12

1.1K 192 6
                                    

Ayu menggelengkan kepalanya, ia berjalan mundur perlahan sembari menatap tak suka pada Jansen. Jansen mengernyitkan dahinya melihat ekspresi Ayu.

Sungguh Ayu merasa heran dengan Jansen. Setelah membuat Ayu terluka parah dan hampir mati, kini Jansen justru menyatakan ketertarikannya pada Ayu? Benar-benar tidak dapat dipercaya.

"Kamu yang mengatakan kalau pribumi rendahan seperti ku tidak pantas bersanding sama Londo seperti kalian, dan kamu pikir, aku mau membalas perasaan mu, Tuan Jansen?" Ucap Ayu.

"Diam! Ik laat je niet bij me wegkomen, Ayu. Ik zal krijgen wat ik wil," (aku tidak akan membiarkan mu pergi dari ku, Ayu. Aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan)

Jansen mendekat ke arah Ayu, mencengkram kedua bahu Ayu dengan kuat. Tatapan mata Jansen menunjukan kemarahan di dalamnya.

Jansen telah ditolak. Cintanya telah ditolak oleh seorang pribumi seperti Ayu. Dan fakta itu tidak dapat Jansen terima begitu saja.

Sebenarnya paras Jansen tidak jauh berbeda dari Hans. Keduanya memiliki mata biru yang sama, dan wajah yang tampan. Yang membedakan Jansen dan Hans adalah tatapan keduanya. Hans selalu menatap orang lain dengan kehangatan, sedangkan Jansen justru memberikan ancaman.

Ayu bisa saja menerima cinta Jansen jika ia ingin hidup tenang di sini. Tapi Ayu tidak ingin melukai harga diri dan perasaannya sendiri. Ia juga tidak ingin membuat Jansen merasa dibohongi karena kebohongan Ayu yang menerima cintanya.

Sering kali kejujuran memberikan sebuah penderitaan dan rasa sakit pada awalnya. Namun hati yang terlibat akan merasa tenang, walaupun menyisakan luka yang lama dalam pulihnya.

Jansen mendorong Ayu, melepaskan cengkraman kuat di kedua bahu Ayu. Membuat gadis itu sedikit terhuyung ke belakan.

"onbetrouwbaar! mijn liefde is afgewezen door een inboorling," (tidak bisa dipercaya! cinta ku telah ditolak oleh seorang pribumi)

Jansen mengacak rambutnya. Mendadak kepalanya terasa pening karena tingkah Ayu. Jansen merasa tidak percaya bahwa ia bisa hampir gila karena seorang gadis pribumi.

Jansen segera tersadar dari pikiran setan di kepala tampannya. Logika dan hatinya tengah mengatakan bahwa jangan lagi menyakiti Ayu, bagaimanapun Ayu adalah gadis yang tengah mengisi hatinya.

Sempat terpikirkan untuk melecehkan gadis itu agar dapat bersanding dengannya, tapi untunglah kewarasan Jansen masih ada di dalam dirinya. Jansen tidak ingin lagi menyakiti Ayu.

"Tuan Jansen, hati ndak bisa milih mau jatuh cinta sama siapa, hati itu akan berlabuh pada siapa, tapi kita bisa memilih untuk melupakan, atau melanjutkan. Dan tuan Jansen bisa memilih untuk melupakan saya.

Aku adalah seorang pribumi tuan, perempuan yang dianggap lebih rendah dari sampah oleh bangsa tuan yang menjajah bumi pertiwi ku. Aku membenci para Belanda, aku membenci bangsa tuan yang selama ini memberikan penderitaan untuk ku. Aku membenci Londo yan sudah membunuh orang tua ku.

Hidup kita masih panjang, tuan Jansen, jangan terpaku hanya pada satu hati. Kita ndak tau siapa yang akan mengisi hati kita suatu hari nanti.

Maturnuwun tuan Jansen sudah memberikan rasa suka pada ku, tapi aku tidak ingin melukai perasaan tuan Jansen jika aku menerima perasaan suka tuan Jansen pada ku. Aku juga tidak ingin berakhir sama seperti mbak Dyah," Ayu berucap dengan lembut menatap Jansen. Ayu berani mengatakan hal itu karena ia merasa bahwa Jansen tidak akan bertindak jahat dan bertindak rendah padanya.

"maar ik ben niet hetzelfde als vader, Ayu," (tapi aku tidak sama seperti ayah, Ayu) Jansen menatap lembut kedua netra Ayu. Sangat berbeda dengan tatapan marahnya tadi. Suara yang terdengar pun membuat Ayu sedikit meluapkan kekesalannya pada Jansen.

"Aku tau tuan, tuan Jansen berbeda dengan tuan Rutger. Kamu lebih berhati dan lebih manusiawi dari bapak mu," Ayu tersenyum, senyuman yang sangat indah bagi Jansen. Kata-kata Ayu membuat darah Jansen yang mendidih menjadi tenang. Ucapan dan tindakan Ayu berhasil meredam amarah Jansen yang hampir meluap tadi.

Jansen tau perasaannya tidak akan terbalas. Apalagi Ayu adalah gadis yang memiliki banyak pengalaman menyedihkan dengan para kompeni, pasti sangat sulit bagi Ayu untuk tidak membenci para Londo di tanah Hindia-Belanda ini.

Jansen memikirkan perkataan Ayu, memang betul apa yang gadis itu katakan. Hati memang tidak dapat memilih untuk siapa ia akan jatuh dan berlabuh, tapi kita bisa memilih untuk melupakan atau melanjutkan. Melupakan orang yang pernah dicinta, atau justru melanjutkan walau tau akan bertepuk sebelah tangan.

Dan Jansen memilih untuk tetap melanjutkan, walau ia tau cintanya akan bertepuk sebelah tangan. Yang terpenting baginya adalah, ia bisa tetap di dekat Ayu, melihat kebahagiaan dan senyuman terindah bagi Jansen.

"kan ik je knuffelen? voor de laatste keer, Ayu," (boleh aku memeluk mu? untuk terakhir kali, Ayu)

Ayu tampak bimbang. Ia tidak ingin tubuhnya yang suci ini tercemar karena kejahatan yang dilakukan kaum Jansen, para penjajah dari Natherland. Tapi Ayu ingat bahwa Jansen tidak melakukan hal yang jahat, ia tidak menindas para pribumi seperti yang lainnya. Baiklah, hanya untuk terakhir kali kan?

Ayu mengangguk dengan senyuman canggung di wajahnya, membuat Jansen tersenyum sendu dan membawa Ayu ke dalam dekapannya. Jansen memeluk Ayu dengan sangat hati-hati, memperlakukan gadis itu bagai gelas kaca yang mungkin saja pecah jika ia tidak hati-hati.

Nyaman. Jansen merasa nyaman merengkuh Ayu ke dalam pelukannya.

Tanpa mereka sadari, seseorang melihat perilaku Jansen pada Ayu. Pria itu mendadak mendidih, amarah yang sempat meredam kembali membuncah melihat pemandangan yang baginya sangat tidak pantas. Ketika seorang Belanda memeluk lembut gadis pribumi ke dalam dekapannya.

•••

Tuan Rutger mengumpulkan lima tentara Belanda yang berjaga di sekitar rumahnya malam ini. Mereka berbaris di halaman rumah besar milik keluarga Waltz ini. Tak lama kemudian, tuan Rutger datang dengan Jansen yang mengekor di belakangnya.

Jansen memang selalu ada di sekitar tuan Rutger. Karena itu merupakan perintah tuan Rutger agar Jansen melihat bagaimana seorang pria bertindak, bagaimana seorang kepala keluarga memimpin.

"Ik heb je hier verzameld omdat ik je wil bedanken," (aku mengumpulkan kalian di sini karena aku ingin berterimakasih kepada kalian) ucapan tuan Rutger membuat kelima tentara Belanda di depannya saling pandang, tak mengerti maksud dan tujuan perkataan tuan Rutger.

"je hebt hard gewerkt om mijn huis te bewaken, dus ik zal je een geschenk geven," (kalian sudah bekerja keras dengan menjaga rumah ku, maka dari itu aku akan memberi kalian hadiah) suara gaduh yang semula lirih semakin terdengar setelah tuan Rutger mengatakan hal tersebut. Pria itu tersenyum jahat sebelum melanjutkan kalimat jahanamnya.

"Ik zal een slavin in dit huis geven om je minnares te zijn," (aku akan memberikan satu budak wanita di rumah ini untuk menjadi gundik kalian) Jansen menatap tuan Rutger dengan mengernyitkan dahinya. Ia memiliki frasat buruk terkait ucapan ayahnya barusan.

"breng Ayu mee," (bawalah Ayu bersama kalian) ucapan tuan Rutger membuat Jansen terkejut bukan main. Ayahnya sendiri ingin membuat gadis yang ia cintai menjadi gundik para tentara kenil.

"vader!" (Ayah!) Tatapan Jansen menajam. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak lagi mengakiti Ayu. Tapi justru ayahnya sendiri yang semakin membuat Ayu tersakiti.

Bersambung...

Buitenzorg : 1913✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang