"Karena ketika lo menyayangi seseorang,
lo juga harus siap terluka karena nya"Rendra
Saat gue masih TK, gue cukup dekat dengan Datuk dan selalu ingin tidur di kamarnya tiap kali kami mudik lebaran. Sebelum tidur, Datuk selalu memutar sebuah film dengan juul The Royal Tenenbaums. film itu bercerita tentang seorang suami, ayah, sekaligus kakek bernama Royal Tenenbaums yang pura-pura sakit keras agar bisa tinggal serumah lagi dengan keluarganya setelah Ia bercerai dengan istrinya.
''Tuk, Rendra mau nonton Toy story aja boleh? masa film ini lagi, ini lagi kan bosan''
Setiap kali gue protes seperti itu, Datuk selalu bilang
''iya nanti abis nonton ini kita nonton toy story''
tapi itu gak pernah terjadi karena, di pertengahan film gue selalu ketiduran. saat gue tanya kenapa Datuk suka sekali film itu, Datuk bilang
''karena Datuk juga akan melakukan hal yang sama kalau Datuk ada di posisi Royal''
''tapi kan Royal jahat, Tuk. pernah di penjara lagi. memangnya Datuk pernah di penjara?''
''hahaha ya gak pernah dong. bukan sisi jahatnya Royal yang ingin Datuk tiru, tapi sisi baiknya dia. kamu sih gak pernah selesai nonton film ini, kalau sampai selesai pasti kamu tau kalau Royal itu orang baik dan sayang sama keluarganya. lagi pula,Royal itu kan manusia pasti pernah melakukan kesalahan''
''emang baiknya dia gimana tuk?''
''kayak namanya, dia loyal sekali sama keluarganya. dia mau memperbaiki kesalahan yang pernah dia buat. walaupun awalnya dia bohong, tapi akhirnya dia sadar kalau keluarganya itu sangat berarti. meskipun pada akhirnya Royal gak bisa dapetin apa yang dia mau, setidaknya dia sudah memperbaiki hubungannya yang retak sama keluarganya, dan itu berarti segalanya''
saat itu, gue gak begitu mengerti apa yang dikatakan Datuk, tapi sekarang saat gue menonton ulang film tersebut, gue cukup paham. sayangnya, keadaan gue sekarang dengan keadaan keluarga Tenenbums jauh berbeda.
Satu-satunya kesan dalam yang ditinggalkan oleh film itu setelah gue menontonnya hingga akhir adalah di keluarga Tenenbaums, anak-anak berperilaku seperti orang dewasa dan orang dewasa punya kematangan emosi seperti anak-anak.
Ya, gue merasakan itu.
Gue gak ngerti kemana jalan pikir papi ketika Ia memutuskan untuk selingkuh dari Mami. begitupun gue gak paham kenapa Tante Rayi tega ninggalin Jeno saat dia masih kecil dan lepas tanggung jawab begitu saja. kenapa mereka bisa bertindak sebodoh itu padahal mereka orang dewasa? kenapa mereka tega bertindak seegois itu padahal mereka orang dewasa?
''dulu terakhir ketemu kamu, kamu masih segini nih, sekarang udah tinggi banget''
Tangan kanan Tante Rayi hampir mengusap puncak kepala gue ketika tangan kiri gue dengan cepat menepisnya.
''Basa-basinya simpen aja, tante. aku sibuk, habis ini ada les''
Tante Rayi terlihat kaget melihat sikap gue barusan. gue memang sengaja bersikap dingin di depannya, masih gak terima dengan apa yang dilakukannya pada Jeno dulu.
''tante... tante mau minta tolong lagi sama ka--''
gue sengaja menghela nafas panjang keras-keras ketika mendengarnya --lagi-lagi-- meminta tolong ke gue untuk membujuk Jeno. seakan paham dengan helaan nafas gue tadi, tante Rayi tidak melanjutkan kalimatnya
''tante, berapa kali aku bilang kalau Jeno gak akan pernah mau lagi nemuin tante? tante tuh mikir gak sih perbuatan tante udah kelewatan. gak cukup ya Datuk marahin tante sampe aku harus jelasin lagi dan lagi ke tante tentang ini?''
KAMU SEDANG MEMBACA
Selenelion
FanfictionAlet dan Rendra seperti matahari dan bulan. Ketika matahari mulai terbit, bulan meninggalkan langit. Ketika bulan datang menerangi malam, matahari harus tenggelam. Tidak pernah bertemu di waktu yang sama. Ini tentang pencarian sebua...