LSIH ( 5 ) - 16. Gombal just for you 💕

5K 516 76
                                    

"Ketahuilah bahwa rasa syukur merupakan tingkatan tertinggi dan ini lebih tinggi daripada kesabaran, ketakutan (khauf) dan keterpisahan dari dunia ( zuhud)"

- Imam Ghazali -

Menikmati setiap waktu, limpahan rezki, kesehatan dan semua yang telah didapatkan kenyataannya tak semua orang bisa merasakannya. Karena sesungguhnya bersyukur atas seluruh nikmat yang telah sang Rabb limpahkan bukanlah sekedar pekerjaan fisik tapi juga perkara hati. Bahwa menunjukkan rasa syukur bukan hanya sekedar mengucap hamdalah membasahi lisan, tetapi merasakan dalam hati terdalam rasa terimakasih tak terhingga, betapa besar sang Pencipta dan betapa kecilnya diri ini.

Menyelami makna yang tersurat dari surah Ar Rahman yang sangat populer tak semudah sekedar menuliskannya.

Fa bi ayyi ala irobbikuma tukadziban...

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Ayat yang ada di dalam surah Ar Rahman ini, kini begitu populer. Bahkan seorang yang non muslim pun sering terdengar menggunakan terjemahan ayat ini untuk menggambarkan betapa begitu banyak nikmat sang Pencipta buat kita. Namun lebih jauh, adakah atsar, pengaruh buat kita yang muslim ketika mendengar ayat tersebut. Tak hanya singgah di pendengaran, tetapi mengakar dalam keimanan.

Para ahli tafsir Quran menggelari surah Ar Rahman sebagai 'arus al-Quran yang berarti mempelai Al Qur'an. Sebab surah itu menghadirkan nuansa keindahan dan keceriaan, dilihat dari banyaknya bunga-bunga bahasa dan pernik kesastraannya.

Pengulangan ayat fa bi ayyi ala irobbikuma tukadziban hingga 31 kali menunjukkan betapa indah jalinan kesastraannya. Indah di pendengaran meski terjadi pengulangan. Bahwa pengulangan tersebut seakan mengaduk perasaan pendengar juga pembacanya dan menohok jiwa manusia yang masih mengingkari nikmat Tuhan yang tak terhingga. Bahwa betapa kecilnya manusia dalam ketidakberdayaannya jika tak ada Al Khaliq yang memberinya seluruh kebutuhannya di dunia dengan segala nikmatnya. Hanya manusia yang telah keras hatinya bak batu yang tak tersentil dengan ayat Nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan hingga diulang sebanyak 31 kali.

Sang Rabb menegaskan dengan setegas-tegasnya secara sahih bahwa manusia itu tak ada apa-apanya. Tak memiliki kekuatan. Tak punya kuasa. Kerdil bak semut, ringan bak kapas, kecil bak debu jika tanpa kuasa Allah Izzati Rabbi. Maka tak ada alasan untuk tak tersungkur dalam penuh kesyukuran atas apapun yang kini dimiliki dan dirasakan bahkan hanya sekedar tarikan napas.

"Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin dan (juga) pada dirimu sendiri, maka apakah kamu tidak memperhatikan?" (Quran Surah Adz Dzariyat 20-21)

"Hih, sekarang di depan banyak daun nih" Aisyah mengamati seksama pot-pot berisi tanaman daun yang berjajar di halaman depan.

"Awas, hati-hati mbak Ais, mahal itu harganya" bik Romlah yang asik menyapu memperingatkan. Pagi hari begini biasanya perkarangan depan rumah dipenuhi dedaunan kering yang jatuh dari pohon mangga dan jambu.

"Ih masak sih ada daun mahal..." sahut Aisyah tak percaya.

"Eh, mbak Ais ini kudet, gak apdet. Masak gak tahu sekarang lagi tren daun mahal sampai jutaan" celoteh bik Romlah sambil terus menyapu.

"Dih, yang update terus. Asisten siapa coba?"

"Asistennya bu Aida sama pak Harlan lah, pengasuh setia mas kembar"

Aisyah terkekeh mendengar jawaban bik Romlah. Selain papa, mama, semua saudara dan suasana rumah, salah satu daya magnet rasa kangen Aisyah untuk pulang ke Malang adalah bik Romlah.

Love Story in Hospital 5 (Always Forever in Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang