Chapter 15 Gramedia

53 26 80
                                    

Chapter [15] Gramedia

HAPPY READING!!!
🌙🌙🌙

Maira sedang berusaha untuk tertidur, badannya sudah lelah, tapi pikirannya masih menjelajah. Gadis itu bangkit dari ranjang menuju meja rias nya, dia mengambil ponsel yang sedari tadi tak tersentuh.

Maira menekan room chat nya bersama Vino, ternyata cowok itu tidak membalas satu pun pesan yang Maira kirim untuknya, berbagai spekulasi muncul dalam benak Maira.

Tidak seperti biasanya Vino menganggurkan pesan dari Maira, dia pasti akan membalasnya walau hanya stiker yang Maira kirim.

"Kamu kenapa sih Vin?"

"Padahal tadi pagi kita baik-baik aja, tapi kenapa sekarang kamu seperti menganggap aku banyak utang."

"Kalau aku utang sama kamu, bilang Vin. Jangan ngilang kayak gini," gumam Maira pada dirinya sendiri.

Dea yang sedaritadi berdiri di ambang pintu kamar anaknya itu, datang menghampiri. Dea membawa Maira kembali ke atas kasur dan menidurkannya kembali sambil menarik merapikan selimut Maira agar dia tetap merasa hangat.

"Kamu kalau lagi banyak utang harus bayar, kasihan orangnya, siapa tau dia butuh uang," lanjut Dea segera berlalu dari kamar Maira dan kembali menutup pintunya.

"HAH" Maira tidak habis pikir, bagaimana bisa bunda-nya beranggapan seperti itu. Apa bunda tadi mendengar ucapan Maira tadi sehingga dia bisa berpikir seperti itu.

Ini bener-bener diluar prediksi BMKG, pikir Maira.

••••

Suara alarm berbunyi nyaring menggema ke seluruh ruangan yang bernuansa putih biru itu. Tampak seorang gadis menggeliat di atas kasur sembari tangannya mencari benda yang berbunyi. Setelah ia berhasil mendapatkan yang dicarinya, gadis itu langsung mematikan jam tersebut agar tidak berbunyi lagi.

Selanjutnya ia bangkit dari tidurnya dan duduk untuk mengumpulkan nyawa yang masih belum sepenuhnya terkumpul. Matanya beralih melirik ponsel yang ada di atas meja. Berharap kalau pesan yang semalam ia kirim sudah dibalas. Saat tangannya membuka layar ponsel, ternyata tidak ada tanda-tanda notifikasi yang masuk ke dalam room chat atau pesan. Sungguh menyedihkan sekali. Bahkan dari operator kartu pun juga tidak masuk, untuk sekadar promosi paket pulsa murah meriah.

Jemari lentiknya kembali mengetikkan pesan untuknya, berharap kali ini pesan itu akan dibaca dan dibalas. Namun nihil, tidak ada tanda bahwa pesannya akan dibalas. Maira memutuskan untuk mengubungi, siapa tau dengan ditelpon dia mau mengangkat.

Lagi dan lagi usahanya gagal, ternyata ponsel Vino tidak aktif sehingga tidak dapat dihubungi.

"Ayo Ra siap-siap," celetuk Manda yang kebetulan lewat di depan kamar adiknya, yang kebetulan pintu kamar Maira terbuka.

Maira pun bangkit dan bergegas memasuki kamar mandi untuk melakukan ritual pagi.

20 menit berlalu.

Maira sudah selesai dengan seragam sekolah, lalu kaki panjang gadis itu melangkah keluar kamar berjalan menuju meja makan. Ia melirik jam tangan yang melingkar di kulit putihnya, ternyata dia hampir terlambat.

MAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang