[ 00 ] Herminia Geraldine

2.6K 203 3
                                    

Dinding kamar yang berwarna merah kecokelatan dengan rak-rak yang berisikan berbagai macam miniatur kapal yang tersusun rapi. Buku-buku pengetahuan tentang laut, kisah tentang penjelah dan kapten laut yang terkenal, tertata rapi di tempatnya.

Sebuah topi kapten laut melekat di rambut hitam nya yang dibiarkannya tergerai. Tangannya memegang tongkat sapu dan diayun-ayunkannya tongkat sapu itu layaknya sebuah pedang. Kakinya dengan lincah berpindah dari tempat ke tempat dan juga tubuh yang gesit melawan udara.

Hal itu dia lakukan seakan berada di sebuah kapal besar dan sedang bertarung dengan penjahat.

Namun kegiatannya harus dihentikan ketika pintu kamarnya perlahan terbuka  menampakan seorang wanita yang berumur 30an namun wanita itu tetap cantik dengan senyuman di wajahnya. Dia membalas senyuman wanita itu dan dengan pelan meletakkan tongkat sapu yang dia pegang ke lantai. Dengan kikuk dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Wanita itu menghampirinya dan melepaskan topi yang dipakainya dan meletakkannya tepat di rak yang terletak di sebelahnya.

"Mom..." Lirihnya.

"Dad akan sangat marah jika dia melihatmu memakai ini."

Wanita itu dengan lembut merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena topi yang dipakainya.

"Dia berbuat seperti itu pasti ada alasannya, Herminia."

"Iya, mom." Ucapnya dengan senyum tipis di bibirnya.

"Good girl." Ucap sang ibu yang mencium pelan keningnya. "Mau menemani mom menyiapkan makan siang?"

"Sure." Dia pun menggandeng ibunya ke arah dapur dan bersiap-siap menyiapkan makan siang.

Tawa dan canda bergema memenuhi dapur, membuat siapa pun yang berada di sana akan selalu betah melihat interaksi ibu dan anak itu. Namun sayangnya suasana ceria itu mau tak mau harus terhenti ketika seorang lelaki yang berumur 40an yang gagah dan juga tegas keperawakannya masuk ke dapur dengan amarah yang membara.

"HERMINIA GERALDINE!"

Lelaki itu dengan tajam menatapnya yang kini berkeringat dingin.

"Dad--"

"Sudah berapa kali aku bilang padamu untuk tidak berurusan dengan laut!" Ucap sang ayah memotong perkataan putri kesayangannya itu dengan melemparkan sebuah pedang yang tampak baru selesai di buat ke lantai.

"Pedang?" Sang ibu menatap dirinya, meminta penjelasan. Namun hanya diam yang di dapat oleh sang ibu. "Herminia, jelaskan pada ibu!" Desak sang ibu, berharap putrinya tidak melakukan seperti yang di pikirkan oleh suaminya.

"Itu hanya pedang, mom." Ucapnya dengan menatap ayahnya yang masih diselimuti dengan amarah.

"Hanya pedang katamu?" Sang ayah dengan cepat mengambil kembali pedang yang dijatuhkannya dan dengan emosi dia menancamkannya ke lantai, tepat di depan putrinya. "Pedang ini aku temukan bersama dengan Martin dan aku mendengar namamu keluar dari mulutnya. Setelah aku ancam, barulah anak itu mengaku bahwa selama ini kau berlatih pedang dengannya."

Herminia dengan kasar menelan salivanya. Dalam hatinya berharap Martin tidak mendapatkan masalah karena perbuatannya.

"Jangan mengira aku bodoh, Herminia. Aku tau semua kegiatanmu. Dari dirimu yang belajar membaca mata angin, mengendalikan kapal dan layarnya, bahkan berlatih pedang!" Sang ayah menatap tajam pada putrinya. "Dengarkan aku baik-baik, anakku. Tak ada lagi yang namanya pedang, kapal, dan lautan untukmu!" Tangan sang ayah melayang hendak menampar putrinya yang kini memanggilnya.

"DAD!" Herminia mengepalkan tangannya dan menatap ayahnya dengan mata yang berkaca-kaca. "Kenapa dad sangat melarangku mencintai laut? Kenapa dad? Kenapa?" Lirihnya yang membuat sang ayah menurunkan tangannya dan terdiam. Sang ibu hanya menundukkan kepalanya, menahan tangis.

Explore Your Heart【Edmund Pevensie】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang