Part 1 Alasan Lula

1 0 0
                                    

Judul: Ganti Suami

Terkadang aku merasa lelah dengan pernikahan ini. Setiap hari harus dihadapkan dengan pertanyaan, " kapan punya anak?". Mereka pikir aku mau, menikah sudah lima tahun dan belum dikaruniai buah hati?. Mertua, teman, tetangga mana mau mengerti apa yang aku rasakan saat ini. Mereka begitu mudah melontarkan pertanyaan itu untuk basa basi atau membuka percakapan.

Selain itu, aku harus menghadapi Mas Indra, suamiku  yang belum selesai dengan masa lalunya, dengan masa kecilnya. Dia seolah biasa saja dengan kondisi pernikahan yang semakin hari semakin tidak sehat. Terkadang ketika memori kesedihannya muncul, dia seperti anak kecil yang manja dan menyebalkan. Untungnya aku punya banyak teman sesama Sales properti yang asik-asik, jadi bisa sedikit mengurangi beban hidupku.

"Hai .. La, nanti malam kita nongkrong yuk!", ajak Merlin sahabat aku dari pertama masuk di agen properti penjual apartemen dan rumah. Dia anaknya asik, selalu jadi tempat curhat, dandanan selalu sempurna dengan make up cetar dan penjualannya selalu banyak. Setiap closing penjualan, dia selalu mentraktir aku.

Nah, aku? Namaku Lula, aku lebih muda satu tahun dibanding Merlin. Setiap orang memuji kemolekan dan kecantikan aku sih. Aku juga sadar itu ketika aku ngaca, sekilas mirip Ariel Tatum seperti yang orang katakan. Tak jarang customer laki laki hidung belang  mengajak aku ke hotel dan menjanjikan akan membeli beberapa unit apartemen agar aku bisa closing sesuai target. Pasti aku menolak karena aku sangat menghargai mas Indra walaupun kadang ada rasa benci dan ingin meninggalkan ketika kita berantem.

"Nongkrong dimana, Mer?"

"Ditempat biasa lah, La." Merlin menjawab sambil merapikan kertas dihadapannya.

"Tapi gue pulang dulu ya, Mer. Soalnya harus siapin makan malam Mas Indra dulu"

"Halahhh ... Kerajinan amat sih, lo. Langsung aja napa?"

"Eh, biar gimanapun Mas Indra suami gue tahu!"

"Suami? Suami macam apa yang suka bentak, cuek, bahkan pernah mukul elo?"

"Husss! Jangan kenceng-kenceng, Mer!"
Dasar Merlin, sifat temperamennya nggak ilang-ilang.

Emang sih salah aku juga karena sudah curhat ke dia tentang segala hal termasuk keadaan rumah tanggaku. Karena aku pikir Merlin sudah berpengalaman dalam rumah tangga, walaupun dia gagal dan bercerai dengan suaminya yang ketahuan selingkuh setelah pernikahannya memasuki tahun pertama.

Semenjak itu dia cerita ke aku nggak bakal percaya sama lelaki manapun yang akhirnya membuat dia bebas jalan sama siapa saja tanpa komitmen. Merlin benar benar berubah setelah perceraiannya. Dia menjadi temperamen, suka merokok dan alkoholik. Yang membuat aku ikutan menjadi perokok juga.

"Ya udah, ntar Lo, jemput gue ya jam tujuh".

"Iye ...!". Merlin berlalu dari hadapanku menuju toilet.
***

[ Mas, aku udah siapin makanan di meja ya. Aku jalan dulu sama Merlin]

[Y] seperti biasa, Mas Indra membalas pesanku dengan singkat bahkan satu huruf saja. Alasannya sih karena sibuk. Ya sudah aku berusaha ngerti aja. Walaupun emang sedih sih.

"Udah kirim pesannya?", tanya Merlin yang sudah siap di depan kemudi di samping aku.

"Udah. Yuk ah, jalan"

Setelah sampai di tempat makan yang cozy buat anak muda nongkrong, Merlin langsung memilih tempat duduk outdoor. Aku paham sekali, karena dia pasti mau merokok.

"La, Lo mau makan apa?", tanya Merlin sambil melihat daftar menu.

"Apa ya?". Aku sempat bingung akan pilih makanan apa, tapi akhirnya pilihan ku jatuh pada pisang bakar toping es krim dan jus sirsak.

"Gue udah, Mer, Lo mau pesan apa?"

"Ini sama ini aja deh". Merlin menunjuk coffee latte dan roti bakar.

Seperti biasa aku yang mengantri untuk membayar pesanan. Merlin paling malas kalau untuk urusan antri karena dia orang yang tidak sabar.
Setelah beberapa lama, makanan yang kami pesan pun datang.

" La, Gue bingung banget deh, sumpah. Lo, kenapa sih bertahan sama si Indra? Apa coba alasan Lo buat bertahan sama si sengklek itu?"

"Kan Gue udah pernah bilang. Gue itu kasihan sama dia. Dari kecil sudah ditinggal mati ibunya, terus bapaknya  menikah lagi. Jadi dia itu kurang kasih sayang lah intinya. Akhirnya, terkadang emosi dia itu meledak ledak kalau ada masalah."

Aku berusaha menjelaskan pada Merlin yang malam itu sangat cantik dengan rambut terurai dan kaos warna putih dipadukan dengan celana jeans ketat.

"Okelah kalau alasan Lo, adalah kasihan, tapi emang Lo nggak kasihan sama diri Lo sendiri karena dijadikan pelampiasan emosi dia, sikap kasar dia?", tanya Merlin sedikit kesal sambil menyeruput kopi pesanannya.

"Nggak, kok, dia juga pernah lembut, pernah baik ke Gue, perhatian lagi. Kalau kasar dan emosional, mungkin suatu hari dia bisa berubah."

Aku yang memilih tampil feminim dengan kaos bahan rajut dan rok jeans, menghabiskan suapan es krim terakhir di piring.

"Tahu lah! Gue bener bener-nggak ngerti sama jalan pikiran, Lo!." Merlin mulai memantik korek api untuk menyalakan sebatang rokok di bibirnya.

***
"Dah! Makasih ya, Mer." Aku melambaikan tangan. Merlin pun melajukan mobil warna putih miliknya, setelah mengantar aku sampai depan rumah.

Sampai di dalam rumah, aku tidak mendapati Mas Indra yang pastinya sudah pulang. Akhirnya aku ke kamar dan ternyata benar, dia sudah berbaring di atas kasur.

"Mas ... Mas Indra sudah tidur?". Aku memanggilnya pelan, tapi tidak ada jawaban. Akupun ke kamar mandi dan membersihkan diri.

Aku yang sudah siap tidur dengan balutan lingerie, berbaring pelan disamping Mas Indra.
Ketika tubuhku sudah tertutup sempurna dengan selimut, Mas Indra berbalik, dan memeluk tubuhku.

"Ih, Mas Indra, kirain udah tidur," ucapku dengan nada manja.

Dia tidak menjawab, hanya memelukku semakin erat dan mencium pucuk kepalaku.

"Dih, cium cium lagi. Kalau gini pasti ada maunya, nih", Aku menoleh ke wajahnya yang mengulas senyum tipis.

"Maunya apa? Yang ada rambut kamu bau asap rokok tuh", ucap Mas Indra datar.

"Masa sih? Pasti kena asap rokok Merlin ini", kilah aku sambil mengusap rambut.

"Bener kamu nggak ngerokok juga?", tanya Mas Indra dengan senyum menggoda.

"Hehe ... Cuma satu batang kok", jawabku sedikit merasa bersalah.

Bukannya marah, Mas Indra justru berubah posisi diatas ku dengan menggunakan kedua tangan untuk menopang tubuhnya. Dia menghujaniku dengan kasih sayang. Rasa panas menjalar di seluruh tubuhku.

Ya, aku yakin apa yang aku rasakan malam ini adalah rasa cinta dan menjadi alasan untuk tetap bertahan dengan Mas Indra. Akhirnya, kami pun hanyut dan tenggelam pada suasana malam yang indah.

Bersambung ....

#Gantisuami
#fiksi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang