06 | Ini Malam Pertama?

273 68 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Nih,"

Yena menoleh ketika cewek bebek itu sedang sibuk memijit bahunya sendiri, dua koper besar sekarang ada di hadapannya bersama pemiliknya yang tersenyum manis.

Cewek bebek itu mengangkat sebelah alisnya, "Apaan nih?" tanya Yena sambil memperhatikan koper bersama pemiliknya bergantian.

"Baju-baju aku lah, beresin ya, istriku sayang." jawab si pemilik dua koper besar itu yang tak lain adalah si Jihoon.

Yena menghela nafasnya kasar sambil membuang muka, "Gak mau!" tolaknya cepat.

Tiba-tiba Jihoon berjongkok depan Yena yang duduk lesehan depan lemari sekarang, cowok itu juga mendekatkan tubuhnya membuat Yena mengerjap.

Ingat status mereka yang bukan lagi sekedar orang pacaran, Yena bergerak memundurkan duduknya. Jihoon bisa aja melakukan apapun yang diluar akal Yena, mengingat malam ini juga malam pertama mereka di apartemen setelah acara pernikahan mereka tadi.

Semakin Yena mundur, semakin juga Jihoon mendekat. Yena dengan susah payah meneguk ludahnya, jantungnya mulai berdegup gak karuan, pikirannya mulai terlintas yang aneh-aneh dan kotor.

Tolong jangan hujat Yena, karena siapapun yang ada diposisi seperti ini akan berpikiran kotor yang sama seperti Yena.

Belum lagi Jihoon kan udah pakai baju santainya, wajahnya terlihat bersih dan segar, rambutnya juga basah karena baru saja sehabis mandi sebelum mendatangi Yena untuk menyerahkan koper-kopernya.

Seolah sudah direncanakan sebelumnya oleh Jihoon, detik ini juga Yena mulai takut.

Mata Yena melotot kaget setelah merasa punggungnya menabrak pintu lemari, otomatis tubuhnya sudah tidak bisa menghindari Jihoon makin saja mendekat. Bahkan tangan Jihoon sekarang sudah bertumpu pada lemari di belakangnya di kedua sisi kepala Yena, mata Yena langsung memejam kuat.

Tak lama Yena merasa satu tangan Jihoon bergerak menjauh, kirain memang beneran sudah menjauh, hampir Yena membuka matanya ketika sedetik kemudian tangan Jihoon itu meraih rahangnya.

Yena takut, seriusan takut banget. Masa harus malam ini? Masa iya sekarang Yena harus melakukan pelayanan sebagai istri?

Membayangkannya saja Yena masih belum siap. Huhuu gimana dong?

Apa yang Yena pikirkan tak kunjung datang, bahkan ketika Yena dengan sengaja mengulum bibirnya sendiri juga tak ada apapun yang dirasanya. Tapi Yena masih gak mau buka mata, kalau tiba-tiba ntar Jihoon bilang "ngarep aku cium ya?" pas Yena membuka matanya, aduh malunya kebangetan.

Dan tak lama dari itu sebuah kecupan kecil mendarat di kening Yena, mata Yena auto kebuka dan melebar kecil. Pertama yang dilihatnya rahang Jihoon yang sangat dekat di depan matanya, Yena kembali meneguk ludahnya susah payah.

Wajah Jihoon perlahan menjauh, menatap wajah memerah malu Yena dari dekat dengan senyum miringnya yang terbit meledek.

"Sekarang tau kan, ancaman aku selain bakar bantal bebek kamu?" tanya Jihoon dengan suara rendahnya, tatapan matanya yang semula menatap tepat matanya Yena turun ke kebawah bersamaan dengan usapan lembut di bibir Yena dengan ibu jari Jihoon. "Harus banyak-banyak nurut sama aku ya, sayang." katanya lagi lalu setelah menjauh dari Yena dan beranjak pergi keluar kamar.

SuitableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang