05• Dia pandai beralibi

215 67 18
                                    

🔸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🔸

“Gila Nay! Temen sekolah lo, yang namanya Arkan telpon gue! Dia bilang gue ke terima”

“Jadi, lo lagi sekolah atau bolos?“

Ya jelas bolos lah, Arkan bilang gue boleh kerja siang ini sampe malem nanti. Jadi gue harus mempersiapkan diri biar vit

Dasar idiot! Bisa-bisanya lo ganti nomor telepon lagi, orang tua lo nelponin gue mulu, sialan!”

Cius? Duh Nay ... Sorry banget. Gue lupa isi pulsa dan akhirnya itu kartu mati, tapi Nay meskipun gue ganti nomor telepon jangan kasih ke mereka. Mereka cerewet, bilang aja gue udah bisa cari kerja sendiri, jadi gak butuh warisan”

“Ngomong sendiri, sialan. Udahlah, jam istirahat gue mau habis karena lo”

Oh ya, lo udah sarapan? Jangan lupa lo Nay. Lo punya mag, kalo kambuh bisa berubah jadi zombie lo. Tapi lo tenang aja, gue udah siapin bekel khusus buat lo, jadi wajib banget ko makan karena——”

Bawel!”

Pokoknya harus lo makan, yaudah Nay, udahan dulu, bye maksimal”

Naya menghembuskan napas kasar, lalu dia membuang rokoknya asal. Well, tempat teraman untuk merokok adalah rooftop. Atap yang sepi dan gersang inilah yang menjadi tempat favorit Naya ketika jam istirahat dan bolos olahraga.

“Siswi dilarang ngerokok di area sekolah.“ Naya sontak membalikkan tubuhnya saat melihat sosok laki-laki yang sangattt tak asing di matanya, dia si tukang ikut campur dan banyak bicara omong kosong padanya.

“Lo lagi? Mau mati ya?“ ancam Naya yang membuat laki-laki itu tersenyum tipis.

Dia kemudian menghampiri Naya. “Tapi kalo lo ajak gue buat ngerokok bareng, kemungkinan gue gak jadi lapor.”  laki-laki itu kemudian mengambil rokok dari dalam saku celananya.

“Lo mau lagi?“ Naya menaikkan sebelah alisnya, sebenarnya laki-laki ini mau apa?

“Sebenernya lo mau apa sih? Kenapa lo terus muncul di hadapan gue? Lo tuh ganggu banget.” pria itu sontak  menatap Naya.

“Lo nyari temen gak? kira-kira kita bisa temenan gak ya? Kayaknya kita sefrekuensi deh ...” Naya terkekeh geli, perempuan itu menatap remeh laki-laki tersebut.

”Cuma karena kita suka ngerokok, bukan berati kita sefrekuensi. Lo salah. Gue gak ada cocok-cocoknya sama lo, malahan gue pengen mukul muka lo sampe lo mimisan!” laki-laki itu meneguk Saliva kasar.

“Gue kasih tau.“ Naya mendekat, kemudian mencengkram kedua kerahnya. “Rasa penasaran lo itu bisa berakhir jadi malapetaka. Jadi, kalo lo berani muncul di hadapan gue dan sok kenal, gue gak segan ——“ dengan cepat ia memegang kedua pundak perempuan itu sambil mengulas senyum tipis. “Gue cuma takut sama Tuhan.“

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang