uno

2.6K 140 2
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.
***

Berbaik hati pada semesta, itulah yang selalu ia lakukan. Memasang senyum manis pada siapapun yang ia temui, mengumbar 'hai' ramah pada orang yang menyapa dirinya, juga bersikap ramah pada orang asing yang bahkan tak tahu menahu akan kehidupannya.

Begitulah Seo Changbin, ia mengakui dengan lantang bahwa hidupnya penuh kepalsuan dan gimik. Berada di bayang-bayang kebohongan juga ekspetasi tinggi dari orang lain yang akan tertawa jika ia tersandung, dan marah saat dirinya disanjung. Tidak mau banyak peduli, namun sedikitnya ia memikirkan perasaan seseorang yang saat ini jadi tanggung jawabnya.

"Dia tidak mau minum obat lagi?"

Saat langkah kaki itu berhenti tepat pada sebuah ruangan khusus yang terdapat nama yang tercetak hitam "Seo Heojun".

Perawat Shin namanya, yang selama ini menjaga kebersihan ruangan tersebut dan meladeni penghuninya. Perempuan cantik itu mengangguk dengan helaan napas berat tanda lelah, melirik pintu yang tertutup rapat itu melalui ekor matanya.

"Dia mengamuk dan mengatakan tidak akan makan apapun. Bahkan melempar makanan yang tadi aku bawa," adu si perawat dengan raut cemas.

Begitupun Changbin yang mendengarnya. Ia mengigit bibir sebelum menaruh tangan di pundak perawat tersebut dan mengangguk sebagai isyarat untuk meninggalkan dirinya dan si penghuni berdua saja.

Dengan satu tarikan napas yakin, pria bermarga Seo itu membuka pintu ruangan sebelumnya. Perlahan sebab tidak ingin mengejutkan orang yang berada di dalam. Dan kontan binar irisnya menghangat kala mendapati sosok pemuda tengah duduk di atas ranjang sembari meratapi jendela. Di luar sedang hujan cukup deras, pancuran airnya mengalir cantik pada permukaan licin kaca tersebut.

"Aku dengar kau belum makan apapun hari ini. Ingin aku belikan sesuatu?" Suara Changbin menggema di dalam ruangan sunyi tersebut.

Pemuda tadi bergeming, hanya menggulir maniknya sekilas ke sumber suara sebelum kembali menaruh perhatian pada si jendela dingin.

Changbin memunguti mangkuk yang berserakan di lantai, yang tadinya berisi makanan kini telah berpisah satu sama lain. Ia melepaskan leather jacket nya, kemudian mulai membersihkan kekacauan yang disebabkan oleh sang adik.

"Tidak seharusnya kau membuat kekacauan seperti ini dan merepotkan para perawat yang menjagamu. Itu sangat tidak terpuji, Heojun," Changbin berujar nian lembut.

"Kau ke mana saja, Kak?" Suara parau sang adik akhirnya mengudara. Namun Changbin tetap meneruskan kegiatannya.

"Kau tau, aku bekerja."

Changbin dengar kekeh sarkas lolos dari pemuda yang berusia 16 tahun tersebut. Selayaknya penat mendengar jawaban monoton yang sejujurnya muak untuk di dengar.

ANIMALS  | 19+ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang