54| Sectumsempra

4.2K 630 335
                                    

Trigger warning: Mention of suicide and violence.

Rachel merasa deja vu saat melihat Keenan mengobati luka bekas tamparannya lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rachel merasa deja vu saat melihat Keenan mengobati luka bekas tamparannya lagi. Hanya saja ini bukan sekedar perasaan yang numpang lewat melainkan fakta. Mungkin yang jadi pembeda ialah dulu Keenan akan mengomelinya tanpa jeda pula tanpa bisa diinterupsi. Tapi kini, jangankan berbicara panjang lebar, mau melihat mata Rachel saja tidak.

Kalau begini, Rachel jadi menyesal sering meminta Keenan untuk diam. Ternyata dia lebih senang saat laki-laki di sebelahnya ini nggak pernah kehabisan kata untuk menceramahinya, lengkap dengan bibir mengerucut dan mata memincing.

Fokus Keenan hanya tertuju pada luka di pipi kiri Rachel yang menjalar sampai membuat sudut bibirnya sobek. Binar di mata Keenan sepenuhnya padam, membuat kedua manik itu bagai danau gelap yang takut Rachel selami.

Keduanya sekarang berada di apartemen Rachel setelah tadi sempat dibawa ke pos penjagaan karena menimbulkan keributan di pesta Hazel. Keenan akhirnya dilepaskan karena banyak saksi mata yang melihat Jordan menampar Rachel lebih dulu. Kini nggak ada lagi birthday date yang telat mereka susun sedemikian rupa. Semuanya terlanjur runtuh dalam semalam.

"Wait..." Rachel menahan tangan Keenan yang tadi digunakan untuk mengoles salep pada pipinya. Jari-jari tangan cowok itu agak membiru entah karena menonjok Jordan terlalu keras atau karena apa. Pun saat Rachel sibuk berganti mengobati lebamnya, Keenan hanya memandang tiap pergerakan Rachel dengan mulut terkunci.

"Sorry, I messed up again," kata si perempuan lirih. Telapak Rachel yang bersentuhan dengan milik Keenan berhasil menyalurkan hangat kendati bertolak belakang dengan raut si pemilik. "And sorry it had to happen on your birthday."

"It's kinda sad because I told you not to get hurt when in actual fact you always did."

Itu adalah kalimat pertama yang keluar dari bibir Keenan setelah apa yang terjadi tadi. Di jalan mereka nggak berucap apa-apa. Keenan hanya langsung menggenggam tangan Rachel erat selepas diinterogasi lalu membawanya pergi menuju mobil. Terlalu banyak skenario buruk berkelebat di kepala Rachel yang membuatnya hanya bisa pasrah sekarang. Rachel takut salah satunya akan berubah jadi realitas setelah ini.

"Lo bilang Jordan bukan siapa-siapa."

"Maaf, Ken."

"Maaf..." cowok itu tersenyum kecil. Menarik tangannya yang sudah selesai diobati Rachel dan ganti memutar tubuh untuk menghadap dinding yang dicat pucat. "Sebenernya, Chel—daripada minta maaf—gue lebih seneng denger alesan kenapa lo minta maaf."

Perlu ratusan detik yang Rachel habiskan untuk diam. Dia sudah nggak peduli saat tangannya kembali berdarah karena tertusuk kukunya sendiri. Kaki Rachel nggak berhenti mengetuk cepat pada lantai ruang tengah yang beralaskan karpet. Segala upaya dia lakukan untuk mendistraksi nyeri pada dadanya yang makin menyempit.

SerotoninTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang