22. Menghilang

18 4 3
                                    

Play now • BTS - Just One Day

***

Kalau ada typo tolong diingetin
Selamat membaca

***

Sejak hari itu kamu mulai menjauh dariku. Katakan apa ini benar? Atau ini hanya masalah persepsi ku yang salah?

✿✿✿

Semenjak kejadian dimana Zahra meninggalkan pestanya, sejak itu Ary tidak pernah menampakkan batang hidungnya dihadapan Zahra, seolah ia tak mengenal Zahra.

Bahkan Ary tak ada mengirim pesan atau menelfon Zahra. Sepertinya dunia Ary bukan lagi tentang Zahra kali ini.

"Mau sampai kapan kamu mantengin ponsel begitu, Ra?" tanya Papanya yang melihat kelakuan sang putri.

Zahra yang tengah terdiam menatap ponselnya, langsung menegakkan tubuhnya dan menatap sang Ayah. Ia hanya tersenyum dan menggeleng.

"Nungguin chat dari siapa sih, dek?"

"Nggak ada bang, bukan dari siapa-siapa. Cuma lagi nunggu informasi, kemarin 'kan aku habis beli barang di online shop."

Bang Ando dan Papanya hanya ber'oh' ria mendengar jawaban Zahra.

"Non Zahra," panggil bi Dilsah ketika memasuki ruang makan.

Zahra mendongkak menatap bi Dilsah. "Kenapa bi?" tanya Zahra.

"Itu den Arkan udah dateng," ucap bi Dilsah memberi tau.

Zahra mengangguk dan segera berdiri dari duduknya, ia berjalan ke arah Papanya dan bang Ando lalu menyalami tangan mereka secara bergantian.

"Zahra berangkat dulu ya Pa, bang. Assalamualaikum," pamit Zahra setelahnya mulai melangkah meninggalkan ruang makan.

"Dek," panggil bang Ando membuat langkah Zahra terhenti.

Zahra diam, ia menunggu kata apa yang selanjutnya keluar dari mulut bang Ando. Ia tak berniat sedikitpun untuk membalikkan badannya.

"Ponsel lo," ucap bang Ando membuat Zahra meluruhkan bahunya lemas.

"Makasih bang," ucap Zahra lalu mulai melangkah lagi.

"Sayang."

Kali ini Papanya yang memanggilnya, membuat Zahra menghentikan langkahnya lagi.

"Ary kemana? Kenapa dia nggak pernah jemput kamu lagi setelah pesta itu?" tanya Papanya yang membuat Zahra menghembuskan nafasnya panjang.

Zahra membalikkan badannya dan menatap datar ke depan.

"Om, Ary kan udah punya pacar, ya mungkin dia berangkat sama pacarnya," ucapan Ando yang tanpa sadar sudah membuat hati Zahra semakin terluka.

"Ohh begitu. Berarti sekarang Arkan yang jadi tukang jemput kamu? Ehh … iyakan?"

"Nggak lah, Pa."

"Tinggal bilang iya aja susah," sindir bang Ando.

"Diem deh lo bang," ucap Zahra tajam.

"Iya deh iya. Ya udah sono buruan berangkat, kasian Arkan nungguin kelamaan," usir Ando.

"Assalamualaikum," ucap Zahra dan benar-benar menghilang, meninggalkan ruang makan.

"Wa'alaikumsalam, hati-hati di jalan, Ra," ucap Papanya dan bang Ando secara bersamaan.

Zahra yang mendengarnya hanya terkekeh pelan, lalu ia melihat Papanya dan bang Ando saling tatap di ruang makan.

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang