XIII - TIGA BELAS

110 32 3
                                    

Begitu bel pulang sekolah berbunyi, murid-murid memberi salam pada gurunya yang meninggalkan kelas. Sejeong segera mengemasi buku dan alat tulisnya di atas meja dan memasukkannya ke dalam tas.

Sembari memanggul tasnya, Sejeong berdiri dari bangku.

"Mau ke perpustakaan?" Nayoung menoleh.

Gerakan Sejeong terhenti. "Iya. Kamu langsung pulang?"

"Aku ingin mengistirahatkan tubuh dan pikiranku. Kalau tidak, aku merasa sebentar lagi kepalaku akan meledak." Nayoung mengatakannya sembari memegangi kepala. Sejeong hanya tertawa melihatnya.

"Oke, deh. Kalau begitu, aku pergi dulu, ya!" Sejeong melambaikan tangan pada sahabatnya dan berlalu pergi.

Ia tidak bisa menahan rasa penasaran yang terus memberontak di kepala. Ini semua gara-gara laki-laki itu.

Sehun tidak sengaja mendengar pembicaraan itu, lalu menatap sekilas punggung Sejeong yang menghilang di koridor. Ia sama sekali tidak bermaksud mengikuti. Sehun biasa menghabiskan hari Sabtunya sepulang sekolah di perpustakaan.

Namun, ia tidak bisa diam begitu saja ketika melihat Sejeong begitu serius mencari sesuatu. Ia berjalan ke arah Sejeong yang berjongkok. Gadis itu sama sekali tidak menyadari kehadirannya. Sehun mendengar gadis itu terus menggumamkan "Suspension Bridge Effect".

Matanya ikut menelusuri rak dan berakhir pada sebuah buku bersampul putih yang tak asing di matanya. Ia rasa, ia pernah membaca buku itu sebelumnya.

Ketika tangan kiri Sejeong terlihat hendak menarik buku itu, Sehun berjongkok dan mengambilnya lebih dulu. Gadis di hadapannya mengikuti buku yang kini berada di tangannya.

"Tunggu, aku dulu yang-"

Terdengar satu tarikan napas terkejut yang berasal dari gadis di hadapannya tepat saat gadis itu melihat wajahnya. Sehun tersenyum mengejek.

"Suspension Bridge Effect ... mau kuberi tahu?"

"Oh Se-" Sejeong menarik kepalanya ke belakang, tetapi rak buku sudah menyambutnya sehingga kepalanya terbentur. "Aw!" Refleks, tangan Sejeong memegangi bagian kepalanya yang terasa sakit.

"Oh Sehun, bukan Oh Se Aw." Sehun membolak-balikkan halaman buku di tangannya.

"Kenapa kamu di sini?" Sejeong bertanya curiga.

Mata Sehun tetap berlarian pada kalimat-kalimat di dalam buku. "Memangnya ini perpustakaan pribadimu?"

"Bukan, sih." Mata Sejeong kemudian jatuh pada buku yang tadi hampir didapatkannya. "Berikan padaku buku itu." Tangannya terulur, tetapi Sehun lebih dulu menarik buku itu ke belakang. "Ya!" Sejeong berusaha meraih buku itu lagi, tapi tangan Sehun lebih panjang.

Gerakan gadis itu berhenti. Ia memandang Sehun dengan pandangan menusuk. Sejeong sama sekali tidak mengerti mengapa laki-laki itu selalu bersikap menyebalkan padanya.

Gadis itu masih berusaha merebut buku di tangan Sehun dengan sia-sia. Kalau saja ia diperbolehkan menggunakan kekerasan, ia pasti akan langsung melakukannya dengan senang hati. Sayangnya, ia tidak bisa bertindak sesembrono itu.

Sejeong segera berdiri agar lebih mudah mencapai tangan Sehun. Melihat itu, Sehun juga berdiri dan mengangkat tangannya semakin tinggi.

"Kemarikan!" Sejeong melompat-lompat.

Sehun tetap bersikeras tidak memberikannya pada Sejeong. Ia mengayun-ayunkan tangannya ke atas, samping kiri, dan kanan, ke segala arah asalkan Sejeong tidak berhasil mendapatkannya.

Plak!

Gerakan Sejeong dan Sehun yang saling merebut-menjauhkan buku terhenti seketika. Mereka menatap sumber suara. Buku yang dibawa Sehun mendarat di muka seseorang. Sejeong menelan ludah susah payah.

Vanila - SejeongxSehun [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang