Resikonya ada pada hati.
Langkahnya terasa berat saat beberapa meter dari tempatnya berhenti, nampak gedung tinggi yang ia sebut sebagai sekolah. Apa yang terjadi padanya tempo hari sedikit mengguncang hatinya untuk ragu. Perasaan takut itu tentu saja ada, namun dalam benaknya hal itu hanya akan membuatnya terlihat jauh lebih rendah dari yang orang lain bayangkan.
Gadis ini memantapkan hatinya untuk terus melangkah dan melawan sedikit perasaan takut dalam dirinya. Ia kembali mengayuh sepedanya dengan menyembunyikan perasaan itu. Mudah, kelihatannya.
Sampai di depan gerbang masuk, beberapa siswa melihat Tasya dengan tatapan mengintimidasi.
"Berani juga dia masuk sekolah. "
"Pahlawan kita datang guys!"
"Gak punya malu. "
"Pertunjukannya bakalan mulai bentar lagi guys!"
Dan ocehan lain yang masih bisa Tasya dengar dengan jelas terus bersahut-sahutan dalam pendengarannya. Ia tak memperdulikan itu dan tetap menjalankan sepeda birunya menuju tempat parkir.
Tempat parkir khusus sepeda yang berisi miliknya seorang dan satu lainnya milik tukang kebun sekolah ini. Baginya, ia seperti mendapat tempat parkir pribadi dan tak peduli pada siswa lain yang memilih untuk memenuhi parkiran mobil di basement.
"Sya, lo itu berani!" Katanya dalam hati. Ia sedikit merapikan ikatan rambutnya dan juga tali sepatu usang yang sedikit kendor. Lalu setelahnya berjalan menuju kelas dengan dagu tajam yang sengaja ia buat agar tak terlihat setakut itu.
Baru saja kakinya memijak lobby gedung utama, sebuah kue ulang tahun terjatuh tepat di atas kepalanya diikuti sorakan siswa-siswa lain.
"Happy Birthday Tasya!" Sorak sorai kembali memenuhi lobby utama membuat Tasya yang dipenuhi cream kue mengeratkan genggamannya pada tas sekolah.
"Oh iya guys! Karena hari ini Tasya yang paling cantik ini ulangtahun jadi kantin gratis! Lets go!"
Tasya membelalak ketika mendengar ucapan yang keluar dari salah satu siswi perempuan. "Enggak! Enggak! Gue gak ulang tahun hari ini!"
"Terus kalo gak ulangtahun, kenapa loker punya lo banyak kado? Oh! Jangan-jangan dari pengagum rahasia lo lagi, cie Tasya!"
"Cie!"
Dirinya merasa ada yang aneh sebab tak seorangpun pernah memberikan sesuatu pada lokernya kecuali dia sendiri. Ia bergegas menuju loker yang berada di lantai dua sembari membersihkan beberapa cream kue yang ada di tubuhnya.
Sampai di sana, betapa terkejutnya ia karena loker yang semula rapi berubah menjadi tempat sampah dadakan dengan bau yang benar-benar menyengat. Ia sendiri sampai hampir mual kalau tidak menutup hidungnya dengan tangan.
"Wah kadonya cocok ya!" Celetuk salah satu siswa yang membuat Tasya merasa emosi.
"Siapa? Siapa yang udah ngasih sampah di loker gue? Siapa?!" Semua orang di sana hanya cekikikan tanpa ada yang mengaku. Tasya yang geram menunjuk salah satu siswi bernama Jasmine yang sedari tadi mendominasi diantara lainnya.
"Lo kan? Lo yang udah ngasih sampah ke loker gue?" Tanyanya sambil menunjuk-nunjuk gadis itu. Jasmine yang hanya menatap remeh tidak merasa takut sama sekali dengan gertakan yang Tasya lakukan.
"Sorry, gue pikir itu tempat sampah" Balasnya dengan menekankan kata terakhir, membuat Tasya hampir saja menampar gadis itu dengan tangannya namun seseorang menahan itu.
"Ngebales pakai kekerasan jauh lebih rendah dan menjijikan" Kata Caca, pelaku yang menahan tangan Tasya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour | Jay
Short Story[Follow dulu] Ini hanya seutas cerita singkat mengenai perjalanan pria penuh tatapan tajam dengan kisah klasiknya bersama seorang gadis yang sengaja menyembunyikan berbagai kebenarannya. Akankah kalian akan menjadi saksi dari kisah klasik mereka? M...