu menerangi Bumi di saat malam yang gelap. Seperti itulah aku yang tidak ingin Bumi kesepian dalam kegelapannya.
Tidak terasa aku dan Bumi sudah empat bulan pacaran. Selama empat bulan ini aku selalu bahagia. Hanya sekali aku dan Bumi terlibat pertengkaran itupun hanya saat Bumi di pukul Adlan dan ia menyembunyikan itu. Setelahnya, aku dan Bumi tidak lagi terlibat pertengkaran sampai saat ini.
Beberapa minggu lalu Bumi tidak ada kabar selama satu minggu. Ia tidak sekolah, tidak terlihat bersama teman-temannya dan juga tidak ada di rumahnya. Tidak ada yang tau kemana Bumi pergi. Dan saat ini aku sedang bersama Bumi di balkon kamarnya, hanya berdua tanpa ada teman-temannya yang seakan-akan tidak bisa pisah dari induknya.
"Moon..."
"Hemmm..."
"Enam tahun pacaran lama nggak sih?" Tanyanya lagi seperti tadi di sekolah. Aku tidak tau darimana ia pergi sampai-sampai ia menanyakan tentang pernikahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinggal Kenangan
Teen FictionIni kisahku di 10tahun lalu, semasa aku masih menjadi remaja labil. Tentang cinta pertama yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Sebelum mengenalmu--- Aku pernah patah hati, tetapi tidak pernah sesakit karenamu. Aku pernah bahagia, tetapi aku ing...