6. Krisis

11 0 0
                                    

8 bulan berlalu...

Hari ini, hari kelulusan sekolah semua murid bersorak ramai dan bahagia atas kelulusan mereka. aku juga merasa sangat tenang setelah tiga tahun menempuh pendidikan menengah atas akhirnya lulus juga, walaupun aku tidak masuk universitas ternama tapi aku berhasil mendapatkan beasiswa full di salah satu universitas swasta. Selama ini aku hidup dari uang tabungan ayahku dan tabunganku juga, yang kian hari makin menipis sepertinya aku harus mencari kerja sampingan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Siang ini aku mencari lowongan kerja disekitar rumah dan area kampus, karena aku yakin kalau terlalu jauh akan sulit mengatur waktunya. Sudah sekitar tiga tempat yang aku datangi namun mereka semua menolak, akhirnya ditempat terakhir aku mendapat sebuah pekerjaan sebagai waitress di restoran sekitar tujuh kilometer dari rumah dengan bayaran yang cukup untuk kebutuhanku. Lalu setelah semuanya selesai aku pulang kerumah dengan kendaraan umum lalu berjalan setelah sampai depan komplek perumahanku.

"ANKA" aku menoleh akan panggilan itu suaranya tidak asing, oh Awan rupanya.

"Haii Awan"

"Kamu habis darimana?, aku mencarimu"

"Aku habis mencari pekerjaan sampingan, ada perlu apa?"

"kenapa kamu kerja?, kamu nggak perlu kerja An. ada aku dan bunda yang bisa kamu andalkan"

"Tidak Awan, Aku tidak ingin merepotkan mu dan bunda"

"t-tapi- Ck. Yasudah, Bunda cari kamu rindu katanya"

"Yasudah ayo temui bunda"

Sesampainya dirumah Awan, Bunda langsung memelukku dengan erat sepertinya dia sangat rindu.

"Anak gadis kesayangan bunda, Bunda rindu nak" seraya mengelus kepalaku dengan penuh kasih sayang.

"Anka juga rindu Bunda" senyum di bibirku mengembang, rasa nyaman dalam pelukan yang hangat ini semakin membuatku rindu terhadapnya. Bunda adalah orang yang merawatku sejak ayah pergi, Walaupun kita beda rumah namun ia sangat peduli padaku dan menanggapku seperti anaknya sendiri. Awan merupakan anak tunggal, Ayahnya meninggalkannya saat ia masih dalam masih dalam kandungan dan dia dibesarkan oleh ibu yang tangguh. Dari keluarga Awan aku belajar banyak mengenai berapa berharganya waktu bersama keluarga, komunikasi sama lain, dan saling menghargai.

Hari ini bunda masak udang asam manis, masakannya lezat sekali kami makan dengan lahap. Kesederhanaan ini sangat aku rindukan, Kami jarang bertemu karena bunda sangat sibuk dan aku juga punya kesibukan sendiri. 

•••••

Hari ini hari pertama aku bekerja, syukur semuanya berjalan dengan lancar tak lupa aku mengecek tugas kuliahku juga.  

"Hari yang melelahkan" gumamku

Ting tong.....
Ting tong.....
Ting tong.....

"Anka kemana ya? lho pintunya tidak terkunci" Awan langsung masuk ke dalam dan mencari Anka, rupanya ia sedang terlelap diatas meja belajarnya lalu Awan mengusap kepala Anka dengan perlahan. Cantik sekali....

"Hmm, sejak kapan kamu disini Awan?" Awan hanya tersenyum

"Ini ada makanan dari bunda"

"Oh ya, Terimakasih"

"An, kamu cantik sekali hari ini" Aku melihat ada yang berbeda dari tatapan Awan kali ini karena berbeda dari biasanya.

"Tidak ada berubah dariku, sama saja" Awan mulai mendekatiku, lalu memelukku dan mulai mencium leherku. Aku langsung mendorong Awan menjauh, risih.

"APA YANG KAU LAKUKAN?" Aku kesal dan tidak suka dengan tindakannya tadi.

"Ayolah Anka, kamu itu pacarku. Itu hal yang wajar" Mataku melotot marah pada Awan, tidak habis pikir ia bisa berpikir hal kotor itu.

"Tidak Awan, kau sudah gila. Sudah, kau pulang saja sana aku ingin istirahat"

Tiba-tiba Awan langsung mendorong tubuhku ke ranjang, mencengkeram tanganku dengan erat dan mulai melakukan hal itu, Aku mencoba mengelaknya namun tenagaku tidak lebih besar darinya. Aku menendangnya dan berhasil membuatku lepas darinya, langsung aku mengambil ponselku dan menelpon siapapun yang terpanggil disitu sembari berlari bersembunyi dari Awan.

"Halo"

"TOLONG"

"Ada apa Anka, apa yang terjadi?"

"TOLONG AKU KUMOHON"

"Kau dimana?"

"Dirumah, tolong kumohon"

"Aku segera kesana"

"Cep– AAAAAAAA"

"An-"

Tutt... tutt... tutt....

Teriakan itu membuatnya semakin panik, ia langsung bergegas kerumah Anka. Aku tidak mau sesuatu terjadi kepada Anka, Jika ya aku akan menyesal seumur hidup —ucap Erlangga

Sesampainya di rumah Anka, Erlangga langsung menuju pintu utama namun terkunci, lalu Erlangga langsung bergegas lari ke pintu belakang. Saat ia masuk banyak barang-barang berserakan seperti habis terlempar dan saat Erlangga menyusuri lantai bawah tiba-tiba mendengar suara jeritan dari lantai dua. Itu Anka

Erlangga langsung berlari ke lantai dua dan mendobrak pintu kamar tersebut.

Aku sudah terlambat.....


a/g : kritik & saran silahkan komen

Vote untuk mendukung cerita ini lebih lanjut!
🥀🥀🥀

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANKAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang