16

840 150 259
                                    

Malam ini Rara mengemasi barang-barang yang akan dibawanya esok pagi. Tak banyak yang dia bawa, hanya satu koper kecil saja.

Saat mengambil beberapa baju, tatapan Rara beralih ke beberapa gaun yang tergantung dalam lemari bajunya. Dia tersenyum, teringat saat menemani Fani belanja. Fani yang belanja banyak waktu itu, ternyata juga membelikan gaun untuk Rara.

Ahh..... sahabatnya itu, membuat Rara merasa bersalah karena belum bisa jujur padanya, pada Faldo dan Bima juga. Mereka semua sahabat sejatinya. Mereka selalu ada saat suka maupun duka. Jahatkah dia yang tak berani memberitahukan hari penting yang akan terjadi dalam hidupnya?

Rara menghela napas berat. Dia bertekad setelah kelulusan nanti, dia akan memberitahu para sahabatnya. Karena dulu mereka berempat telah saling berjanji untuk mengenalkan pacar masing-masing.

Terdengar pintu kamarnya diketuk dan suara Tante memanggilnya. Rara mempersilahkan Tantenya masuk. Dan ternyata Tante datang bersama Omnya.

"Kamu bisa berangkat besok sore aja kalau kamu mau, Ra. Kamu masih bisa sekolah besok pagi. Kami dan Paman juga Bibi yang akan mengurus persiapan di sana," ucap Om.

"Gak pa-pa Om, aku udah buat surat izin ke Wali Kelas buat besok. Aku pengen kumpul lebih lama dengan keluarga di Bandung. Lagi pula..... aku sangat merindukan Ayah dan Ibu," kata Rara, lalu menundukkan kepala, mencoba menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca.

Tante mengelus lengan Rara. "Kami tau, sayang. Udah lama kamu gak ke makam mereka. Dan juga..... acara nikahan kamu ini bisa di bilang mendadak. Pasti ini terasa berat buat kamu. Gimana perasaan kamu sekarang?"

Rara mencoba untuk tersenyum. "Sejak awal aku sendiri yang memutuskan untuk menerima perjodohan kakek, Tan..... jadi aku akan berusaha menjalani ini sebaik mungkin..... sebisaku."

Om mengelus puncak kepala Rara. "Om tau kamu anak yang baik. Kami semua yakin, kamu pasti bisa membawa perubahan yang baik untuk suamimu nanti. Walaupun sekarang Rezky masih terkesan badung, tapi Om salut sama dia..... dia berani minta maaf dan berani mempertanggung jawabkan kesalahan yang dia buat. Om harap dia bisa benar-benar serius ngejagain kamu. Yang harus selalu kamu ingat, nak..... Om dan Tante tetap akan jadi orangtuamu walaupun kamu udah nikah nanti. Kami akan selalu ada, kapan pun kamu butuh kami."

"Iya, Om..... makasih ya selama ini udah ngerawat aku dengan sangat baik. Maaf kalo aku banyak salah selama ini," ucap Rara menahan air mata.

Sedangkan Tante sudah sibuk menyeka air matanya dari tadi. Lalu Tante memeluk Rara penuh kasih sayang. "Maafin Tante dan Om juga ya, selama ini kami sering ninggalin kamu karna kerjaan."

"Gak pa-pa, Tan. Semua itu demi Rara juga kan," sahut Rara sudah ikut meneteskan air mata.

Om yang menyaksikan mereka berpelukan, lalu mengelus-elus kepala Rara. Gadis ABG yang dulu di bawanya dari Bandung itu, sebentar lagi akan menikah. Om menghela napas pelan, lalu mengusap cairan bening di sudut matanya.

"Om, Abang bisa pulang gak?" tanya Rara kemudian.

"Abangmu belum bisa pulang, Ra. Libur semester besok mungkin baru bisa pulang," jawab Om.

"Yaaah," desah Rara kecewa.

Tante mengelus lengan Rara pelan. "Tante juga gak habis pikir sama Abangmu itu. Mentang-mentang sibuk belajar jadi jarang kasih kabar ke Mamanya. Awas aja pas pulang, Tante jewer kupingnya."

Rara tersenyum. "Iya Tan, besok aku bantuin cubit Abang juga."

Lalu mereka pun tertawa.

"Abangmu jarang telepon karna perbedaan waktu. Amerika siang, di sini malem..... jadi Abang gak mau ganggu waktu tidur kamu," kata Om setelah mereka selesai tertawa.

Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang