── 18

281 51 8
                                    

Satu kata dari keturunan hawa yang puna nama Aruna, musingin. Pokoknya hari ini semuanya musingin. Nggak semuanya juga sih, cuma di bagian belajarnya aja. Kalau semuanya musingin, nanti pergi ke kantin jadi musingin juga dong? Gak mungkin juga surga dunia begitu dibilang musingin.

Sisa waktu pelajaran masih 5 menit lagi sebab sang Guru sengaja menambahkan waktu belajar sekitar 10 menit. Memang sih kelihatannya 10 menit itu sebentar, apalagi hanya mendengar materi yang dibacakan serta mencatat kembali tulisan dari papan tulis. Tapi bagi Aruna yang memang udah pusing sama pelajaran ini, 5 menit itu udah macam nungguin satu jam selesai. Lama. Maunya cepet-cepet pulang biar nggak ketemu lagi alias jauh-jauh sama matematika minat.

Namanya sih iya Matematika minat, tapi Aruna nggak minat. Kenapa masih ketemu juga kalo gak minat sih?!

"Na, ppssstt..." merasa namanya dipanggil, Aruna melirik ke arah sumber suara yang ternyata itu Aira, alias si kursi tetangga. Aruna menyahut dengan tanya tanpa suara. "Kenapa?" begitu kira-kira.

Aira yang ditanya tak lantas menjawab. Ia mengambil buku tulis miliknya lalu menuliskan sesuatu besar-besar di bagian belakang buku bersampul hello kitty unyu. Aruna jadi makin tidak fokus ke arah papan tulis, ia penasaran apa yang sedang Aira tulis di bukunya dan kenapa pula tiba-tiba Aira memanggilnya.

"COBA KAMU LIAT KE ARAH JENDELA. ADA YANG NEMPLOK!"

Betul, setelah Aruna selesai membaca tulisan tangan Aira, matanya langsung menuju ke jendela yang mengarah ke arah luar. Disana memang ada yang nemplok, tetapi bukan cicak. Bukan pula kotoran burung atau semacamnya, melainkan tiga manusia yang sedang mengintip secara terang-terangan. Apalagi yang namanya Adnan Damaresh dan Damar Ardiaz. Dua manusia itu benar-benar mencari masalah dengan menempelkan wajah mereka ke kaca jendela lalu menaik turunkan alis kala mereka sadar bahwa akhirnya Aruna melihat mereka.

Reksa ada nggak? Oh tentu ada. Kali ini tugasnya bukan ngintip-ngintip tetapi justru malah menulis di atas kertas dan menghadapkannya ke arah Aruna bagai sedang melakukan demo di depan gedung pejabat.

"BURUAN PULANG." Tulisnya di atas kertas.

Aruna sih cuma bisa elus dada. Sudah cukup otaknya mendidih sebab Matematika minat, yang ini jangan sampai membuat otaknya meledak. Sabar Aruna, waktu tinggal beberapa menit sampai uji coba neraka dunia ini berakhir. Aira sendiri daritadi cekikikan melihat ulah manusia yang katanya heartthrob sekolah. Katanya kan, baru katanya. Kelakuannya tidak mencerminkan sama sekali makanya agak ragu sedikit.

"Itu siapa yang temenan sama cicak?" Baru dengar pertanyaannya saja Aruna sudah tahu ada yang tidak beres. Benar saja, manusia-manusia yang tadinya menempel di kaca langsung buru-buru bersembunyi di bawah jendela. Oknum bernama Reksa Adhyasta sendiri hanya tersenyum lalu menunduk sebelum akhirnya ikut berjongkok untuk menyembunyikan diri.

"Itu siapa sih? Reksa, Adnan sama Damar itu kan ya yang katanya calon pacar semua murid sekolah cabang Jakarta? Kelakuannya aneh banget. Temen siapa sih itu?" tanya sang Guru yang langsung dijawab dengan seluruh murid kelas yang menunjuk Aruna secara serempak terkecuali Aira yang sibuk terkekeh. Aruna sendiri hanya nyengir malu, habisnya emang betulan ya mereka itu bikin Aruna malu aja kerjaannya.

"Na, bilangin tuh temen kamu. Kalo mau cosplay tuh ya besok aja kalau ada event. Jangan sekarang. Ngapain juga ngelongok ke dalem kelas kaya gitu? Mau ikut pelajaran saya emangnya? Nanti giliran saya kasih jam tambahan mereka malah kabur ke kantin pake alasan rapat OSIS."

"Biasa emang mereka bertiga, bu. Terakhir kali kan mereka pura-pura jadi monyet ragunan biar bisa dapet pisang tetangga yang masuk ke pekarangan sekolah." Sahut Ghea. Tuh kan, yang begini jadi dibahas kan. Aruna yang malu jadinya loh!

REKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang