Hai!
Terima kasih udah meluangkan waktu
buat baca cerita Rasta dan Rowena.
Semoga suka
^_^--------------------------------------------------------------
"Ro.."
"Ada apa?!" Jawabku ketus.
"Turunkan sedikit nada bicaramu"
"Terserah. Katakan saja apa yang ingin kau bicarakan"
"Kembalilah ke kamar kita"
"Tidak akan! Kau mesum begitu bagaimana aku bisa tenang tidur bersamamu"
"Hei, aku tidak sebegitu mesumnya padamu, waktu itu aku berkata bahwa aku pria normal"
"Dalam pandanganku itu sama saja, Ras"
"Itu hal yang berbeda Wenaaa, astaga. Begini, jika aku memang pria mesum seperti yang kau tuduhkan, mana mungkin aku membiarkanmu bebas kesana kemari sedang kita tinggal di satu atap yang sama"
"Jadi menurutmu aku berlebihan, begitu?"
"Ah! Akhirnya kau menyadari kekonyolanmu itu"
"Konyol?! Hei, aku jelaskan sekali lagi, kau lah yang konyol disini karna mengatakan alasan yang kau buat buat"
"Ya, ya, terserahlah. Jadi mulai malam ini berhenti menyuruh pelayan untuk mengambil pakaianmu di kamar atas, kau tidak malu tidur dikamar yang lain sejak malam pertama kita menikah?. Bahkan ini sudah malam ke-4"
"Tidak juga, ee..maksudku, tidak sama sekali! Kau tau sendiri kita menikah karna apa"
"Yasudah, jangan diteruskan lagi, habiskan sarapanmu. Kau akan pergi ke tokomu lagi pagi ini?"
"Tentu saja, lalu aku mau kemana lagi"
"Akan aku antar, lagi pula kita searah"
"Tidak perlu, ada Troy yang akan mengantarkanku"
"Kau bisa mengandalkan Troy tapi tidak denganaku, suamimu? Mengapa kau begitu?"
"Oh ayolah. Itu bukan hal yang besar"
"Wena, dengarkan aku, tempo hari kau mulai bekerja tanpa izin dariku, itu sudah cukup bagiku. Jangan menolak permintaanku kali ini. Kau istriku, kau ingat?. Aku berusaha menjadi seorang suami yang baik untukmu, dan aku berharap kau juga begitu"
"Yaaah, baiklah, akan kucoba semampuku"
"Tak apa, aku akan memakluminya. Sarapanmu sudah selesai?"
"Sudah, ayo berangkat"
Pagi ini adalah kali pertama aku dan Rasta bercakap panjang, sebenarnya di hari lain pun kami berbincang ringan, hanya saja terkesan dipaksakan dan membuat kami, terutama aku, memilih untuk menghindar satu sama lain.
Tapi kali ini Rasta tidak memulai dengan sama tingginya denganku dan membiarkan percakapan ini berjalan sebagaimana inginnya dia. Sebab biasanya jika aku menjawab dengan ketus, Rasta akan menjadi sama menyebalkannya. Jadilah kami malas untuk beradu argumen.
Sudah 2 hari terakhir ini Rasta sering menyindirku tentang aku yang bekerja tanpa berbicara dulu dengannya, dia bilang dia bukan tipe suami yang mengekang asal sebelumnya harus berbicara dulu dengannya.
Rasta orang yang terpandang, aku tau dengan sangat soal itu. Jadi aku paham dia ingin menjaga pandangan orang orang terhadap dirinya.
Awalnya aku agak risih, yah, sampai sekarang sebenarnya. Seperti yang kukatakan tadi, aku akan mencoba sebisaku untuk memahami dan menjadi seorang istri untuknya. Pernikahan ini tidak didasari oleh perasaan, jadi, Rasta akan paham mengapa sulit bagiku menjadi seperti yang dia harapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Rasa dan Percaya
RomanceDia seorang perasa, namun sulit untuk mengungkapkannya. Terkadang, entah sengaja atau tidak dia membiarkan apapun itu terjadi begitu saja, khususnya tentang percintaan. Sebab menurutnya, dalam hal ini jika dia memutuskan untuk terjun ke dalam sana...