Chanyeol setengah menunduk, hazel melirik tajam ayah di seberang meja. "Ayah," ia nyaris menggeram, ancaman berbahaya tersirat dari intonasinya—tensi mengerikan antara mereka menaikkan bulu kuduk Baekhyun. Jika pria tua ini bukan ayah mereka, Chanyeol pasti sudah menghabisinya sejak tadi.
"Tidak ada penolakan," ayah kembali menyantap makanan, ekspresi dan nada sama-sama santai. Beliau bahkan tidak menatap sang putra bungsu saat ia menyinggung lebih spesifik, "Terutama dari kau, Chanyeol."
Chanyeol membanting sendok ke meja, bunyi lantang yang merusak ketenangan dalam kediaman Park. Baekhyun terperanjat di kursinya, berbeda dengan ayah yang sama sekali tidak tersentak, seakan-akan terbiasa menghadapi sikap pembangkang sang adik. Chanyeol langsung berdiri, sekilas menggetarkan meja karena hentakan yang kasar—kaki asal-asalan mendorong kursi ke belakang. Tiba-tiba saja, ini mengingatkan yang lebih tua pada masa lalu pria itu, masa di mana ia membantah ayah kala diperingatkan dan meninggalkan ruang makan tanpa berpamitan. Terkadang, beberapa kebiasaan memang sulit untuk diubah meskipun mereka sudah dewasa.
Baekhyun menoleh, mencoba untuk tidak panik di depan ayah, terlebih kalau reaksi beliau tetap datar. Firasatnya buruk jika ia membiarkan sang adik menyetir dalam kondisi marah besar. "Chanyeol..." ia ragu-ragu memanggil, hazel mengikuti ke mana pun sang adik pergi. Chanyeol tidak menghiraukan lelaki itu, justru mencari kunci mobil lalu mendobrak pintu utama, bising yang lagi-lagi menciptakan keributan di pagi hari. "Kau belum menghabiskan sarapanmu."
Sebelum Baekhyun dapat menyusul Chanyeol, ayah menyentuh lengan lelaki itu.
"Biarkan saja," ia berkata tegas, sebuah peringatan yang secara tidak langsung memaksa Baekhyun untuk mematuhinya. Lelaki itu terpaksa duduk, menundukkan kepala guna menghindari tatapan beliau. "Jangan memanjakan adikmu, Baekhyun. Sudah waktunya ia sadar bahwa kau bukan semata-mata 'miliknya' dan ia berhak menjadi posesif terhadap kakaknya sendiri," sang kakak mengerjapkan mata tegang pada mangkuk Chanyeol yang belum tersentuh. "Ini tidak baik bagi masa depan kalian."
Ayah menghela nafas berat. "Suatu saat, kalian akan menemukan pasangan dan hidup terpisah," ia meneruskan, alasan yang sebenarnya logis apabila hubungan kakak-adik mereka tidak di luar anggapan ayah. Baekhyun diam-diam meringis, kekhawatiran menguasai batin lelaki itu gara-gara pernyataan serius beliau—berharap bahwa ayah tidak menyadari kejanggalan mereka kendati sang adik bersikap terang-terangan. "Chanyeol harus belajar bahwa ia tidak bisa mengontrolmu terus-terusan. Mungkin ini akibat dari membiasakan anak itu untuk tergantung padamu sejak kecil."
"Sekarang, lanjutkan makanmu," ayah menepuk bahu Baekhyun beberapa kali, mengharapkan suasana canggung untuk mencair. "Jangan pikirkan Chanyeol," beliau berkata, yang sekadar direspons anggukan kaku oleh Baekhyun. "Ia akan baik-baik saja. Chanyeol bukan anak kecil lagi."
Baekhyun meraih sendok, setengah hati menghabiskan sisa dakjuk sambil mengecek jam tangan secara berkala—menunggu waktu yang tepat untuk ke kamar kecil dan menelepon sang adik.
Sementara itu, sedan hitam Chanyeol melesat di antara mobil lain, mengebut dalam kecepatan tinggi hingga menuai protes sejumlah orang—klakson berseru dari berbagai kendaraan. Sang pria tidak peduli, justru mengeraskan radio dan hanya memperhatikan lampu lalu lantas. Ia akan mendadak berhenti usai menyetir ugal-ugalan, mengabaikan beberapa mobil yang berada di sekitarnya. Raut muka Chanyeol penuh gusar; tiap bunyi klakson sengaja ditujukan padanya, ia terprovokasi dan menekan gas untuk melaju lebih cepat.
"Fuck!" pria itu berseru frustrasi, tergesa-gesa menghentikan mobil di pinggir jalan sebelum ia dapat terlibat kecelakaan. Chanyeol menatap lurus ke depan, merenungi perkataan ayah lalu membanting setir sekeras mungkin. Fakta bahwa ia tidak diizinkan untuk melakukan apa-apa selain diam menyiksa sang adik. Ia terengah-engah gemetaran, sebuah skenario menyakitkan terbentuk secara otomatis dalam kepala Chanyeol layaknya rekaman yang rusak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someday, Sometime 《ChanBaek》
Fanfiction[Sekuel 𝑹𝒆𝒕𝒖𝒓𝒏 𝒐𝒇 𝒕𝒉𝒆 𝑫𝒂𝒏𝒅𝒆𝒍𝒊𝒐𝒏] Waktu berlalu. Perasaan menjadi rapuh. Janji perlahan pudar dari ingatan. Ketika dunia berbalik untuk memisahkan mereka, hanya ada dua pilihan: menyerah atau bertahan.