L I M A B E L A S

6.6K 423 19
                                    

Teriakan kencang Aora mampu membuat Revan dan Vraska berhenti saat akan saling melesatkan pukulan.

"Cukuuup iihh!"

Setelah mereka berdua menatap Aora, Revan dan Vraska melanjutkan pukulannya seakan saling menulikan telinga dan tak mendengar teriakan Aora tadi.

Mau tidak mau Aora harus mendekati kedua pria yang sedang emosi itu dan melerainya.

"Stoopp!" Aora berusaha memisahkan Revan dan Vraska.

Buuggg!!

Na'asnya niat baik Aora malah jadi malapetaka. Aora terkena pukulan di pelipisnya. Untungnya pukulan itu tidak keras, hanya membuat kepala Aora menjadi sedikit pening.

"Kann! Kepala Aora jadi kena! CUKUUUPPP IH!!" Aora teriak sekencang-kencangnya.

Kali ini teriakan Aora berhasil membuat Revan dan Vraska berhenti.

"Kalian kenapa berantem sih?!"

"Tanya aja sama si anjing nih," Revan mendorong keras bahu Vraska. Lalu berjalan menuju Aora.

"Lo yang anjing goblok!" teriak Vraska namun sama sekali tidak dipedulikan.

"Ikut gue," Revan menarik tangan Aora pergi. Sesekali tangan satunya ia gunakan untuk mengusap darah yang mengalir dari sudut bibirnya.

Vraska yang melihat punggung Aora dan Revan hanya bisa dikuasai oleh rasa kesal.

Tiba-tiba Pak Hasyim mendatangi dirinya dengan wajah cemas, "Vraska, tadi bapak liat ada ribut-ribut. Ada apa?"

"Mohon maaf pak sebelumnya, ribut-ribut? Dari tadi disini sepi pak," Vraska berusaha berbohong, secara dirinya adalah Ketua Osis.

Jika Vraska terciduk baku hantam, otomatis guru-guru akan memandangnya bahwa ia tidak pantas menjadi seorang ketos. Dan Vraska tidak mau image nya hancur hanya karena kejadian ini.

"Ooh sepi ya. Berarti kuping bapak aja yang rada eror. Terus kamu ngapain disini?" tanya Pak Hasyim lagi.

"Em sa-saya mau ngambil kursi tambahan pak buat rapat Osis nanti," ucap Vraska asal.

"Bagus. Tetep jadi Ketua Osis teladan ya," puji guru mata pelajaran sekaligus Kepala sekolah itu.

"Siap pak."

"Ya udah, bapak kembali ke ruang guru dulu ya."

"Baik pak."

Setelah batang hidung Pak Hasyim tidak nampak lagi, Vraska langsung bernafas dengan lega, lalu segera pergi dari gudang sialan itu sebelum ada guru yang tiba-tiba datang tanpa di undang.

---

Revan yang menarik tangan Aora spontan menjadi pusat perhatian siswa-siswi SMA Lab.

Sebagian laki-laki sangat terpesona melihat kecantikan Aora. Sedangkan di lain sisi banyak perempuan yang sangat iri kepada Aora. Dan yang pastinya mereka ingin merebut posisi Aora.

Namun hal itu tidak berpengaruh bagi keduanya, Revan dan Aora tetap bersikap cuek seakan tidak terjadi apa-apa.

Tetapi aneh sekali. Video yang viral sebelumnya seketika lenyap begitu saja.

Di tengah-tengah lapangan, sesekali Aora menatap wajah Revan yang selalu tampak datar atau banyak orang bilang wajah dan gaya yang cool.

Tunggu, bibir Revan...

"Revan, bibir Revan berdarah?" tanya Aora panik saat melihat sudut bibir Revan berdarah lebam.

"Hm."

"Sini ikut Aora!" kini seakan silih berganti. Sekarang berganti Aora yang menarik tangan Revan untuk dibawa ke UKS.

"Duduk situ," perintah Aora.
Mau tidak mau Revan harus menuruti gadis di depannya ini.

Aora mengambil salah satu obat di kotak P3K. Lalu mengoleskan salep ke sudut bibir Revan.

Saat menyentuh bibir lelaki di hadapannya itu, tiba-tiba Aora flashback saat mereka berdua berciuman di Bandung.

Dengan cepat Aora berhenti dan melepaskan tangannya lalu tertunduk. Tak sadar rona pipinya berwarna merah.

"Lo sakit?" tanya Revan seakan tak tahu apa-apa.

"Hah? Ng-nggak."

"Kok pipi lo merah gitu?"

"Emang iya? Aaah ng-nggaak tuh," Aora berusaha menutupi wajahnya yang sedang blushing itu.

"Nih lo liat sendiri di kaca," tunjuk Revan pada kaca yang posisinya tepat di sebelahnya.

Huaaa Aora malu banget.

"I-ini Revan obati sendiri, Aora mau ke kelas dulu," Aora segera melemparkan salep itu. Lalu dengan cepat ia lari sejauh mungkin.

Tingkah menggemaskan Aora itu membuat sudut bibir Revan terangkat.

"Gak sia-sia gue ngelakuin hal itu," batin Revan tersenyum.

---

Aora berlari menuju kamar mandi untuk menutupi wajah tersipu malunya itu. Lalu ia berdiri tepat di depan kaca.

Aora menatap dirinya sendiri, lalu menyadari jika blushing itu belum hilang dari wajahnya.

Tidak tahu kesambet apa, tiba-tiba Aora menjadi senyum-senyum sendiri jika ingat kejadian tadi.

Tunggu...

Tiba-tiba perut Aora terasa di kocok. Cairan yang ada di dalam perutnya langsung naik tanpa aba-aba.

Hueeekk

Aora muntah. Muntah cairan bening yang tak terlalu banyak. Tidak lupa ia cepat-cepat menyiram air di wastafel itu agar bau muntahannya tidak menyebar kemana-mana.

Ups.

"A-Aora muntah?"

"Yang Aora tau selama ini, kalo tanda-tanda orang hamil itu-"

"A-Aora HAMIL?!" Aora mendelik kaget. Spontan pikirannya menjadi tidak karuan.

Seakan semesta tak memihaknya, di tengah-tengah dirinya berpikir keras, mendadak kepala Aora sangat pusing.

Dunia seakan berputar-putar tanpa henti. Pandangan Aora perlahan menjadi kabur.

Dan.. Gubrak!!

Baby Girl (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang