Bab 1 : Awal pertama jumpa

28 6 3
                                    

“Mereka bilang kata kunci dari awal sebuah pertemuan itu adalah takdir. Benar, bukan?”


Seorang pemuda tengah duduk termenung memandang rintik hujan dari kaca mobil. Sore itu hujan turun membasahi bumi dan menciptakan sensasi dingin yang siap menyapa kulit.

Kalandra Samudra. Pemuda itu memandang hampa kondisi jalanan yang memperlihatkan ramainya orang-orang yang memilih berteduh untuk menghindari hujan. Padahal hujan itu adalah sebuah keindahan.

Bagi Kala yang tidak bisa sebebas merasakan hujan, hujan itu seperti butiran suara yang melebur menjadi satu dalam sebuah rahasia.

“Membosankan!” decaknya.

Kala menoleh cepat ke arah pemuda yang duduk tepat di sampingnya.

“Lama banget sih, kak? Gue bosen, nih!”

Pemuda yang dipanggil kakak itu menoleh ke arah Kala dan tersenyum hangat. Dia tahu pasti sang adik sangat bosan sekarang.

“Sabar, dek! Di luar lagi hujan makanya jalanan ramai. Lo  kalo ngantuk mending tidur, gih! Nanti kakak bangunin kalo udah sampai rumah.”

“Kak Galan buta ya? Aku itu bosen bukannya ngantuk!” Kala mendengkus kesal ke arah sang kakak.

Galandra Alendra--nama pemuda itu, hanya tersenyum makhlum akan sikap Kala yang cepat marah.

Bagi Galan, menjadi kakak dari seorang Kala harus extra sabar dan pengertian, mengingat sifat yang adik yang cepat marah dan sedikit manja, sehingga tidak menutup kemungkinan dia akan berubah menyebalkan jika keinginannya tidak terwujud.

Kala kembali menatap di balik kaca mobil yang berjalan cukup lamban, mengabaikan Galan yang kembali sibuk dengan mobil yang dikemudikannya. Tapi dengan cepat Kala kembali menoleh ke arah Galan.

“Kak….gue laper, masa? Mampir beli makan dulu, yuk!”

Galan mengangguk patuh. “Mau makan apa?” tanya Galan tanpa mengalihkan fokusnya ke arah jalanan di depan.

“KFC? Pizza? Atau….Burger mungkin?” tanya Kala balik.

No! Lo baru aja keluar dari Rumah sakit kalo lo lupa! Sementara jangan makan fast food dulu.”

Kala mendecak sebal. “Ya terus….gue makan apa dong kalo semua aja gak boleh gue makan?”

“Kakak belikan sup buah aja ya biar sehat? Mau ‘kan?” tanya Galan memastikan.

“Terserah!” ketus Kala seraya mengalihkan atensinya ke arah jalanan.

Galan menghembuskan napas berat. “ Dek, lo kan tahu….jantung lo gak bisa dimanjain. Lo mau masuk Rumah sakit lagi gara-gara jantung lo kambuh? Enggak, kan?” Galan mencoba memberi pengertian pada Kala yang lagi mode ngambek.

“Iya! Gue tahu makanya gue bilang terserah. Buruan beliin! Gue udah laper asal lo tahu!”

Galan tersenyum lembut ke arah sang adik. Melunturkan kemarahan Kala, bukan hal yang sulit bagi Galan yang sudah sangat mengenal sifat sang adik luar dalam. Adiknya itu memang cepat sekali marah, tapi dia juga tidak tahan untuk marah dalam waktu lama. Hanya butuh sedikit kesabaran, pasti akan berhasil mengembalikan mood Kala yang tengah buruk.

“Sehat selalu adek….cuma lo yang gue punya di dunia ini.” batin Galan tersenyum miris ke arah Kala yang sibuk menatap jalanan dari kaca mobil.

***

Galan menghentikan mobilnya di sebuah restoran yang menjual berbagai makanan sehat.

“Lo tunggu di sini dulu ya….gue mau ke dalam buat beliin lo makanan. Jangan keluar dari mobil! Di luar lagi hujan,” titah Galan yang hanya dibalas dengkusan kesal dari Kala.

Terlalu membosankan mendengarkan kalimat yang selalu di ucapkan oleh Galan setiap waktu.

Galan yang tidak mendapat balasan dari sang empu yang tengah di ajaknya bicara menghela napas kesal.

“Kalau ada orang ngomong itu dijawab Kalandra Samudra!”
“IYA! Puas lo!” kesal Kala.

Galan yang mendapati respon tidak mengenakkan dari mulut adiknya segera beranjak pergi sebelum dirinya terpancing emosi.

Bagi Galan, Kala itu masih seperti anak kecil yang manja dan Galan makluk akan itu. Selama ini hanya dirinya yang Kala punya dan sebaliknya. Mereka hanya sepasang saudara yang saling membutuhkan satu sama lain.

Setelah kepergian sang kakak, Kala kembali mengalihkan fokusnya ke arah jalanan yang sedikit basah akan hujan.

Namun perhatian pemuda itu tidak lagi jatuh pada jalanan yang menjadi basah atau padatnya kendaraan, tapi pada saru sosok perempuan yang berjalan. Memang tidak ada yang aneh jika kita lihat dengan seksama, tapi mata pemuda itu melebar saat mendapati perempuan itu akan menyeberang di jalan yang tengah padat kendaraan berlalu-lalang.

Dengan langkah tergesa, Kala turun dari mobil dan mengabaikan larangan Galan untuk tidak keluar mobil.

“AWAS!!!….”

Ckitttt…..

Bruk//

“Lo gila ya? Lo mau mati, hah?” Kala segera menumpahkan segala sesalnya saat berhasil menyelamatkan gadis itu dari maut.

Beberapa saat lalu, Kala membiarkan tubuhnya bekerja dengan keras. Dia baru saja menyelamatkan nyawa seorang gadis yang sedari tadi hanya diam menunduk tanpa berniat mengucapkan sepatah katapun.

Kala sibuk memperhatikan gadis di depannya ini. Ada yang aneh menurut Kala, karena dia melihat gadis itu berjalan dengan membawa tongkat dan menunduk.

“L-lo….tidak bisa melihat?” tanya Kala hati-hati. Takut jika ucapannya meninggalkan luka membekas pada gadis tersebut. Bagaimanapun, Kala tidak berniat membentaknya, hanya saja saat itu dia tengah kesal. Dia kira gadis tersebut berniat bunuh diri, tapi sepertinya pikiran Kala memanglah salah.

“Maaf gue gak hati-hati. Gue tidak berniat bunuh diri, kok. Dan tentang pertanyaan lo barusan, yah….aku memang buta,” jelas gadis tersebut.

S-sorry…gue tidak bermaks--”

“Lo enggak salah! Justru gue yang harusnya ucapin terima kasih sama lo, karena lo udah tolongin gue tadi.” gadis itu tersenyum dengan amat manis ke arah Kala.

Kala terpesona dengan kecantikan sempurna yang dimiliki gadis tersebut. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya yang hanya berputar dengan kesemuan, akhirnya dia menemukan sebuah cahaya. Cahaya terang yang mungkin bisa mengantarkannya pada lubang kebahagiaan.

 Cahaya terang yang mungkin bisa mengantarkannya pada lubang kebahagiaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haloo guysss Kala kembali lagi nih, btw lagi males bikin kata-kata.
Yang pasti aku disini mau ngucapin banyak makasih buat kalian yang sudah mampir ke ceritaku ini.
See you guys....

Surabaya, 08 Januari 2021

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang