Part 8

1.1K 156 2
                                    

Abigeal kali ini merasa sangat puas karena sudah membalas perlakuan Brandon di kala itu. Perlakuan yang meneguk minuman di saat dia sedang dihukum. Dengan menjadikan Brandon pacar pertamanya dan menghancurkan hubungan Brandon dengan orang yang bernama Gelin itu.

Abigeal tidak pernah pacaran bukan karena tidak laku, tapi karena dia sendiri yang menolak mentah-mentah setiap laki-laki yang mendekatinya. Entah kenapa sekarang malah dia sendiri yang menginginkan Brandon menjadi pacar pertamanya. Hanya sekedar untuk balas dendam dan merusak hubungan orang saja. Bahkan, dulu dia sampai bertingkah gila supaya  tidak didekati laki-laki yang menyukainya.

Saat Abigeal hampir sampai di rumahnya, dari kejauahan terlihat sebuah mobil mewah tengah bertengger di pinggir jalan menuju pekarangan rumah. Terlihat juga seorang berkacamata berdiri di sisi mobil. Abigeal pun mencoba mendekati mobil itu untuk menyelidiki.

"Woi, cupu! Kirain siapa, nyasar lo? Nih, lo lurus aja ke sana, 'ntar ada pertigaan. Nah, belok kanan deh, baru 'ntar lo ketemu jalan raya!" terang Abigeal saat mengetahui pemilik mobil itu adalah Dion sambil menunjukkan jalan untuknya.

Dion tampak menoleh ke arah Abigeal dengan tersenyum. Walaupun terlihat cupu dengan kacamatanya, tapi tidak bisa dipungkiri senyumannya bisa membuat orang meleleh. Es di kutub utara saja meleleh jika melihat senyumannya Dion. Lebainya lagi, bahkan bisa membuat orang-orang diabet.

Abigeal tentu tidak mau berlama-lama di sana dikarenakan oleh hari sudah agak kesorean. Abigeal langsung masuk kepekarangan rumahnya setelah menunjukkan jalan kepada Dion. Tidak ada niat Abigeal untuk mengajak Dion masuk sedikit pun dan meninggalkannya begitu saja.

"Syukurlah, kalau kamu baik-baik saja!" ujar Dion pelan dan segera melenggang pergi dari sana.

Abigeal tak begitu mendengar apa yang Dion ucapkan. Tidak peduli dengan itu, dia langsung masuk ke dalam rumahnya setelah menaruh motornya di garasi.

Ketika Abigeal menarik gagang pintu, Abigeal dikagetkan oleh seorang berbadan kekar dan dibaluti baju kaos berwarna abu-abu tengah berdiri dihadapannya. Orang itu langsung merangkul pundak Abigeal begitu saja.

"Ah! Elo ngagetin gue aja!" omel Abigeal saat mengetahui kalau laki-laki itu adalah Edward kakak sepupunya.

"Udah siap belom?" tanya Edward mengeratkan rangkulannya.

"Ngapain?" tanya Abigeal heran.

"Ya, latihanlah. Minggu ini coy," ujar Edward menyentil jidat Abigeal.

"Iya ya, lupa gue!" jawab Abigeal cengengesan sambil mengelus jidatnya yang kena sentil.

"Bentar. Gue ganti baju dulu," balas Abigeal dan melepas rangkulan Edward.

"Tunggu! Lo abis balapan lagi, ya? 'Kan udah gue bilang, jangan balapan lagi, engggak baik! Kalau lo kenapa-napa gimana? Siapa yang repot? Gue, 'kan?" sentak Edward saat menyadari Abigeal memakai jaket hitam yang biasa dibawa Abigeal untuk balapan.

"Sotoy lo, gue abis kerja part time." ujar Abigeal tanpa menoleh sedikitpun ke arah Edward.

Belum lama ini Abigeal ketahuan balapan oleh Edward, Edward sudah memarahinya agar tidak balapan lagi. Namun, Abigeal tidak mengindahkan ucapan Edward sama sekali. Ketika ketahuan seperti ini, alasan Abigeal adalah kerja part time karena Abigeal sekarang berada dalam fase mengumpulkan uang untuk lulus sekolah nanti. Rencananya dia akan ke Jepang. Bukan satu hal yang sulit untuk meminta uang kepada orang tuanya dengan jumlah besar, tapi karena Abigeal tau kalau Morgan papanya pasti menolak dan melarang Abigeal untuk pergi ke Jepang. Namanya juga orang tua, pasti khawatir kalau anaknya jauh dari mereka, apa lagi anaknya itu perempuan.

Abigeal dan Edward setiap minggu memang selalu melakukan latihan Karate. Edward berperan sebagai senior sekaligus guru bagi Abigeal. Mereka hanya latihan di rumah saja, ada sebuah lokasi di belakang rumah Abigeal yang disediakan oleh Morgan sejak dia masih belajar di bangku SD.

The Direction (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang