20. Tak Cukup Baik

940 219 38
                                    

Ada banyak hal yang tersembunyi dalam memori, tapi tak berani diungkapkan oleh lisan. Begitulah Jevon saat ini, ada rasa aneh saat melihat Anne yang tengah menggunakan paha Tama untuk tidur. Dia tak banyak bicara, tapi saat itu juga dia tahu bahwa setelah Yudi pergi mungkin orang yang dibutuhkan Anne adalah Tama. Lagipula mencintai Anne bukanlah tugasnya, tugasnya adalah mengawasi Anne dan melaporkannya.

Sebenarnya dia sendiri tak tahu apa maksud ibu angkatnya menyuruhnya mengawasi Anne, menurut Abam dan Malik hal itu karena dendam ibu angkatnya pada Anne yang menurut cerita adalah orang yang menyebabkan Winar meninggal, untuk faktanya bagaimana ia masih tak tahu.

"Tam," panggil Jevon pada Tama yang sedari tadi asik menatap Anne yang tertidur.

"Iya?" tanyanya.

"Lo kenal Anne sejak kapan?" tanya Jevon tiba-tiba membuat Tama tersenyum mengingat bagaimana pertemuannya dengan Anne saat gadis itu menjalankan hukuman berkat kenakalannya dengan Lisa.

"SMA, kenapa?"

"Menurut lo, mungkin nggak sih Anne bunuh orang?"

Sejujurnya dulu saat Jevon pertama kali melihat dan mengenal Anne dia merasa bahwa Anne sanggup membunuh orang kerena gadis itu memang sangat bar-bar dalam melabrak orang. Namun, semakin ia mengenal Anne dia tahu bahwa gadis itu hanya akan bertindak jika sudah keterlaluan dan lagi Anne tak pernah melukai fisik hanya mulutnya saja yang berbisa. Dan kali ini saat ia menanyakan itu pada Tama, ia harap dia mendapatkan jawaban tidak.

"Anne nggak suka darah, jadi dia nggak mungkin nusuk atau nyelakain orang yang bikin orang itu berdarah which is cara satu-satunya ngebunuh lewat racun. Sementara menurut pengalaman gue, Anne nggak bisa ngeracunin orang."

"Kenapa?"

Tama tersenyum kecil, dia ingat dulu Anne sempat kesal pada salah satu temannya yang melabraknya dan Anne tak punya kekuatan karena orang itu senior Anne dan Anne masih cukup waras untuk main kekerasan. Jadi, gadis itu berniat memberi obat pencahar, namun Anne si bodoh itu malah mencicipinya untung saja hanya berimbas mules-mules.

"Karena Anne hobi makan, dia bakal makan makanan itu sebelum dikasih ke korbannya." Jevon tersenyum kecil lalu mengangguk.

"Kenapa lo tanya itu? Lo takut dia bunuh lo?" tanya Tama dan Jevon mengangguk, itu kebohongan yang bisa ia katakan untuk saat ini. Jika ia mengatakan tidak maka akan muncul pertanyaan lain yang akan menyulitkan Jevon.

"Walaupun Anne suka nganggep orang babunya, Anne orang yang loyal, dia setia Jev. Lo mungkin mikir dia orangnya kasar, galak, tapi itu cuma kedok dia. Dia nggak mau dikasihani. Itu Anne.  Dia emang sombong, sok kuat dengan gitu dia bisa, jadi tempat sandaran orang yang dia sayang."

Tawa hambar keluar dari bibir Jevon, inilah yang membuat ia kalah dari Tama, atau mungkin Yudi pun kalah dari lelaki anime itu. Tama tahu tanpa perlu diberitahu, lelaki itu pengamat yang baik atau mungkin karena Tama selalu fokus pada Anne.

"Lo tau banyak soal Anne."

"Yes, i am."

"Tam, kalau misal, ini misalnya ya, Anne nggak kayak gitu gimana?"

"Maksud lo?"

"Dia bukan sekedar bar-bar yang sering lo liat, tapi dia nyelakain orang gimana? Apa lo bakal ninggalin dia?"

Tama tak sebodoh orang-orang, dia sejenis manusia peka jika berhubungan dengan Anne dan ia sadar bahwa arah pembicaran Jevon sedari tadi adalah menggiringnya pada peryataan bahwa kemungkinan Anne mencelakai orang.

"Kenapa gue harus pergi?"

"Karena—ya lo tau lah maksud gue. Dia nyelakain orang dan itu artinya dia bukan orang baik." Tama tertawa ringan kemudian mengelus rambut Anne.

✅hopeless loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang