44 : Last Favor

207 37 12
                                    


BGM : Moon River - Emile Pandolfi

Jungkook masuk sambil membuka kancing atas kemejanya untuk mengurangi sesak yang dirasanya. Ia mengepalkan tangannya geram, wajahnya memerah namun tidak ada air mata.

Yerin hanya menunjuk ke arah atas tanpa bicara, kemudian Jungkook memandang Eunbi sekilas yang ada di dalam ruangan. Melihat Eunbi dari luar, perasaan itu timbul lagi.

Ia berjalan naik ke atas. Langkahnya menapak kuat, masuk ke ruang rekaman.

Dan ketika ia melihat wajah Jaehyun, ia langsung menarik kerah kemeja pria itu.

"Apa kau tahu apa yang sudah kau lakukan?"

Ia berteriak kencang, melepaskan amarahnya yang meletup-letup.

"Apa kau tahu apa yang kau ambil dariku, kau injak, dan apa yang kau hancurkan?"

Jungkook mendorong Jaehyun hingga pria itu menghantam dinding.

Tangannya tetap mencengkram erat kerah Jaehyun, "Apa kau tahu bagaimana aku hidup setiap harinya dan bagaimana aku melewati itu semua?"

"Apa kau tahu apa yang sudah kau lakukan?"

Suaranya meninggi dan matanya bergetar, lalu Jungkook melepas Jaehyun dalam satu hentakan.

Pria itu hanya pasrah, menerima perlakuan Jungkook.

"Aku sangat menyesal," ucap Jaehyun lirih di sela-sela itu.

"Benar.. manusia tetaplah manusia."

Jaehyun melanjutkan, "Aku benar-benar minta maaf."

Air mata Jungkook mulai menggenang, "Tidak ada yang bisa diubah, semuanya sudah lewat. Aku tidak butuh itu."

Jaehyun terbungkam, bibirnya tertutup rapat membenarkan perkataan Jungkook.

"Terserah sekarang," lanjut Jungkook, "Aku sudah tidak peduli."

"Tapi jika kau mau terus seperti ini, hiduplah seperti itu selamanya."

Sekarang, suara-suara seakan lenyap. Yang terasa dingin yang amat pada hati Jaehyun.

"Jangan memaksakan pikiranmu sendiri pada Eunbi," tambah Jungkook.

Kemudian ia meletakkan sebuah surat yang masih terbungkus amplop di atas kursi piano.

Setelah itu ia pergi ke luar dari sana meninggalkan Jaehyun yang terduduk lemas di lantai.

Jaehyun menghentakkan kepalanya ke dinding satu kali, menghembuskan nafasnya panjang dan memandang ke arah kursi.

Tangannya perlahan meraih amplop itu dan membukanya hati-hati. Matanya mulai membaca satu per satu kata yang tertulis di sana.

Aku merasa lega dan juga kecewa bahwa nenek tidak membaca suratku.

Ini akan menjadi satu surat terakhir yang kukirim.

Ini keputusan yang aku buat setelah berjuang menghadapinya setelah sekian lama.

Aku tersiksa karena penyesalannya.

Air matanya membuatku terluka.

Aku ingin memberi tahunya, "Tidak apa-apa. Kau bisa berhenti menderita."

Aku ingin menjadi kekuatan bagi Jaehyun.

Sekarang bahwa aku membuat keputusan ini, rasanya lebih lega.

Begitu beberapa waktu berlalu, aku akan bisa membicarakan hal ini dengan senyum.

Aku akan menghubungi nenek lagi begitu waktu itu datang.

half of a half ㅡ jungkook;sinb ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang