Cigarettes of Ours

8 1 0
                                    

Narrator: Zara Jayanti 🌼

Di hari Sabtu pagi yang cukup tenang, gue cuma berdua bareng Lola di kamar. "Zara, nanti siang gue mau ke toko lukis. Mau ikut?" tanya Lola.

"Ikut deh gue, lagian bocah semua di luar dorm," gue bales Lola.

Hari ini semua punya kesibukkan sendiri-sendiri. Audrey yang sekarang harus ngikut Rangga latihan, Gladys sebagai wakil manajer tim sepak bola instan dia ikut latihan tim, Risa kerja di Moonmart, dan Myra ada janji sama gebetannya.

Tinggal sisa gue dan Lola. Satu manusia jomblo dan satu manusia yang beberapa bulan yang lalu jadian.

Bukan gue yang pacaran, tapi si Lola. Dia pacaran sama Edgar, temennya Rangga. Gak tau kapan proses deketannya, tiba-tiba jadian aja gitu pas mau liburan semester kemarin. Mana yang tau mereka jadian cuma gue, Risa dan Myra. Kata Lola dia gak mau ngasih tau ke Audrey sama Gladys karena dia merasa melanggar janji jomblo yang pernah dibikin mereka bertiga pas masuk Resonance.

"Lo gak ketemu Edgar nanti?" gue bertanya ke Lola.

Lola lagi tiduran main HP, "Nanti ketemuan abis dia latihan, kita pulang kira-kira jam 5 gitu gak apa-apa kan?"

"Santai, gue lagi gak ada kerjaan." bales gue.

Kenalin, gue Zara Jayanti. Sekarang duduk di kelas 11 IPS 1 dan mengikuti ekskul cheerleading. Tadinya mau ikut timmodern dance, tapi keterimanya di tim cheers masa gue tolak. Bulan depan bakal ada lomba di Exordium, tim cheers sekolah juga ikut lombanya.

Lola menutup HP-nya, "Cheers belum mulai latihan?" 

"Belom, hari Senin palingan," kata gue.

Lola yang lagi tiduran di kasurnya menggerakkan badanya biar bisa ngeliat gue dari kasurnya, "Oooh... Mau makan apa nanti?"

"Makan Chilly Dinner aja yuk," bales gue masih menatap ke jendela kamar.

Lola menjawab tawaran gue, "Tapi biasanya Chilly Dinner rame,"

"Gue lagi BM banget makan itu dari kemarin," gue mulai menoleh ke arah Lola dan menatap matanya biar dia mau mengikuti BM gue.

"Oke oke," dia menyerah.

Dan yang terjadi setelahnya adalah, gue dan Lola pergi nemenin dia ke toko lukis.  Kemudian dia ketemu Edgar dia Cometbucks, dan gue melipir ke meja luar sendirian. Gak kuat gue nemenin orang baru panas-panasnya pacaran, kalau udah setahun pacaran gue kuatin deh.

Cuaca udah mulai kerasa dingin sampe tulang, tapi karena heater pack yang gue bawa seenggaknya untuk beberapa jam kedepan gue gak bakal beku. Dan hot chocolate with marsmallow Cometbucks yang sangat amat terkenal bisa membuat perut gue hangat sambil menunggu waktu pergi ke Chilly Dinner.

Sambil menikmati suasana tengah kota, minum yang hangat-hangat, "Hmm, enak banget," ucap gue.

"Sorry, tempat duduknya kosong gak?" tanya seorang cowo.

Gue menengok ke arah suara itu, "Gak ada, ambil aja,"

"Oh okay, thank you ya," kata dia. Tapi dia malah duduk di kursi depan gue.

Gue bingung sambil melihat cafe yang tempat duduknya penuh.

"Gak apa-apa kan gue duduk disini?" kata cowo itu lagi dengan nada khawatir gue gak nyaman.

"I-iya gak apa-apa," gue gagap.

Iyalah gagap. Ini cowo ganteng banget kayak model. Kulit putih bak salju, pas tadi berdiri tinggi iya, rambutnya stylish banget. Tapi kok rasanya pernah liat dimana gitu.

This Is Not A Prom!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang