-¦- -¦- -¦- 24 -¦- -¦- -¦-

28 5 0
                                    

Di bawah tenda biru itu, Fifi meneguk minuman bersoda. Perilakunya sangat sopan, menjaga image sekali. Minumnya bahkan sedikit demi sedikit. Tidak tahu terlalu gugup atau memang dia berniat seperti itu. Tapi yang pasti Reza di sana sebal sekali. Kesal melihatnya.

Kenapa juga cewek bar-bar ini jadi sok jadi perempuan sekali?

"Jadi ini cewek lo?" tanya Beni. "Beneran cewek lo?"

Reza melirik. "Iyalah! Emangnya kalau bukan apaan?"

Fio lagi-lagi tersenyum. Melihat Fifi ramah. "Nggak nyangka cewek cakep kayak lo mau sama si Reza,"

Edel menganguk, meledek Reza. "Mendingan sama gue,"

Mereka tertawa senang. Reza meneguk minumannya sembari mencibir. Fifi tidak berkomentar, sibuk melihat ke sana kemari. Mencari spot bagus untuk nanti dia jadikan bahan ceritanya. Kesempatannya hanya hari ini, dia akan melakukan semuanya. Memotret, video dan segalanya. Tapi dia harus menunggu mereka semua pergi atau setidaknya sibuk sampai melupakan kehadirannya.

Termasuk berpura-pura menjadi pacar Reza di malam indah ini.

"Terus aja," ucap Reza tidak suka.

Beni berhenti. Sudah puas tertawa. "Kayanya lo bakalan jadi pusat perhatian, deh. Soalnya si Rezakan jarang banget bawa cewek,"

'Apa? Sial! Trus gimana dong gue? Nggak ada kesempatan dong,' keluhnya dalam hati. Fifi tersenyum, memasang wajah seceria mungkin. "Makasih,"

Fio dan Edel berakting, pura-pura tertancap panah di dada mereka. Lalu Reza yang melempar mereka berdua dengan kulit kacang. Bertengkar soal kelakukan mereka itu. Beni juga ikut, membantu melempar kulit kacang pada Reza.

Fifi hanya diam, sembari minum. Dia memikirkan banyak hal. Tujuan dia datang ke tempat balap ini selain untuk referensi ceritanya, dia juga ingin tahu soal dua orang di video itu. Dewa dan juga Wahyu. Apa mereka ada di tempat ini? Aneh tidak kalau dia bertanya soal mereka?

"Sialan lo pada." Reza bangun, membersihkan diri. Meneguk minumnya tidak santai. "Gangu orang aja,"

Fio tertawa. "Iya ya! Oh iya! Nama lo siapa?"

Fifi tersentak. "Gue Fifiana!"

"Ohh Fifiana!" ucap Edel dan Beni. Mereka berdua menaikan alisnya bersama. Melihat Reza dengan tatapan aneh.

"Ngapa lo berdua?"

Edel menyeringai. "Mungkin lo lupa kayanya. Tapi lo pernah cerita punya sepupu,"

Reza membeku. Berusaha mengingat kapan dia mengatakan hal itu. Tapi dia rasa percuma, dia sudah ketahuan. Akhirnya dia duduk dengan lemas. "Sialan emang,"

Lagi-lagi mereka tertawa senang. Kembali melempari Reza dengan kulit kacang.

"Dasar lo jomblo!" olok Edel.

"Cari cewek sana!" tambah Beni.

Fio menunjuk Fifi, lalu dirinya sendiri. "Nama lo sama kek gue! Fio dan Fifi. Jodoh keknya. Boleh kali, Za!"

"Nggak! Enak aja lo!" Katanya marah. "Mau pacaran sama dia lewatin gue dulu,"

"Idih! Sadar, Bro! Anda cuman sepupu," ingat Edel.

"Tapi, lo mau kalau pacaran sama gue, Fi?" tanya Fio.

Gadis itu meletakan gelasnya. "Lo anak balap?"

"Iya dong pasti! Kadang gue tanding. Nggak sering juga. Gue yang ngurusin balapan soalnya,"

Fifi di dalam bahagia sekali. Akhinya dia bisa bertemu cowok tipenya. Di bandingan Dewa dan Wahyu. Fio ini lebih baik kemana-mana. Cowok itu juga terlihat sangat baik. Lucu juga. Dan jangan lupakan, Fio lumayan tampan. Tanpa ragu dia menganguk. "Boleh, kok!"

How To Meet You [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang