Permainan Takdir

210 11 2
                                    

Musim panas akan segera berakhir dan tergantikan oleh musim hujan, tapi hatiku masih saja tertuju pada satu wanita yang sudah lama memutuskan untuk pergi meninggalkanku. Tanpa terasa bulan terus berganti hingga sedikit lagi waktu akan mengantarkanku di penghujung tahun.

Sudah 2 tahun berlalu sejak perpisahanku dengan Nami, tapi tak ada yang berbeda dengan hari-hari yang kulalui. Hatiku masih saja dipenuhi rindu untuk wanita gila yang sudah mematahkan hatiku hingga berkeping-keping.

Aku sudah berusaha untuk melupakannya, tapi kenangan itu tetap saja bersarang di kepalaku. Padahal aku sudah berusaha membuka hati untuk wanita lain.

Aku mencoba mencari penggantinya, aku menjalani hubungan dengan Hancock rekan bisnis kuliner yang awalnya kurintis bersama Nami. Putusnya hubungan kami tentu juga berdampak pada bisnis yang kami bangun, Nami enggan bekerja denganku lagi. Jangankan bekerja betegur sapa saja Nami menolakku mentah-mentah.

Perpisahanku dengan Nami bukan hanya membuatku kehilangan kekasih, tapi juga kehilangan rekan kerja yang hebat dan motivator yang terus memacuku untuk maju.

Omsetku yang dulunya selalu mencapai target bahkan bisa melebihi, perlahan mulai menurun. Hancock begitu berbeda dengan Nami, wanita berkulit putih itu terlalu menuntut banyak hal. Bahkan terus menerus memintaku untuk menikahinya.

Pusing memikirkan bisnis yang terus merosot dan keberadaan Hancock yang merepotkan tentu hanya membuatku semakin stress, jadi akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan wanita itu.

Perpisahan itu membuatku lega, tapi tidak dengan bisnisku yang semakin kacau. Hancock melampiaskan kemarahannya dengan mutuskan hubungan kerja sama kami.

Aku semakin jatuh terpuruk tanpa keberadaan Nami di sisiku. Hingga saat ini komunikasiku dengan Nami masih terputus. Tapi dari kabar yang kudengar dari temannya, Nami sudah memiliki kekasih baru.

Nami menjalin hubungan dengan lelaki London, tapi sudah berkebangsaan jepang karena kekasihnya itu bekerja di sana. Sesekali terlihat Nami menyambangi negara tempat tinggal lelaki yang menggantikan posisiku itu. Yaa, aku masih sering mengintip media sosial Nami. Jangan tertawakan aku, hanya ini satu-satunya cara untukku melepaskan rindu untuknya.

Sebaiknya aku harus meninggalkan semua pemikiran dan rindu ini, karena hari semakin sore. Aku harus menemui ayahku di kantornya, kami harus membicarakan kelanjutan bisnisku yang sudah di ujung tanduk.

Setibanya di kantor, aku melihat ayah dengan sepucuk undangan pernikahan di tangannya.

" Undangan dari siapa? " tanyaku pada lelaki yang semakin hari terlihat tua itu.

" Oh, ini undangan pernikahan  anaknya paman Genzo, " jawaban Ayahku membuat jantungku serasa berhenti berdetak.

" Nami akan menikah? " pertanyaan itu terlontar begitu saja. Hatiku masih menolak untuk menerima kenyataan, aku merasa tidak sanggup untuk melihat Nami bersanding dengan lelaki lain di atas pelaminan.

" Kalau ayah bilang iya, apa kamu akan mengacaukan pernikahannya? " tanya ayahku, yang tentu saja tidak lucu buatku saat ini.

" Ya, tidak mungkinlah... Hubunganku dengan Nami sudah berakhir... Dia berhak untuk bahagia,” jawabku santai, padahal hatiku seperti tertusuk jarum saat mengatakannya.

Ayahku hanya tertawa mendengar jawabanku itu, mungkin dia tahu isi hatiku yang sebenarnya.

" Hahaha... tenang saja, yang menikah bukanlah Nami. Yang akan menikah adalah Nojiko, kakanya Nami "  kata Ayahku menutup tawanya.

Seperti ada beban yang terangkat dari hatiku mendengar apa yang ayahku katakan itu.

" Sepertinya Kake mu akan ke luar kota di hari itu, jadi kamu harus menemani ayah ke sana, " tutur ayahku sambil menepuk-nepuk pundakku.

Luffy X Nami Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang