Part 4 || Kabar Malam

283 32 3
                                    

"Kabar malam yang cukup mengejutkan. Mereka berani mengganggu ketenanganku. Biarlah mereka menunggu waktu terburuknya datang."

~Y'S

*_*

Malam ini, kamar si Queen Smitt sedang dipenuhi canda tawa dua keturunan Smitt. Awalnya mereka hanya belajar bersama setelah selesai makan malam di kamar itu pula. Namun karena merasa jenuh, Rain menciptakan lelucon yang malah terus berlanjut sampai pukul 9 malam. Jika saja dinding kamar itu terbuat dari kayu, maka suara mereka pasti terdengar sampai luar. Bahkan, bisa saja terdengar sampai lantai bawah atau rumah tetangga.

Lelucon dan tawa masih terus menggema sampai suara pintu dibuka mengalihkan atensi mereka. Alexa menoleh sambil memasang wajah tak suka. Siapakah yang sudah berani melanggar aturannya atas pintu kamar. Dia sudah bilang ke semua orang yang tinggal di mansion, agar mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk ke kamar. Di ambang pintu, terlihat Hani yang tersenyum bahagia dengan nampan juga dua gelas susu di tangannya.

"Ma, aku tidak suka jika ada yang masuk kamarku tanpa mengetuk pintu dulu!" ujar Alexa dengan nada manja. Selain dingin dan lemah, inilah sisi Alexa yang ketiga. Manja.

"Ups, maaf." Hani memegang daun telinga sebagai tanda permintaan maaf. Seperti halnya orang India.

"Baiklah. Masuk, Ma!" Hani ikut duduk di ranjang tidur sang putri. Tadinya, Hani hanya ingin membawakan susu hangat untuk kedua anaknya. Namun mendengar sedikit suara tawa Alexa dan Rain, membuatnya tertarik untuk ikut.

"Lagi ngobrolin apa, sih? Mama denger dari luar tadi, seru banget kayaknya. Sampai ketawanya ngakak pula. Coba bagi ke mama!" ujar Hani. Bukannya membagi lelucon, dua anaknya itu malah berbaring di ranjang. Kemudian, menarik sang mama agar ikut berbaring. Berakhirlah mereka yang berbaring bertiga. Saling bergandengan tangan dan sama-sama menatap langit kamar.

"Si Rain yang bikin lelucon tadi. Abis itu, kami bahas tentang masa kecil kami sebelum Sasa pergi," ujar Alexa. Sang mama pun tersenyum pedih mengingat semua kenangan itu.

"Ya, kebersamaan kalian memang momen yang paling indah. Memori itu juga sudah tersimpan rapi dalam bentuk hard dan soft. Hard-nya yaitu dalam bentuk album. Sedangkan soft-nya yaitu dalam bentuk ingatan abadi," ujar Hani sambil mengelus tangan dua anaknya yang ia pegang. Malam ini, kamar Alexa menjadi saksi atas nostalgia.

"Hm, baiklah. Ini sudah semakin larut." Hani mengubah posisinya menjadi duduk. Diikuti oleh Alexa dan Rain. "Besok masih harus ujian. Sebaiknya sekarang, Rain kembali ke kamar, dan Sasa juga segera tidur. Mama juga sudah bawakan kalian susu hangat, yang mungkin sekarang sudah dingin."

"Rain tidur di sini aja. Nggak pa-pa, 'kan, Kak Sa?" tanya Rain.

"Terserah." Alexa menenggak tandas susu yang untungnya masih cukup hangat itu.

"Oke." Rain pun melakukan hal yang sama. Hani hanya bida geleng-geleng dengan sikap dua anaknya itu.

"Kalau begitu, mama akan bawa piring dan gelas ini ke dapur, terus tidur. Kalian juga langsung tidur, ya?!" Rain dan Alexa sama-sama mengangguk, lantas mengambil posisi berbaring. Hani segera membawa piring dan gelas kotor di meja, lantas keluar dari kamar sang putri.

Sedangkan di dalam kamar, Rain masih belum bisa tidur. Sementara sang kakak sudah memejamkan matanya.

"Kak. Lo udah tidur?" tanya Rain tanpa menatap sang kakak yang berada di sampingnya.

Behind The Darkness [#MG2]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang