Jam pulang sekolah sudah terlewat Dua jam yang lalu. Tetapi Naya dan Fajri masih belum kembali kerumah, keduanya tengah sibuk berada di lapangan basket dekat komplek mereka tinggal.
Sebenarnya hanya Fajri yang bermain, Naya menonton di tepi lapangan dengan alasan malas bermain, padahal dirinya sama sekali tak bisa bermain basket, jangankan memasukan bola ke ring mendribble bola saja Naya tidak bisa.
Tak lama dari itu, dua orang yang sejak tadi di tunggu-tunggu akhirnya sampai juga. Dua cowok yang masih mengenakan seragam SMA langsung memasuki lapangan setelah menyimpan tasnya di tepi lapangan, ikut bermain dengan Fajri.
Namanya Zweitson, sering di sapa Soni tetapi Naya memanggilnya kak Zwei. Zweitson adalah sahabat Naya sejak Naya dan Fajri pindah ke Jakarta usianya satu tahun lebih tua di banding Naya dan satu tahun lebih muda dari Fajri, kelas 11. Sedangkan yang satunya lagi namanya Fenly, yang ini pacar Naya usianya sama dengan Fajri, kelas 12.
Meski di bawah terik matahari sore tak mampu membuat semangat Fajri, Fenly dan Zweitson untuk bermain basket menyurut. Dua lawan satu, Fajri melawan Fenly dan Zweitson. Mereka berlari menggiring bola dan memasukannya ke ring basket dengan semangat.
Hingga ketiganya kelelahan dan berakhir terduduk di tepi lapangan bersama Naya. Gadis itu dengan cepat menyerahkan botol minumnya pada Fajri.
"cape juga ya, udah lama ga main gue" ucap Fenly setelah menenggak botol minumnya hingga tersisa setengah.
"lo sih sibuk terus sama OSIS!" ucap Zweitson.
"lo juga kan fokus sama club photography lo son" balas Fenly tak mau disudutkan.
"udahlah yang fokus disini tuh cuman gue!" Fajri berkata enteng kemudian kembali menenggak botol minumnya.
"yakan lo ketua basketnya bambang!"
Naya sejak tadi hanya diam, entah kenapa ia juga merasa lelah padahal dirinya sama sekali tidak ikut bermain basket.
Wajah Naya sedikit pucat membuat Fenly menoleh kearah pacarnya itu.
"kamu sakit Nay?" Tanya Fenly dengan lembut, Naya bingung kemudian menggeleng pelan.
"liat kalian main basket Naya juga ikut cape" jawabnya dengan polos.
Fenly terkekeh mendengar jawaban polos Naya. Pria itu sangat bersyukur karena mendapatkan Naya di hidupnya, meski gadis itu cenderung lebih memerhatikan Fajri tetapi tetap tak membuat rasa cintanya berkurang sedikitpun. Fenly memaklumi hal itu karena Fajri memang orang yang menggantikan sosok abang dan sahabat yang baik untuk Naya sejak kecil. Selain itu kalo urusan Fajri, Fenly merasa tidak memiliki hak untuk cemburu meski Naya adalah pacarnya, walau terkadang ia juga merasa sedikit cemburu, tetapi dengan cepat ia juga akan meredam rasa cemburu itu.
"hari ini kan hari sabtu, mau jalan ga?"
Naya terlihat berfikir sejenak lalu mengangguk semangat. Malam minggu bagi para kaum yang sudah memiliki pacar. Jomblo diem dulu ya!
"mentang mentang udah taken, kerjaannya jalan tiap minggu" cibir Zweitson.
"yauda Aji sama kak Zwei juga ikut aja, nanti Naya cariin pacar"
"sembarangan! hati gue tuh di jaga untuk seseorang yang benar-benar pantas" Fajri berucap tak santai begitu mendengar penuturan Naya.
"ya abisnya jomblo mulu, tiap mau di kenalin bilangnya hati gue tuh di jaga buat seseorang yang benar-benar pantas, tapi sampe sekarang gaada kemajuan, mau jadi bujang lapuk lo?!" ucap Naya meledek.
"ya terserah yang jomblo dong!"
"kok Aji sewot si!"
"lo duluan yang sewot ngatain gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nine | UN1TY
Jugendliteratur"penyembuh itu diri sendiri bukan orang lain" Bukan kisah cinta remaja benci jadi cinta, ataupun kisah romansa tiba-tiba di jodohkan dengan pria kaya. Hanya sebuah kisah klasik di masa remaja juga orang dewasa. Dibumbui dengan sedikit lelucon yang...