Marcel langsung membopong sang kakak dan membawanya ke kamar. Kemudian ia bergegas memasak air dan membuat teh manis untuk kakaknya. Tangannya gemetaran karena panik melihat sang kakak pingsan.
"Aww ...." Marcel mengibaskan tangannya yang kena cipratan air panas karena terlalu gugup.
Ia sangat khawatir dengan keadaan sang kakak. Marcel takut terjadi sesuatu padanya. Hanya dia keluarga yang marcel miliki saat ini yang selalu sayang padanya. Sang ayah entah pergi ke mana ia pun tidak tahu.
Marcel segera membawa segelas teh manis yang masih mengeluarkan kepulan asap ke kamar kakaknya.
"Kak, sadar dong!" ucap Marcel sambil mengusap air mata dengan punggung telapak tangannya. "Kenapa tangan Kakak dingin banget." Marcel meremas-remas jari tangan sang kakak. Ia pun berpikir bagaimana caranya agar sang kakak cepat sadar.
Kemudian ia mencari-cari minyak kayu putih di dalam laci lemari kecil yang ada di kamar. Setelah berhasil menemukan minyak kayu putih, ia pun menggosokkannya ke telapak kaki dan telapak tangan sang kakak. Kemudian mendekatkan botol kecil beraroma khas itu di hidung kakaknya supaya aroma dari minyak kayu putih itu bisa dihirup.
"Semoga Kakak cepat sadar," ucapnya, "Kak, ayo bangun!" Marcel terus menggosok-gosok telapak tangan kakaknya agar menjadi hangat. Kemudian ia berjongkok dekat kaki kakaknya dan menggosok dengan cepat telapak kaki sang kakak.
Setelah beberapa menit akhirnya sang kakak membuka matanya. Ia melirik sang adik yang sedang menangis.
Marcel bangun dan mendekati sang kakak. "Akhirnya Kakak bangun." Marcel tersenyum sambil mengusap air matanya.
"Maafin Kakak ya, udah bikin kamu khawatir," ucap madu lirih. Suaranya terdengar sangat lemah.
"Kakak minum dulu tehnya ya!" Marcel membantu kakaknya untuk duduk. Ia menumpuk dua bantal di belakang sang kakak supaya kakaknya bisa bersandar pada bantal.
Marcel mengambil gelas berisi teh manis yang sudah hangat. "Minum, Kak!" Marcel membantu sang kakak minum.
"Hari ini Kakak nggak usah kerja dulu ya!" pinta Marcel sambil memijat telapak kaki sang kakak.
"Hari ini Kakak emang lagi libur," jawab Madu sambil berusaha tersenyum agar adiknya tidak tahu apa yang dia rasakan saat ini.
Hidupnya terasa hancur. Ayah yang seharusnya menjadi panutan malah menjadi iblis perenggut kesuciannya. Madu berusaha kuat menjalani takdir hidup demi sang adik.
Walaupun kadang terpintas dalam pikiran untuk mengakhiri hidupnya, tapi ia berusaha untuk kuat. Ia yakin Tuhan tidak akan suka dengan hambanya yang berputus asa.
"Kakak istirahat lagi ya!" Marcel membenarkan posisi bantal. Lalu Madu merebahkan tubuhnya. Ia memejamkan mata berusaha untuk menghilangkan bayang-bayang perbuatan sang ayah.
Marcel pun keluar dari kamar sang kakak. Ia segera ke dapur untuk membereskan bekas makannya. Pekerjaan rumah yang tidak pernah ia lakukan, tapi setelah ia jatuh miskin, pekerjaan apapun harus bisa ia lakukan.
Bersukurlah dengan apa yang kita miliki saat ini. Dengan bersyukur, kita akan merasa tenang menjalani takdir kehidupan. Ucapan sahabatnyalah yang selalu ia ingat jika ia merasa berada di titik terendah dalam hidupnya.
Sementara Madu tidak bisa menyingkirkan bayang-bayang perbuatan sang ayah padanya. Air mata terus menetes membasahi pipi, ia tidak bisa membendungnya. Bagai teriris sembilu ia menahan tangis agar sang adik tidak mendengar.
Ingin rasanya ia berteriak sekeras-kerasnya. Menangis sejadi-jadinya, tapi ia tidak bisa. Madu tidak mau sang adik tahu perbuatan sang ayah. Walau dadanya begitu sesak menahan sakit tak berdarah ini.
"Kamu harus kuat Madu, demi adikmu." Dalam hati Madu menyemangati dirinya sendiri supaya ia bisa bangkit dari keterpurukannya.
Madu menghela napas dalam-dalam dan mengembuskannya secara perlahan. Kemudian ia memejamkan mata, berharap setelah bangun nanti ia bisa melupakan semua penderitaan ini.
Marcel masuk ke dalam kamar sang kakak. Ia mendekatinya, Lalu duduk di kursi kayu yang ada di kamar itu. "Aku tahu kakak pasti lelah dengan semua ini. Aku akan jadi adik yang baik, aku janji." Marcel bangun lalu mencium kening sang kakak.
Setelah melihat kakaknya tertidur pulas, Marcel keluar kamar. Ia tidak mau mengganggu istirahat sang kakak. Ia pergi ke kamarnya untuk belajar supaya mendapatkan nilai terbaik.
"Semoga aku bisa mendapatkan nilai terbaik, agar aku bisa mendapatkan bea siswa untuk masuk kuliah," harap Marcel. Ia tidak mau memberatkan beban biaya kuliah pada sang kakak.
Ketika sedang serius belajar, Marcel dikagetkan dengan suara teriakan sang kakak.
"Kakak!" teriak Marcel. Ia langsung lari keluar dari kamarnya dan masuk ke kamar sang kakak yang bersebelahan dengan kamarnya.
"Jangan! Aku mohon jangan!" teriak Madu sambil menangis. Ia menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, sementara matanya masih terpejam.
"Kak, bangun!" Marcel mengusap-usap tangan sang kakak sambil menitikkan air mata. "Kenapa Kakak selalu mimpi buruk, apa yang terjadi sama kakak." Marcel bertanya-tanya dalam hatinya.
"Kak, sadar!" Marcel menepuk-nepuk pipi sang kakak.
Setelah berkali-kali Marcel membangunkan sang kakak, akhirnya Madu membuka matanya. Ia langsung bangun dan memeluk sang adik.
"Kakak kenapa?" tanya Marcel sambil mengelus rambut sang kakak.
"Jangan tinggalin Kakak ya!" Madu memeluk erat sang adik sembari menangis.
"Aku nggak akan meninggalkan Kakak. Cuma Kakak yang aku punya." Marcel mengusap-usp punggung sang kakak untuk menenangkannya.
"Kenapa akhir-akhir ini Kakak sering mimpi buruk?" Marcel memberanikan diri untuk bertanya pada sang kakak.
"Kakak mimpi kamu pergi ninggalin Kakak," jawab madu. Ia berbohong pada sang adik. Nggak mungkin ia bercerita kalo sang ayah telah menghancurkan masa depannya.
"Walaupun Ayah pergi ninggalin kita, tapi aku akan tetap bersama Kakak. Aku nggak mungkin ninggalin Kakak. Kakak segalanya bagiku, lebih berharga dari apapun." Ucapan Marcel mampu menenangkan Madu.
"Aku harus kuat, demi adikku. Ya Tuhan, bantulah aku untuk keluar dari keterpurukan ini. Bantu aku untuk bangkit Tuhan." Madu berdoa dalam hatinya.
Kemudian Madu melepaskan pelukannya. Ia menyeka air mata yang menggenang di pelupuk mata. "Terima kasih, kamu adalah kekuatan terbesar bagi Kakak," ucapnya sambil membelai pipi sang adik.
"Aku sayang Kakak." Marcel kembali memeluk kakaknya.
"Ya udah, Kakak mau mandi dulu, biar segar. Nanti Kakak ajarin kamu untuk berjualan online." Madu melepas pelukannya. Kemudian turun dari tempat tidur dan melangkahkan kakinya ke kamar mandi yang bersebelahan dengan dapur.
Marcel kembali ke kamar untuk membereskan buku-bukunya. Ia begitu bersemangat untuk belajar berjualan online. Dengan begitu ia bisa membantu sang kakak walaupun tidak banyak yang bisa ia lakukan untuk meringankan beban sang kakak, tapi ia cukup senang bisa sedikit membantu pekerjaan kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Kupu-kupu Malam
Romance"Aku hanya seorang kupu-kupu malam, tidak boleh jatuh cinta kepada pelanggan," ucap Madu. Hatinya terasa perih saat ada yang mengatakan cinta padanya. "Menikahlah denganku! Aku akan membawamu pergi dari lembah kenistaan ini," ucap seorang pelanggan...