Hari ini, aku melakukan shooting terakhir. seperti yang sudah kujelaskan sebelumnya. Kami melakukan pengambilan take persidangan. Setelahnya, aku mengambil gambar dengan crew produksi. Mereka sangat baik dan ramah. Mereka memperlakukanku seperti keluarga.
"Terima kasih atas kerja kerasnya." Ucapku. Aku menundukkan badan sembari berterima kasih pada mereka.
"Kamu juga... baik-baik sekolahnya." Ucapku pada pemeran Seungkwan. Anak kecil itu mengangguk patuh.
'Aduh lucunya. Pipinya seperti bakpao.' Batinku gemas karena ingin mencubit pipinya. Dia meringis kesakitan padahal aku tidak mencubitnya dengan keras. Di luar aktingnya yang bagus, dia tetap saja anak-anak.
Aku merasa sedih karena ini shooting terakhir, makanya aku pulang agak lebih telat daripada yang lainnya. Apalagi ini film perdanaku. Aku pasti akan sangat merindukan saat-saat ini nanti di masa depan.
Lokasi shooting sudah sepi, hampir tidak ada lagi orang, selain staff yang sedang membersihkan lokasi shooting. Aku merapikan tasku dan berjalan ke arah halte. Apa kalian tahu hal yang paling aneh. Aku bahkan belum sampai ke halte bus dan aku sudah bertemu Halmeoni yang waktu itu. Dia langsung menghampiriku dan aku terkejut setengah mati karena seperti makhluk halus, halmeoni itu sudah ada di hadapanku.
"Anyeonghaseyo Halmeoni." Ucapku memberi salam. Halmeoni juga membalas salamku.
Dia mengajakku untuk ikut lagi dengannya. Kau tahu, aku sangat takut sekarang. Uang yang diberikannya padaku, memintaku bertunangan dengan cucunya bahkan muncul di saat yang tidak aku duga. Aku sudah memikirkannya sejak beberapa hari yang lalu dan aku menduga halmeoni ini adalah salah satu anggota sekte aliran sesat.
Oke terlalu drama, tapi ini Korea selatan bung. Anda tidak tahu betapa banyaknya ajaran yang berdasar pada teori yang bahkan tidak aku duga. Logika yang mereka gunakan juga tidak masuk akal. Ajaran sesat yang mengutamakan iman bahkan tidak ada yang seaneh ini. Oke, sejak kapan aliran sesat ada yang jelas? Lupakan, aku juga tidak berniat memikirkan ajaran sesat atau sebagainya. Kalau benar ini ajaran sesat, aku akan kabur dengan membawa uang itu. Enak saja dia mengganggu batinku selama ini.
"Aku ingin mengajakmu menemui cucuku." Halmeoni itu tersenyum bahagia saat mengatakannya padaku. Wahai hati nurani, tolong jangan mengambil kesimpulan terlalu cepat. Otak bahkan sudah memperingatkanmu berkali-kali.
"Ah begitu ya... Hem tapi Anda bahkan belum berbicara dengan orang tua saya." Bagus otak, kau memenangkan pertempuran dengan hati nurani. Mari akhiri sekarang. Aku melihat halmeoni itu tersenyum dan aku bingung. Kenapa begini sih? Aku jadi merinding.
"Mereka belum memberitahumu? Aku sudah bertemu mereka 3 hari yang lalu." Heol! Bagaimana caranya. Aku bahkan tidak memberitahu siapa orang tuaku dan lagi mereka tinggal di Busan saat ini. Halmeoni ini sedang berbohong ternyata.
"Itu tidak mungkin. Orang tua saya tinggal di Busan. Saya bahkan tidak memberitahukan informasi apa pun pada Anda. Jadi, bagaimana Anda bisa bertemu mereka?" Aku berusaha menyudutkan halmeoni ini dengan segala fakta yang kumiliki.
"Aku bertemu dengan mereka. Ah dan iya, maaf soal itu. Aku mencari informasi tentangmu." Oke ini semakin mengerikan saja. Sepertinya memang benar halmeoni ini berasal dari sekte aliran sesat. Rumor yang aku dengar katanya sekte-sekte begini tidak akan melepaskan targetnya dengan mudah.
"Saya tidak percaya dengan anda. Saya permisi dulu." Aku segera berbalik dan meninggalkan halmeoni itu.
"Kau bisa menelfon mereka jika tidak percaya." Aku menghentikan langkahku. Baiklah, aku akan menelfon mereka. Aku segera mengeluarkan ponselku dan menghubungi orang tuaku. Sengaja aku menyalakan pengeras suaranya agar si halmeoni bisa mendengar dan tidak mendekatiku lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine: Be mine?
ФанфикImagine Oneshot You and Seventeen member Season 1 (end) Season 2 (end) Special part (End)