Ini adalah hari ketujuh aku menjenguk gadis yang sudah dua tahun mengisi hatiku. Bukan di ruang berdinding putih dengan bau obat-obatan yang dia benci. Bukan di taman sekolah yang selalu menjadi tempat favorit kami bertukar cerita. Bukan juga di bukit senja, tempat di mana kami sering menghabiskan waktu untuk menikmati senja. Ini adalah tempat yang tidak pernah kami kunjungi sebelumnya. Rumah masa depan.
Aku tahu, ini adalah kebodohanku. Seharusnya aku saja yang pergi malam itu untuk membeli segelas coklat panas kesukaannya. Dengan begitu, dia akan tetap bisa menikmati hari seperti biasanya. Lihat sekarang! Rindu yang menggebu sejak detik pertama dia pergi, membuat dadaku begitu sesak. Apakah air mata bisa membuatnya kembali? Sayangnya tidak. Mataku sudah sembab sebesar jengkol, tapi kesedihan itu masih juga bercokol.
" Aku ingin terus bersamamu. Aku tidak mau sendiri, " katanya di depan kelas pagi itu.
Aku mengacak poni yang biasa dia rapikan menggunakan jari. " Aku juga tidak akan meninggalkan mu, Jelek! "
Meskipun aku memanggilnya 'Jelek' tapi jujur dari hatiku yang paling dalam, dia begitu cantik. Lebih cantik dari bidadari yang sering kulihat dilayar televisi. Matanya yang bulat selalu meneduhkan. Apalagi lesung pipi yang membuat wajahnya semakin imut. Aku menyukai semua yang ada pada dirinya. Aku menyukai caranya merapikan poni, mengikat rambut, bahkan gayanya bercerita ketika sedang kesal. Dia terlihat lima kali lebih cantik.
Sudah seminggu, aku tidak bisa mengacak poninya lagi. Papan berwarna putih yang berdiri kokoh ini bertuliskan namanya, Nami. Tanggal lahir yang tertulis di sana adalah hari ini, 3 juli.
" Kau ingin kado apa? " tanyaku ketika aku dan Nami sedang menimati bekal bawaannya di jam istirahat. Nilai tambah yang membuatnya semakin terlihat cantik adalah fakta kalau dirinya pintar memasak.
Dia menggeleng. " Aku hanya ingin meniup lilin di tempat kita pertama kali bertemu "
" Maksudmu di atas bukit senja? " tanyaku, dan dia hanya mengganggukan kepalanya dengan tersenyum tipis
" Cuma itu, saja? " Aku mengernyitkan dahi. Rasanya tak percaya dengan apa yang ia ucapkan, mengingat Nami menyukai pernak-pernik yang berhubungan dengan jeruk dan barang-barang yang berkilau.
" Bagaimana kalau kalung... Atau mungkin barang-barang yang kau suka lainya, Nami? " tanyaku sambil memikirkan tentang hal-hal yang di sukai Nami
Lalu dia hanya tersenyum. Senyum yang selalu menular di wajahku.
" Kado itu tidak melulu tentang barang, Luffy. Ada kalanya, momen jauh lebih berharga untuk diingat ketimbang barang. Aku hanya ingin menikmati senja bersamamu. Itu saja. Apa kau keberatan? " katanya
" Tidak sama sekali, " jawabku waktu itu sambil mengacak poninya yang dibalas oleh lirikan tajam. Bau amis dari sambal ikan yang menempel di tanganku, berpindah di poninya.
Membayangkan percakapan waktu itu, membuat dadaku mencelus. Kalau saja, aku tahu dia akan pergi secepat ini, mungkin aku akan mempercepat merayakan ulang tahunnya. Aku ingin membuat Nami merasa bahagia. Tapi, sayangnya bukan itu yang aku beri. Keteledoranku dalam mengendarai sepeda motor membuat tulang rusuknya patah.
Nami terpental delapan meter ketika aku menerabas lubang jalan yang cukup dalam dengan kecepatan tinggi. Aku sempat melihat dirinya mengerang kesakitan di bawah lampu jalan yang temaram. Kepalanya bocor hingga darah memenuhi sebagian wajahnya. Tidak sampai satu menit, semua berubah menjadi gelap.
*****
Denting peralatan medis selalu menyimpan misteri. Dalam hitungan detik, alat itu bisa berubah bunyi dan membuat keluarga pasien menangis meraung-raung. Aku menyaksikannya ketika pasien yang ada di sudut ruangan meninggal. Ya Tuhan! Ruang ICU ini begitu mengerikan untukku dan Nami. Aku takut kalau ...
" Nami, " panggilku ketika jarinya bergerak. Dia membuka kelopak matanya dan memaksakan berbicara meski dengan susah payah.
" L-luffy..... K-kau harus berjanji,... U-untuk tidak menyalahkan diri mu sendiri,... K-ketika aku sudah tidak ada," ucapnya dengan suara yang nyaris tak terdengar.
Aku mencium tangannya. " Kau tidak boleh pergi, Nami! Kau harus sembuh. Satu minggu lagi kita akan ...." Mata Nami kembali menutup. Suara alat medis berubah menjadi dentingan panjang. " Nami! Bangun, Nami! "
Seseorang menarik tubuhku menjauh dari Nami dan beberapa orang berjubah putih mengerumuni Nami dengan wajah panik. Tubuhku mulai bergetar ketika aku keluar dari ruangan itu. Hanya selang 10 menit, Nami ikut menyusulku keluar. Selimut putih menutupi wajahnya yang cantik. Ibu dan Ayah Nami menangis sambil ikut mendorong ranjang Nami menjauh dari ruang ICU. Sementara aku hanya terduduk di lantai. Kakiku terasa lemas bukan main. Pandangan mataku buram karena dipenuhi air mata.
Makino lalu mendekati ku sambil menangis dan memeluk tubuhku. " Luffy..... Kau harus bisa mengiklaskannya. Sekarang Nami sudah tidak merasakan sakitnya lagi. Dia sudah bahagia di sana "
Ucapan Makino menyadarkanku, kalau Nami tidak akan menepati janjinya untuk merayakan ulang tahunnya di Bukit senja.
*****
Gerimis membuyarkan lamunanku. Rupanya langit sudah mulai gelap. Tidak terhitung berapa detik aku menghabiskan waktu di rumah baru Nami hari ini. Senja telah pergi. Aku mengusap papan putih itu.
" Maafkan aku, Nami. Seharusnya, kita tidak pergi malam itu. " Aku mendekatkan wajahku ke papan bertuliskan nama, Nami. " Aku mencintaimu. Tidurlah yang nyenyak. Aku berjanji akan sering-sering mengunjungi rumah barumu."
Ketika memejamkan mata, aku melihat bayang-bayang Nami tersenyum sambil berlari menjauh dariku. Ia terlihat lebih cantik menggunakan gaun serba putih. Aku hanya bisa tersenyum, dan berharap bisa dapat bertemunya di sana......
{ Cinta tak pernah membutuhkan alasan. Ia juga akan tetap hadir secara misterius. Datang tanpa pernah diduga sebelumnya. Percayalah akan kekuatan cinta, karena kau tak pernah tahu seberapa besar ia akan membuat hidupmu bahagia. }
Aki-aki Di Selengkat Pocong........
Vote Dulu Dong......😝See you next time
KAMU SEDANG MEMBACA
Luffy X Nami
RomanceDalam kehidupan dua insan berlawan jenis, tentu cinta dan asmara menjadi dinamika dan bumbu hubungan itu sendiri. Cinta dalam kehidupan memang penuh arti dan makna, sehingga topik ini adalah yang paling populer diadaptasi dalam karya seni seperti mu...