Five |Tak Siap|

1K 98 13
                                    

Mana kuat Alley ditatap Anggara kalau matanya setajem itu 😣😭😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mana kuat Alley ditatap Anggara kalau matanya setajem itu 😣😭😭

***


Anggara menarik dirinya dan berbaring di sebelahku.
Nafasnya masih terengah-engah saat aku bangkit dan menduduki perutnya.

Anggara terlonjak kaget. Dia yang awalnya memejamkan matanya mendadak membuka kembali matanya, terkejut.

Aku meringis. Jari-jariku bergerak di atas puting Anggara yang kecoklatan dengan pelan dan penuh maksud.

Anggara mendesah keras dan menggeleng. "Lagi?" tanyanya, setengah takjub setengah tak percaya.

Aku menggigit bibir malu dan mengangguk pelan.
Mataku berkedip pelan mencoba memengaruhinya, namun sepertinya gagal.

Anggara menggeleng tegas. "Kalau kamu lupa, kita baru selesai untuk yang keempat kalinya. Kita harus makan sekarang karena waktu makan siang udah hampir lewat."

Bibirku mencebik mendengar penolakannya.
Dengan keras kepala bokongku merosot turun ke tempat yang tepat, namun dicegah Anggara.

Pria pemilik Distro paling terkenal se-ibukota itu mencengkeram pinggulku erat.
"Nggak, Alley. Kamu harus istirahat." pungkasnya, tegas.

Mataku berkaca-kaca menatapnya, namun Anggara tak peduli.
Dia bangkit dari posisi berbaringnya menjadi duduk sehingga aku merosot turun ke atas pangkuannya.

Hampir aku bersorak riang mendapatkan apa yang kumau sebelum mendengus lesu saat Anggara memindahkanku dengan mudahnya ke atas ranjang di sisinya.

"Gara.. Sekali lagi..." rengekku memelas.

Anggara mengabaikan segala usahaku. Dengan cueknya dia beranjak ke lemarinya setelah memakai celana dalamnya, mengambil handuk kecil dan kaos serta boyshort pant yang sengaja dibelinya untukku.

Anggara mendekatiku untuk membersihkan seluruh tubuhku dengan handuk kecil yang telah dibasahinya namun aku menolak bekerja sama. Dengan keras kepala aku bersembunyi di balik selimut, mencegah Anggara menyentuhku.

"Come on Al, kita sama-sama lapar dan lemas."

"Aku nggak! Jangan sok tahu." ketusku tanpa menatapnya.

Aku belum sempat mengantisipasi saat Anggara menyibak selimut yang melindungiku tiba-tiba.

Wajahnya datar, sedatar jalan hidupnya, ups.

Tangannya bergerak menyeka seluruh tubuhku dengan handuk basah sampai bersih. Setelahnya --masih dengan cara memaksa-- dipakaikannya kaos dan celana pendek pada tubuhku.

Aku merengut, tapi tak berani membantah.
Wajah Anggara sudah mengerikan, pertanda kalau limit kesabarannya telah tercapai.

Setelahnya dilemparnya begitu saja handuk kotor itu ke lantai, karena tangannya sudah berganti tugas dengan menggendongku.

Alley's Diaries; How We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang