"ATAS nama Grace?"
"Betul, dengan saya sendiri." Sang pemilik suara terdengar menghitung pesanan dan mengecek tagihan. "Makasih, Mas. Semuanya udah saya bayar lewat aplikasi, ya."
Ethan mengerjap, lalu menyesap teh melati yang menghangatkan telapak tangannya. Meski jam dinding sudah menunjukkan pukul satu siang, cuaca mendung dan gerimis yang tak kunjung reda membuatnya nyaris mengira hari sudah menjelang sore. Belum lagi suhu dingin yang menggoda Ethan kembali bermalas-malasan seharian di apartemen.
"Babe, go wash your face and hands." Dua kotak chicken salted eggs tersaji di kitchen island. "Dua jam lagi aku harus ke travel pool. Besok pagi ada meeting penting di butik."
"Aku baru pulang liputan Summer Sonic di Jepang cuma buat disambut agenda hari Seninmu?" Ethan tak mengindahkan perintah dan mengambil sendok untuk menyantap sarapan sekaligus makan siangnya. "Rapat sama Dev? Mungkin aku bisa minta dia geser rapatnya ke hari lain supaya kamu bisa lebih lama di sini."
"I'd love to have you sabotaging my work schedule, but not now." Sang lawan bicara melepas tawa. "Kami bakal ketemu klien penting yang diincar Dev sejak... tahun lalu. Mereka bakal kasih kucuran dana cukup besar kalau pertemuannya lancar."
Antusiasme yang terpancar dari wajah perempuan di hadapannya mau tak mau membuat Ethan kagum. Namun, dia juga sulit menyembunyikan kekecewaan karena, lagi-lagi, mereka harus melewatkan akhir pekan dalam waktu terbatas.
"Grace?"
"Mmh?"
Tanpa menunggu, Ethan meraih salah satu tangan sang kekasih dan meninggalkan ciuman yang cukup lama di buku-buku jarinya. Perpaduan aroma vanili bercampur apel serta-merta memenuhi ruang penciuman Ethan. Wangi yang tak pernah dia duga bakal membuka kembali hatinya yang sempat tertutup rapat.
"Kamu belum gosok gigi," gumam Grace.
Mendengar komentar itu, Ethan malah membawa bibirnya ke pergelangan tangan Grace; membuat sang kekasih terkikik geli. "I get it, Babe, you're so in love with me."
"Omong-omong," tanpa melepas tangan Grace, Ethan melanjutkan santap siangnya, "Summer Sonic jadi liputan terakhirku di luar negeri tahun ini. Aku juga ambil cuti akhir pekan depan supaya bisa libur sebentar di Bandung."
Mata Grace membesar. "Are you for real?"
"Yep. Setelah itu, aku bakal sibuk liputan, tapi bolak-balik Jakarta-Bandung. Sekitar dua minggu sebelum tahun baru, aku mau habiskan jatah cuti sama keluarga."
"Aku enggak diajak?"
"Grace, ayolah—"
"Ah, thanks so much." Grace turun dari kursinya untuk memeluk Ethan. "It's been a while since we spent time together."
Ethan melingkarkan tangannya pada punggung Grace dan menempatkan kepalanya di pundak sang kekasih. "Harusnya aku yang berterimakasih sama kamu. Sampai sekarang aku masih kepikiran... gimana kalau seandainya Dev minta orang lain yang antar dia ke psikiater? Atau gimana seandainya kalau aku enggak kasih bocoran tanggal konser BTS sama kamu?"
"Atau gimana kalau seandainya aku enggak ngajak kamu kencan duluan setelah nonton konser?" Grace menambahkan. "Aku masih belum lupa ekspresi kaget kamu waktu itu. Really, no one asked you to go for a date first... until me?"
Pipi Ethan memanas. "Aku kira kamu bercanda."
Mengabaikan makan siang dan gerutuan Grace, Ethan mengecup lembut bibir perempuan dalam pelukannya. Tak butuh waktu lama sampai Grace membalas ciumannya lebih dalam. Senyum dan tawa saling mengisi di sela-sela kecupan. Jika Dev menangkap basah mereka bermesraan seperti, yang mana sudah terjadi beberapa kali, sang kembaran pasti bakal meledeknya sebagai remaja tanggung yang sedang kasmaran.

KAMU SEDANG MEMBACA
State of Grace
RomanceApparently, Ethan is doing good and he's been in a new relationship. *** © 2021 Erlin Natawiria