Hal apa yang lebih menyakitkan dari ditampar?
Selalu berusaja mati-matian namun tidak pernah dianggap.🧸🧸🧸
Jam berapakah biasanya kalian tidur?
Jam delapan? jam sembilan? atau jam sepuluh? atau terkadang juga tidak menentu?
Semua orang memang seharusnya memerlukan jam tidur yang cukup dan teratur, hal itu berpengaruh untuk kesehatan tubuh. Juga agar tubuh kita tetap vit dan semangat keesokan harinya.
Sebagai seorang pelajar juga seharusnya lebih mementingkan jam tidur. Tidak tidur kemalaman dan juga tidak begadang. Mengantuk disekolah akibatnya jika terus menerus nekat berjaga malam hari.
Namun ... Siapa sangka? Seorang gadis yang kini terduduk di atas kursi roda dengan tangan yang sedari tadi terus memegang pulpen lalu menggoreskan-nya pada buku-buku yang memang sudah hampir penuh karena goresan-goresannya itu. Dia lakukan berulang seperti itu, tidak kunjung berhenti walau kondisi tubuhnya terasa amat lelah. Sakit menjalar ke seluruh tubuhnya, hari-harinya dihabiskan dengan selalu duduk dikursi untuk belajar dan belajar tanpa mengenal kata istirahat.
Gadis berambut panjang tipis itu masih setia berjaga walaupun jam dinding di kamarnya sudah menunjukan jam dua belas lebih empat puluh menit.
Dia mengusap matanya yang memerah karena mengantuk dan terus menguap.
Dia, Ayyara Dhira Algama. Gadis yang kini hampir saja terjatuh dari kursi rodanya, merasa sangat mengantuk hingga tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya. Matanya terus rertutup dan terbuka menahan kantuknya. Sebisa mungkin gadis itu tahan agar tidak ketiduran.
"Tahan Ayyara, tahan," ucapnya lirih dalam hati. Sebentar lagi akan ada seseorang yang mengecek ke kamarnya, memastikan apakah dirinya sudah tidur atau masih belajar. jika seseorang itu melihat Ayyara tertidur, dia tidak akan segan untuk menghukumnya, dia tidak boleh selesai belajar kurang dari jam dua malam. Dia harus tetap belajar, gadis itu haeus tetap belajar, tidak peduli bagaimana kondisinya.
Dan malam ini, sepertinya dia harus menyiapkan mental dan tubuhnya lagi.
Brak!
Pintu kamarnya terbuka lebar, menampilkan wanita paruh baya yang wajahnya kentara menahan amarah. Ayyara terkejut lantas membuka matanya lebar-lebar. Gadis itu menegakan badan-nya bersiap.
Plakk
Lagi. Tamparan itu sudah tidak asing lagi bagi wajah Ayyara. Dia memegangi pipinya, tepatnya pipi sebelah kanan nya. Yang entah sudah berapa kali mendapat tamparan dalam hidupnya.
Nyeri? tentu saja, namun semua perlakuan yang ia dapat itu sudah seperti makanan sehari-hari baginya. Dia tidak bisa mengeluh apalagi melawan. Rasanya sia-sia saja.
"Apa ini, Ayyara?!" Wanita itu bertanya marah, Ima-bundanya, yang kini menunjukan sebuah kertas yang menunjukan hasil nilai ulangan harian.
Ayyara menunduk takut, dia memang sudah tau apa yang akan terjadi jika nilai nya menghancurkan ekspektasi ibunya.
"Kenapa nilainya turun!" Bentak Ima lagi, kini wajah perempuan itu lebih dekat dengan wajah Ayyara. Membuat Ayyara semakin gemetar di tempatnya.
"Dasar nggak berguna kamu! Siapa yang ngajarin kamu jadi anak yang bodoh! siapa yang nyuruh kamu malas-malasan!" Ima merobek selembar kertas ulangan harian itu hingga ke bentuk yang kecil-kecil. Lalu melemparkannya tepat ke wajah gadis itu yang tersentak kaget. Wajahnya langsung terasa perih.
Apa kata Ima tadi? Malas-malasan? Ayyara setiap hari bahan selalu tidur jam dua sampai jam tiga pagi karena harus terus belajar. Dia terus memaksakan dirinya sendiri agar mendapatkan nilai yang paling tinggi dikelasnya, berusaha selalu mendapat nilai yang sempurna agar bisa membuat Bundanya bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYYARA [Revisi]
Teen Fiction"Aku bisu." "Aku tidak bisa berjalan." "Ayahku telah meninggal dan aku dianggap pembunuh oleh keluargaku sendiri." "Ibuku tak pernah menyayangiku, dia hanya menyayangi adik-ku." "Hingga aku dipertemukan dengan tiga lelaki yang membuat perasaanku men...