5. dunia sempit

116 18 0
                                    

Seperti biasa Marsha berangkat diantar adiknya Bram dipagi buta. Menjadi murid yang datang lebih awal bukan keinginan Marsha sebenarnya tapi adiknya, dengan alasan tidak ingin dilihat oleh teman temannya semobil dengan gadis cupu. Kurang ajar bukan?

Tapi Marsha hanya mengiyakan, ia juga malas meladeni cabe sekolah yang semakin lama semakin banyak. Contohnya Pipit, anak ips yang terkenal sangat "gatal".

Marsha berjalan dikoridor menuju kelasnya yang ada dilantai dua. Dengan headset yang rapi terpasang dikedua lubang telinganya dan kacamata bulat besar yang menggantung ditulang hidungnya.

Baru saja kaki Marsha menginjak anak tangga pertama, ia dikagetkan oleh suara seseorang yang terdengar memohon dibalik pintu toilet siswa.

"Duh ... masa iyya sih itu suala setan" gumamnya dan tidak jadi naik ketangga. Ia kemudian berjalan pelan kearah toilet itu.

Ia melepas headset dikedua telinganya lalu mendekatkan telinganya pada pintu toilet.

"Iyya kak, fadil ngga akan bilang siapa siapa"

Marsha mengernyit.

"Kalo sampe sekolah ini tau lo adik gue, abis lo sama gue!"

Marsha menutup mulutnya kaget. Ia kenal betul suara yang sering bergema dikoridor itu, yah itu suara Pipit.

"Fadil adiknya pipit?" tanya Marsha pada dirinya sendiri.

Setelah merasa cukup menguping, gadis berkacamata itu segera pergi dari sana dan tepat saat Marsha berada dianak tangga paling atas, kedua orang yang tak lain adalah Pipit dan Fadil keluar dari toilet.

Marsha mendengus,

"Bisa gitu yah, kakaknya ulet bulu adeknya kutu buku...

"Marsha!"

Panggilan seseorang membuat Marsha berhenti melangkah dan menemukan Zidan yang berjalan kearahnya.

Mata gadis itu membulat dan seketika memasang wajah termanisnya kala cowok itu semakin mendekat.

"Eh Zidan, emm cepet banget datengnya" ujar Marsha basa basi.

Cowok itu tersenyum tipis semakin membuat Marsha terpesona.

"Ada kerjaan osis yang belum kelar kemarin jadi kerjainnya tadi, nih baru aja selesai" kata Zidan.

"Ouh ... eh tadi kenapa manggil aku?" tanya Marsha.

"Gini, aku mau ngundang kamu kepesta...

"Omaygat, minggu depan ultah kamukan?!" tanya Marsha heboh dan Zidan hanya mengangguk.

"Iyya ... aku ngundang kamu, nihh spesial buat adek kesayangan hehe" Zidan menyodorkan sebuah undangan kecil yang bagi Marsha sudah seperti golden tiket.

"Huaaaaa....makasih atas undangannya, aku pasti dateng!" ujar Marsha antusias.

"Harus, ajak temen kamu juga biar nggak sendiri perginya" Marsha mengangguk semangat.

"Yaudah itu aja, aku mau balik keruang OSIS, dateng yah" Zidan kemudian melangkah pergi dari hadapan gadis itu.

Marsha menggigit bibir bawahnya kuat dengan tangan yang rasanya ingin meremas undangan dari Zidan itu.

Ia melompat lompat tidak jelas saking bahagianya, dan untung saja tidak ada yang melihat, Mungkin.

🐒🐒🐒

"Dari mana aja lo Raf?" tanya Juna melihat Rafael yang baru datang dan langsung bergabung ke teman temannya.

Rafael diam dan tak berniat menjawab pertanyaan itu. Dengan wajah yang kusut, ia langsung mengambil es teh milik Egi dan menyeruputnya.

"Heh Raf, itu minuman gue woyyy!" heboh Egi. Rafael menoleh bingung.

"Anjirlah, lo minum punya gue!"

"Pelit bet lo!" ketus Rafael.

"Kalo gue mau, gue bisa beli semua teh yang ada disini...gue juga bisa beli lo! Gue bisa beli apa aja!". Sambung cowok itu ngegas.

Juna mengernyit begitu juga Bam.

"Dateng telat, ngomongnya ngegas...ngajak berantem?" ujar Juna menirukan suara iklan Milkita.

"Diem lo! Gue juga bisa beli mulut lo kalo gue mau!"

"Heh jumidin! Lo kesambet apaan sensi amat, pms lo?" celetuk Egi tapi tetap memasukkan satu persatu bakso kemulutnya.

"Ada masalah?" tanya Bam yang paling peka.

"Gantengan gue ato jidat?" tanya Rafael tiba tiba membuat tiga sahabatnya cengo.

"Lo nanya gitu ke kita, berasa gay Raf!" Celetuk Juna.

"Jawab! Gantengan gue apa jidat?!".

"Yah kalo dari segi fisik sih Zidan ganteng tapi kalo dari otak, Zidan juga pinter dari lo sih" cetus Juna jujur. Rafael mendengus.

Moodnya sedang tidak baik pagi ini . Ia melihat Marsha yang tersenyum senang didepan Zidan dan apalagi mendengar dokter idamannya dipindah tugaskan keluar kota.

"Raf, lo makin hari makin aneh deh".

"Cinta gue mau pindah" kata Rafael lesu.

Egi, Juna dan Bam menghela napas.

"Ternyata gegara kak cinta lo kek gini?"

Rafael mengangguk.

"Apasih yang lo liat dari si cinta cinta itu, iyasih bohay tapi sumpah nggak ada cocok cocoknya ama lu Raf, beneran!"

"Nah iya, cocokan juga lu ama neng Cadel" tambah Egi.

Rafael menghela nafas.

"Marsha sepupunya Cinta"

"Hah?!"

"Serius lo Raf? Demi apa, kok bisa?!" Juna memasang wajah kaget yang dibuat buat.

"Yah bisalah bege!" balas Egi menabok kepala Juna.

"Dunia sempit bat dah, gue ampe sesek gini" celetuk Rafael.

"Celana lo kali kekecilan makanya sesek!"

"Trus trus Raf?" tanya Bam serius.

"Nabrak!"

---

---

---

Hmm hmm hmmm
Hay
Agak canggung yah soalnya udah lama nggak update ehe :v
Makasih udah baca HEHE-!

Rabu 31 Maret 2021🌚

MarElTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang