Hai!
Terima kasih udah mau baca cerita
Rasta dan Rowena!
Semoga kalian suka
^_^--------------------------------------------------------------
"Halo? Dengan siapa ini?"
"Aku Dilova, istri Allan. Maaf semalam aku tidak ada di acara pernikahan kalian sebab aku sudah memiliki janji lain sebelumnya"
"Ah begitu, sayang sekali, tapi tidak masalah, saya harap kita bisa bertemu di lain waktu. Perkenalkan nama saya Rowena. Maaf saya harus memperkenalkan diri melalui sambungan telepon"
Ibu tiri? Aku tidak tau jika Rasta ternyata memiliki Ibu tiri. Sampai sekarang tidak ada satu pun orang yang menyinggung tentang hal ini.
Ya mungkin wajar saja, sebab hanya beberapa orang yang kukenal, dan itu pun sedikit yang sering kutemui selama aku berada disini.
"Jangan terlalu formal denganku, kau sudah menjadi bagian dari keluarga kami. Bagaimana hadiah dariku? Kau menyukainya? Semoga itu sesuai dengan seleramu"
"A..ah itu, ya, saya bahkan sangat menyukainya saat pertama kali melihat. Terima kasih banyak atas hadiahnya"
Tidak ada satu pun hadiah yang kusentuh, bagaimana aku bisa mengetahui hadiah yang diberikan olehnya?. Berharap saja semoga dia tidak bisa membaca kebohongan yang kubuat tadi.
"Baguslah. Berbahagia untuk kalian"
"Terima kasih, semoga harimu menyenangkan"
'Tuuut'
Sambungan telepon sudah diputus.
Satu hal yang ingin kutahu, bagaimana sebenarnya hubungan antara Rasta dan istri Ayahnya itu sampai sampai Rasta tidak menceritakan apapun tentang keberadaannya kepadaku.
"Ah tentu saja rumit, dan untuk apa juga aku malah ikut memikirkan"
"Hei apa yang yang kau pikirkan?"
"Runaaa! Apa kabar?!"
"Pertanyaan macam apa itu, tentu saja aku baik"
"Aaa..kau tau betapa aku merindukanmu"
"Tidak juga, aku hanya memikirkan kabar bosku yang tiba tiba saja menghilang"
"Ayolah Runaa, nanti akan kuceritakan. Sekarang aku ingin menyapa Runa kecil di dalam sana"
Aku sedikit menunduk untuk mensejajarkan tinggiku dengan perut Runa.
Dia sedang hamil besar saat ini, sebenarnya aku tidak yakin memanggil Runa untuk bekerja kembali, tapi dia bilang tidak masalah dan lagi pula dengan ini dia bisa membantu kembali keuangan keluarganya.
"Sudah berapa bulan Run?"
"6 bulan lebih 2 minggu"
"Wah baru 6 bulan sudah sebesar ini, bagaimana jika sudah 9 bulan nanti"
"Heem, akan sangat berat pastinya"
"Pasti menyenangkan mengingat kau akan segera menjadi Ibu. Ah ya, aku harus memastikan sampai kapan kau sanggup bekerja agar nantinya aku bisa mencari penggantimu Run"
"Mungkin sampai usia kandunganku 8 bulan akhir atau 9 bulan awal. Ro, Adrian berpikir jika aku nantinya harus berhenti bekerja di Rubel's Flow setelah melahirkan, sebenarnya aku ingin bilang nanti, tapi berhubung kau membahas tentang pengganti mungkin ada baiknya jika kusampaikan hal ini sekarang"
"Aku mengerti Run, tidak mungkin juga 'kan kau bekerja saat kau memiliki bayi. Apalagi kau juga harus mengurus kebutuhan suamimu"
"Tapi ini masih rencana, kau tau sendiri bagaimana keuangan keluargaku, pekerjaan suamiku masih belum tetap, jadi pemasukan masih belum menentu, aku hanya khawatir saat anakku lahir nanti bertepatan dengan suamiku yang sedang kesulitan mendapatkan penghasilan"
"Bagaimanapun aku mengerti maksud baik Adrian Run, tapi cobalah memikirkannya kembali. Mungkin saja ada cara yang lebih baik lagi, saranku kau tetaplah bekerja agar keuangan kalian lebih baik, lagi pula kau bekerja dengan gaji yang pasti ada setiap bulannya, jadi sedikit banyak itu bisa membantu"
"Yah, aku tau Adrian merasa ini adalah tanggung jawabnya"
"Ajak lagi suamimu untuk bicara, mungkin kalian akan menemui jalan yang lebih dari ini. Dan jika nanti setelah kau melahirkan kau tetap bekerja, aku akan memahami keadaanmu, pasti aku membantu dan memberi kelonggaran saat kau bekerja nanti"
"Terima kasih Ro. Lihat nak, bos Ibu benar benar pengertian 'kan?"
Di akhir percakapan kami tertawa bersama dan dilanjutkan dengan membereskan pot pot tanaman yang ditumbuhi rumput liar.
Awalnya Ibuku menyewa toko ini, tidak besar, hanya sebuah bangunan 10x8 meter per segi dan sepetak tanah dibelakangnya yang dijadikan kebun bunga oleh Ibuku.
Lalu beberapa tahun kemudian akhirnya Ibuku bisa membeli toko beserta tanah dibelakangnya dengan uang hasil penjualan yang ditabungnya.
Ibuku adalah orang yang sangat mandiri, ia pandai mengurus segalanya. Seperti keuangan, tanaman, masakan, aku, dan kepedihan.
Banyak sekali duka yang Ibuku lewati, sebelum bahkan sesudah adanya diriku. Dari orangtuanya yang menelantarkannya saat kecil, sampai dijebak oleh teman temannya hingga hamil.
Dan itulah awal kehidupanku, aku tidak tau dan tidak mau tau siapa Ayahku, aku tidak peduli. Adanya Ibu sudah lebih dari cukup bagiku, meski kini Ibu telah tiada, aku masih merasa bahwa Ayah itu bukan hal yang perlu dicari, bukan seseorang yang perlu dikabari, atau bahkan bukan sesuatu yang perlu dipikirkan.
Apa yang kualami menjadikanku orang yang tidak bergantung kepada orang lain, sebab tidak ada jaminan mereka tidak akan meninggalkanku. Bahkan Ibu sekalipun.
Jadi begini lebih baik, hal ini pun berlaku pada Rasta. Tidak ada jaminan dia tidak akan meninggalkanku juga, terlebih kehadirannya yang tak pernah kuduga.
----
Sedikit emang, lagi buntu soalnya. Udah 2 minggu lebih ini rasanya sulit buat ngelanjutin, gatau deh kenapa.
Semangat, semangat, semangattt!!!
Cerita yang ini harus sampe ending!
Untuk kalian yang menemukan bahkan sampai ngebaca apalagi vote+komen ceritaku, kalian adalah berlian buatku. Terima kasih banyak :)
Copyright © 2020-2021 Kita Rasa dan Percaya

KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Rasa dan Percaya
RomanceDia seorang perasa, namun sulit untuk mengungkapkannya. Terkadang, entah sengaja atau tidak dia membiarkan apapun itu terjadi begitu saja, khususnya tentang percintaan. Sebab menurutnya, dalam hal ini jika dia memutuskan untuk terjun ke dalam sana...