32. Teruntuk Kematian

3.1K 608 108
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”

© Story of “Surga di Balik Jeruji 2” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

“Aku bukan seorang ibu. Bukan seorang manusia”

***

Mobil yang Farhan kendarai berhenti tepat di depan pintu masuk UGD rumah sakit Islam. Dokter Yulianto dan beberapa perawat segera menghampiri, mereka berlari kearah mobil. Alya mendekap tubuh Daffa dengan takut saat pintu dibuka oleh Farhan, sedangkan Dokter Yulianto langsung menegok ke dalam, melihat kondisi Daffa dengan kerutan dalam di kening.

“Bawa dia ke dalam segera.” Yulianto memerintah kepada beberapa perawat. “Ayo cepat!”

Hati Alya terluka saat Daffa terlepas dari dekapannya, terlepas dari pelukannya. Dia melihat tubuh Daffa diletakan ke atas brankar oleh beberapa perawat, sedangkan tangan putihnya jatuh terkulai, membuat isak tangis Alya pecah kembali. Bahkan tanpa mengenakan alas kaki—tampak tidak mempedulikan dirinya lagi, Alya melangkah keluar mobil, mengikuti brankar yang membawa Daffa ke ruang UGD.

“Di mana Kak Daffa?” Alif berhasil menyusul. Sama seperti mereka, kondisi basah kuyup. “Apa dokter Yulianto sudah…”

“Sudah ada di sini!” Farhan menyahuti segera. Dia menarik Alif, mengikuti Alya yang berjalan dengan linglung ke sudut ruangan, di mana Dokter Yulianto dan beberapa perawat membawa Daffa. “Ayo Lif, mereka di sana.”

“Pindahkan pasien.” Kepala perawat UGD bernama Surya memerintah kepada perawat yang lain, mereka sigap dan segera menggenggam ujung kain alas. “Satu, dua, TIGA!”

Dan pada hitungan ketiga mereka memindahkan tubuh Daffa dari atas brankar ke tempat tidur.

Tirai ditarik mengelilingi. Kedua tangan Alya gemetar tak terkendali saat melihat wajah Daffa, di bawah pencahayaan lampu, lelaki itu begitu pucat, bibirnya membiru dan kedua mata tidak membuka sama sekali.

“Apa yang terjadi?” Yulianto mendekati Daffa. Saat beberapa perawat melakukan pemeriksaan kepada Daffa. Dia melirik Alya, Farhan dan Alif. “Apa yang terjadi pada Daffa?”

Alya tidak mampu bicara. Bibirnya gemetar dan lidah seketika kelu.

“Kami tidak tahu dokter.” Farhan mengambil alih menjawab. “Daffa menghilang semenjak siang kemarin dan baru ditemukan sekarang. Menjelang subuh. Dalam kondisi basah di bawah hujan lebat.”

Surga Di Balik Jeruji | SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang