01 : Chaos

381 50 130
                                    

▷𝙱𝚊𝚍 17◁


═───────◇───────═

Aku duduk dilantai kamar, didepanku sudah terdapat sebuah jam beker dan dua kue macaron yang diatasnya telah tertancap lilin kecil berbentuk angka tujuh belas.

Netraku bergulir menatap jam beker dinakas dengan senyum mengembang,

Ah, tinggal beberapa detik lagi.

Tiga,

Dua,

Satu,

"Happy birthday to me!!" Pekikku sembari bertepuk tangan. Tak peduli jika nyatanya hanya ada gema tepukan tanganku sendiri, sepi, sendu.

Aku memejamkan mata, mulai berdoa dalam hati, Semoga ada sedikit perubahan dalam hidupku, karena mungkin... hidupku terlalu monoton(?) atau memang kesepian? Intinya aku ingin sesuatu terjadi!. Dan setelahnya kubuka mataku dan meniup lilin didepanku dalam sekali tiup.

Bibirku tersenyum sendu, diruangan yang temaram ini aku kembali menambah umur dan artinya sudah tujuh tahun aku tinggal sendiri, kesepian, tak pernah merasakan euphoria seperti remaja pada umumnya.

Tatapanku kembali pada dua macaron didepanku. Tanganku terangkat untuk mengambil pisau untuk memotong kue kecil itu. Mata pisaunya sudah menyentuh kue, namun tiba-tiba terhenti--

Ledakan besar diluar sana membuatku reflek melemparkan pisau tersebut. Kedua tangan yang menutup telinga, mata memejam erat sembari menenggelamkan kepala dilekukan lutut, meringkuk. Dengan badan gemetar, kunetralkan nafas yang memburu. Berusaha mencerna apa yang sebelumnya terjadi.

Dengan perlahan, kubuka mataku sedikit demi sedikit. Dan... sama. Tidak ada yang berubah. Aku tetap berada didalam kamar apartemenku yang gelap ini.

Lalu, suara apa tadi?

Aku bergegas berlari menuju jendela. Dan hanya ekspresi syok yang bisa kuperlihatkan sekarang. Bagaimana tidak? Dari lantai sepuluh ini, aku bisa melihat banyak asap hitam diluar sana, bangunan-bangunan nyaris roboh dengan noda yang--

Ugh, apa itu? Darah?

Aku mematung, bahkan berkedip pun rasanya tidak sanggup.

Sungguh, apa yang sebenarnya terjadi?

Apakah akan ada penjajahan lagi sesudah ini?

Pikiranku seketika kosong ketika melihat apartemen yang kutinggali ini juga sudah ternodai dengan warna hitam merah. Hitam tentu saja karena gosong, dan merah? Aku tidak yakin tapi kurasa itu adalah darah.

Grrhh grrhh

Aku tersentak kaget mendengar geraman itu. Disusul kegaduhan serta teriakan nyaring dari luar kamarku membuat rasa takut mulai menghinggapiku. Oh aku baru ingat bahwa bukan hanya aku yang ada diapartemen ini. Apa tadi suara tetangga-tetanggaku?

Suara kegaduhan dilorong mulai parah. Dan aku yang benar-benar takut itu hanya diam dipinggir jendela dan tidak mau bergerak. Kakiku sangat berat untuk melangkah.

DOK-DOK-DOK

"Tolong!! Bukakan pintunya!! Ada orang tidak?!"

Teriakan itu sekali lagi membuatku bergetar ketakutan. Aku tidak tau apa yang terjadi diluar sana. Tapi sepertinya itu sangat mengerikan!

Tanpa berpikir dua kali akupun membuka pintu dan orang itu langsung masuk serta menutup kasar pintuku.

Aku hanya diam, terlalu terkejut melihat penampakannya. Baju acak-acakan, rambut lepek dan seluruh tubuhnya berkeringat deras. Aku mencoba membuka suara, "Hei, a-apa yang--"

"Sstt, diamlah! Jangan bersuara!" Orang itu berbisik panik sekaligus gelisah.

"Tapi.. kenapa? Apa yang terjadi?" Tanyaku pelan mendekat kearahnya. Mencoba untuk tidak menimbulkan suara gaduh.

Setelah orang itu menetralkan nafasnya, dia menatapku, "Aku butuh minum."

Aku mendengus tapi tetap mengambilkannya air putih. Lagipun dia terlihat tidak baik-baik saja. Setidaknya aku masih tau cara menghargai orang lain.

Oh, apa dia orang? Maksudku apa dia manusia?

Hei, apa yang aku pikirkan astaga!

Setelah dia meneguk habis segelas penuh itu, dia menatapku kembali. "Kamar ini kedap suara atau tidak?"

Aku menggeleng sebagai jawaban.

"Baiklah, kau punya pisau? Atau pistol pun tak apa,"

Aku mengernyit bingung. Sebenarnya untuk apa semua itu? "Kau mau membunuhku?"

Orang itu tak menjawab namun malah mengulurkan tangannya. Tak mau berbelit-belit akhirnya kujabat tangannya yang mungkin basah karena keringat itu.

"Namaku Beomgyu, Choi Beomgyu." Ucapnya. "Dan namamu?"

"Aku.. K-kim Naera." Tatapannya begitu menusuk hingga membuatku gugup tanpa sadar.

"Hm, baiklah Kim Naera. Mari kita berjuang melawan para robot gila itu bersama-sama!"


═───────◇───────═

Tanganku gatel pen mublish. Tapi gapapa lah. Daripada berdebu di draft ye kan..? Dan ketepaan aku emang pengen buat work spesyol buat ultah akang (づ ̄ ³ ̄)づ

Moga kalian suka hehe..

Vote comment nya jan lupa^^ biar afdol

Bad 17  | 𝚃𝚇𝚃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang