𖣌 11

9.4K 1.2K 251
                                    

𖡼໋᳝֘  Eternal Feeling 𖡼໋᳝֘ 

.
..
.

Fushiguro Megumi tahu apa yang dia lakukan saat ini salah. Menerima permintaan Yuta untuk menemani istrinya yang duduk menatap keluar jendela ruangan rumah sakit. Megumi mengusap wajah frustasi. Rasanya sedikit sakit melihat wajah lelah (y/n). Dia baru saja kehilangan dua pertiga dari total seluruh darah ditubuhnya. Bisa tetap menghembuskan nafas saja sudah keajaiban bagi gadis itu.

"Kenapa kau melakukannya?"

Pertanyaan Fushiguro dihiraukan. Gadis itu masih setia menatap keluar. Tangan kanannya meremas pelan pergelangan kiri. Fushiguro menarik tangan kanan (y/n) saat mendapati adanya rembesan merah yang keluar.

"Kau tidak pernah seperti ini sebelumnya!?"

Bentakan Fushiguro membuat gadis itu meneteskan air matanya. Tak tahan dengan suara Fushiguro yang tajam dan menakutkan. Memberontak sekuat tenaga dan mendorong Fushiguro menjauh dari tubuhnya.

"Le-pas!!"

"Jangan melukai diri sendiri, (y/n)!"

Suara ricuh membuat Yuta yang sejak tadi menunggu diluar terpaksa masuk kedalam. Yuta memegangi tubuh (y/n), memeluknya erat dan meminta Fushiguro keluar. Pilihannya memanggil Fushiguro ternyata berakhir buruk. (Y/n) terus memberontak dipelukannya.

Pukulan bertubi-tubi (y/n) berikan pada Yuta. Yuta sendiri tidak merasakan sakit katena memang pukulan (y/n) bahkan tak berasa sedikitpun.

Yuta menunggu dengan setia hingga (y/n) kembali tenang. Jemari (y/n) mencengkram erat pakaian Yuta. Yuta menghela nafas lega merasakan (y/n) tak lagi memberontak.

Perlahan pelukan dilepaskan, tapi (y/n) malah semakin mengeratkan cengkeramannya, membuat Yuta mengernyit bingung.

"Ada apa?"

Sejak bangun (y/n) jadi lebih pendiam dari yang sebelumnya. Bahkan ketika Yuta berbicara pun (y/n) tak tertarik membalas ucapannya.

Yuta memberanikan diri mengelus pelan surai (y/n). Memberikan ketenangan pada gadis itu.

"Jangan," lirih (y/n). "Jangan lihat kesini, aku terlihat menyedihkan."

Yuta mengangguk, "ya, aku tidak akan lihat."

Cengkraman (y/n) melonggar, gadis itu menunduk menyembunyikan wajahnya dihelai rambut. Membuat Yuta tak bisa melihat ekspresi apa yang sedang dipasang (y/n).

Yuta mengambil tempat duduk yang tadi diduduki Fushiguro. Duduk disana dan mengamati (y/n) yang ditimpa cahaya matahari sore. Memantulkan mata (e/c) yang berkaca-kaca.

Tangannya tergerak menautkan anak rambut ke daun telinga. Mengamati wajah (y/n) yang pucat. Sejujurnya Yuta senang, (y/n) tak melarangnya menyentuh wajah (y/n).

"Kau kenapa?" tanya Yuta sekali lagi.

Mata Yuta menatap pergelangan kiri (y/n). Rembesan darahnya sudah berhenti dan dirasa tak perlu harus memanggil dokter. "Apa ada sesuatu yang membuatmu tidak nyaman?"

(Y/n) menggelengkan kepala. Bingung harus mengawali pembicaraan mengenai Rika pada Yuta.

Bibir pucat (y/n) bergetar menyebut nama sang kakak, "Rika," ucap (y/n). Membuat Yuta membulatkan matanya terkejut. "Aku... Ingin berbicara pada Nee-san."

Bolehkah Yuta menangis saat ini? (Y/n)nya kembali seperti dulu. Kembali memanggil Rika dengan sebutan kakak. Yuta menggenggam tangan kanan (y/n) erat. "Tentu saja, tapi Rika tak bisa berada didekatmu."

✔ ❝Wife❞ (Okkotsu Yuta X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang