21{Lukisan}

6.2K 1.1K 18
                                    


Tak henti-hentinya di sepanjang jalan sekalipun Vloe dan Almesho bercakap-cakap, jangan lupa disertai perkelahian. Salomon yang mendengarnya bahkan sampai geleng-geleng kepala.

"Kudengar penguasa barat tengah menaklukan suatu wilayah di timur," ujar Almesho melirik gadis di depannya yang diam,"hoi, jangan pura-pura tidak dengar,"

"Lalu aku harus berkata wahh hebatnya!! Dia sangat keren..." Ujar Vloe dengan nada seolah berantusias memujinya secara berlebihan.

Almesho mengernyit saat melihat Vloe yang terlihat sedikit emosi,"setidak--..."

"Aku bertanya-tanya, apakah kamu melihat secara detail masa depan setiap orang?"potong Vloe.

Suara decakan tidak terima terdengar,"kadang bisa, kadang tidak,"

Terlihat jika Vloe Mengangguk-angguk beberapa saat,"katakan padaku, apa yang akan terjadi beberapa hari kedepan," Almesho terdiam, ia fokus melihat gadis di depannya, pandangannya tidak jelas hanya tergambar bercak darah dan itu membuat suasana hatinya memburuk seketika.

Hal itu pun dapat Vloe rasakan, jika pemberontakan rakyat sudah dapat ia singkirkan, bagaimana dengan ancaman lainnya. Ia menghela napas memasang senyumnya kembali,"yah, tid--..."

"Tuan pengembara disana!! Bisakah menepi sejenak?! Kami membutuhkan bantuan!! Saya mohon!!"

Suara itu membuat perjalanan Vloe dan lainnya berhenti. Mereka menoleh pada dua laki-laki dengan salah satunya yang memapah. Kelopak Vloe menyipit, surai hitam, beberapa rambut panjang.

"Putra Mahkota Zhen..."gumamnya yang dapat didengar Almesho. Raja itu segera bertindak. "Salomon, bantu dia menaiki kuda Vloe! Kita akan kembali melalui portal menuju kastil Calvara!" 

"Baiklah,"

Vloe melirik melalui sudut mata, kemudian terfokus pada portal ciptaan Almesho. Mereka dengan perlahan memasuki itu. Sampai dikastil, para nelayan dengan sigap membantu. Membawa Zhen ke kamar tamu beserta bawahannya.

"Kakak!!" Bocah itu berlari menyambutnya dengan wajah cerah,"Diego? Ada apa?"

"Kakak jahat! Mengapa meninggalkanku begitu saja, aku takut jika kakak membuangku..."gerutunya, Vloe tersenyum kaku karena sempat melupakan adik yang ia angkat sendiri.

"Maaf, aku tidak akan mengulanginya..."

"Oh? Siapa bocah ini?" Almesho menatap Diego yang pendek di hadapannya sebelum menatap Vloe,"...anak pungutmu?"

Vloe tersenyum, ia terkekeh kecil,"em, anak pungutku, bagaimana? Dia menggemaskan bukan?" Vloe menarik pipi gembul Diego membuat adiknya itu merengut,"... Aku penasaran setampan apa dia besar nanti,"

Almesho berjongkok, ikut menarik kedua pipi Diego,"oh? Jadi benar ya kamu anak pungutnya, baiklah harus kuperlakukan seperti apa kamu ini?"ujarnya setengah geram menatap bocah di depannya.

Diego memberontak, dia berlari ke belakang Vloe,"kakak, dia menyeramkan, ak-aku takut,"

Vloe melirik Diego,"ho? Benarkah? Kalau begitu jangan dekat-dekat dengannya," gadis itu terkekeh pelan.

Dapat dirasakan pipi Almesho yang berkedut kala melihat Diego yang bersembunyi di balik Vloe menjulurkan lidah padanya, mengejek.

"Almesho beristirahatlah, Salomon, Destra, kalian juga," Vloe melirik pelayannya memperintah. Almesho hanya diam menurut, dari sudut matanya ia menatap tajam Diego di balik jubah Vloe.

"Nona," Aron mendekat dengan setelan barunya. Ia membawa sebuah baju baru untuk Vloe,"Anda harus berganti pakaian,"

Vloe menerima itu, baru satu langkah ia menoleh,"ada tamu?"

The Heir to The Crown{End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang